Chapter 1

4K 279 30
                                    


***

Bugh.

Kepalanya menoleh cepat setelah bahunya tak sengaja mengakibatkan seorang gadis meringis kecil. Ia buru-buru membungkukkan badan mencoba meminta maaf dengan sopan, tapi sosok itu justru segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkannya. Ia mengernyit tipis, memperhatikan rambut panjang kecokelatan gadis itu yang bergoyang kala langkahnya berbelok di persimpangan. Membuatnya tanpa sadar mengukir senyum sebelum ikut berbalik dan berlari ke arah yang berlawanan.

---h e a r t l i n e---

Kaki jenjang dengan sepasang sepatu cantik dalam balutan seragam sekolah yang begitu pas di tubuh rampingnya itu, melangkah melewati beberapa siswa yang perlahan menyingkir untuk sekedar memberinya jalan. Meskipun semua mata terus menatapnya dengan sorot yang berbeda-beda, ia tak peduli.
Sesekali ia menatap balik, membuat orang-orang itu secepat kilat menunduk menghindari kontak mata dengannya.

Oh ayolah, siapa yang akan berani pada seorang gadis populer nomor satu di sekolahnya itu?

Dia cantik, cerdas dan kalian tak akan bisa menghitung berapa kekayaan yang orang tuanya miliki. Sorot kagum, dan pandangan tak mengenakkan sekali pun sudah menjadi hal biasa baginya. Sesekali ia tersenyum tipis dengan jemarinya yang mengetuk-ngetuk kotak bekal makan siang yang ada dalam genggamannya. Ia baru saja akan menuruni tangga, tapi langkahnya terhenti saat samar suara di bawah sana menembus pendengaran.

Kurva cantik diwajahnya hilang perlahan. Penasaran, ia memilih menuruni beberapa anak tangga dan melihat ke bawah sana.

"Dia sahabatku. Kita tidak seharusnya seperti ini."

"Tapi aku sudah muak dengan semua kebohongan ini."

"Tapi-"

"Percayalah, Hayoung. Dia pasti bisa menerimanya."

"Dia akan terluka."

"Tapi dia akan lebih terluka jika tahu aku tak pernah mencintainya."

"Sehun aku-"

Detik berikutnya, ia bisa melihat bagaimana kekasihnya-Oh Sehun-mencium gadis yang tak lain adalah sahabatnya. Membuat gadis itu tanpa sadar mencengkram erat kotak bekal makan siang, yang sengaja ia siapkan sendiri pagi buta untuk laki-laki yang kini tengah berkhianat di depannya.

Gadis itu memutar bola matanya lalu berbalik. Tak ingin mendengar dan melihat lebih jauh.

Raut wajahnya masih sama, datar dan dingin. Langkahnya pun masih setenang angin yang berhembus siang itu. Dan tepat ketika ia menemukan tempat sampah, gadis itu menjatuhkan apa yang tadi hendak ia berikan pada Sehun di sana lalu kembali melangkah. Seolah tak pernah terjadi apapun.

---h e a r t l i n e---

Jung Soojung melangkahkan kakinya dengan malas menuju kamar ketika suara seseorang menginterupsi dari bawah sana. Membuatnya mau tak mau menoleh dan mendapati wajah ibunya yang tegas itu menatap ke arahnya.

"Dari mana saja kau baru pulang?"

Ia benar-benar lelah hari ini. Bukan karena ia habis berlari ratusan kilometer, hanya saja ia merasa perlu istirahat dan sedikit menenangkan batinnya. Oh ayolah, bagaimana pun dia adalah manusia yang juga punya hati. Dan hatinya baru saja dihancurkan oleh dua orang penting dalam hidupnya. Dia harus akui itu.

Ibunya mengernyit tipis, saat tak ada jawaban apapun dari bibir mungil anak gadisnya yang kini justru melengos dan kembali melangkah menaiki tangga.

"Jung Soojung!"

"Aku lelah. Tak bolehkah aku istirahat?" tanya gadis itu dengan intonasi datar lalu memasuki kamar dan menutup pintunya. Meninggalkan sang ibu yang tampak kesal dengan sikapnya.

HeartlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang