1. Tuduhan Kepalsuan

21.5K 960 1.4K
                                    

"I call you one time, two time, three time. I  can't wait no more. That's on my mind I know it's been a minute since you walked right through that door. But I still think about you all the time."

Fuck, I'm Lonely ⏯ Lauv ft Anne Marie

S W E E T
R E V E N G E

S W E E TR E V E N G E

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

☄☄

Ruang BK mendadak ramai dikunjungi beberapa murid yang didominasi sepenuhnya oleh kaum hawa. Mereka mencoba untuk mendengarkan perbincangan tegang di dalam ruangan tersebut. Salah satu perempuan itu bahkan mulai berhasil mengintip dari celah jendela sambil berhati-hati dalam melakukan aksinya.

"Anjir! Gue nggak bisa denger apa-apa lagi," ujar Kesya, perempuan berambut warna karamel dan bibirnya gemar menggosip mulai menghentikan kegilaannya itu.

"Lo sebenernya ngapain, sih?" tanya Gista, berdiri tak jauh dari ruangan itu seraya mengipasi dirinya sendiri.

"Gue lagi nguping, Ta!"

"Tapi buat apa coba?"

Kesya menghela napas, lalu menarik tangan Gista untuk menjauhi ruangan tersebut. "Apa lo tau, cowok di ruangan itu lagi disidang dan katanya dia bakalan terancam dikeluarin dari sekolah," cerita Kesya.

Tatapan Gista melekat pada pintu ruangan tersebut. Sebenarnya, ia sendiri tidak tahu siapa cowok yang akan terancam dikeluarkan dari sekolahnya. Gista sedikit penasaran ingin mengetahuinya. Tetapi, apa untungnya Gista mencari tahu semua itu? Sambil menggerutu, Gista memutarkan bola matanya dan melepaskan tangan Kesya dari pergelangannya.

"Siapapun dia, gue sama sekali nggak peduli mau dia ada di sekolah ini atau nggak sama sekali, gue nggak peduli! Sekarang gue harus ke kantin supaya hari balas dendam gue berjalan mulus!" jelas Gista, mengembangkan senyumnya yang manis.

"Terus nasib gue gimana?"

Gista mengerutkan keningnya. "Nasib lo gimana maksudnya?" Ia tak mengerti.

Langkah Kesya memutari tubuh Gista sambil memijat kepalanya sedikit pusing. "Satu cogan di sekolah ini akan berkurang dan gue lagi berdoa supaya pihak sekolah nggak akan keluarin dia. Pokoknya gue harus lakuin sesuatu!" Kesya mengerahkan seluruh keberanian yang dia katakan dan Gista berkeinginan untuk lebih bersimpati kepada cowok itu.

"Iya itu terserah lo. Sekarang gue masih punya urusan yang lebih penting dari ini semua!" Gista melawan keinginan temannya dan mulai berjalan pergi.

Sweet RevengeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt