(4) Rahasia di Dalam Gelap

2.2K 155 10
                                    

"Teruntuk murid baruku, nama saya Robert Davinson, saya adalah wali kelas kalian. Untuk murid baru yang baru memulai kegiatan malam ini, silahkan maju untuk memperkenalkan diri," jelas pria itu. Seperti yang sudah dikatakan, ia adalah wali kelas Yui sekarang.

Penampilannya bisa dikatakan kutu buku, dengan kemeja berdasi dan kacamata persegi panjangnya. Suaranya berat, tetapi tegas, melengkapi pesonanya selain dari wajahnya yang rupawan. Tampak seperti ia berotak Einstein dan menguasai seluruh mata pelajaran yang rumit.

  "Maju sana," tegur Alex. Yui mengangguk, berdiri dari kursinya, beriringan dengan seorang gadis berambut kuning keemasan yang juga ingin maju.

  Jadi ada seorang murid baru lagi selain diriku, ya? Sepertinya murid baru sudah lazim di sini. Tidak ada yang menatap ke arahku atau gadis itu, batin Yui ketika memperhatikan sekelilingnya.

  Ah, berdiri di depan kelas untuk yang pertama kalinya. Yui teringat saat pertama kali ia menginjakkan kaki di Starlight, merasakan kegugupan perkenalan untuk yang pertama kalinya. Bedanya, ia berada di hadapan para vampir asing itu.

  Gadis bersurai kuning panjang itu maju duluan, ia terlihat santai. Sembari memamerkan senyum cantiknya. Ia memperkenalkan diri dengan lantang, setelah itu suara dari anak laki-laki saling bersahutan. Semakin terdengar keras ketika gadis itu tersenyum lebar. Ia menguasai audience dan semua vampir itu menyukainya.

Giliran Yui.

  "Namaku Nishimori Yui, sekarang umurku 18 tahun. Aku berasal dari akademi di Tokyo, mohon kerja samanya untuk satu semester ke depan," Yui membungkukkan badan sopan, ruangan itu mendadak dinaungi keheningan. Tak ada yang berbicara lagi.

  Ah, apa aku salah bicara? Atau mungkin mereka curiga? Yui menatap cemas. Memilin jari-jemarinya di belakang rok.

  "Kalian boleh duduk," seru pak Robert akhirnya.

Yui menghela napas lega, kembali ke tempat duduk asalnya. Kepalanya dipenuhi dengan prediksi tentang kehidupan sekolah vampir itu dalam jangka waktu ke depan. Sebelum ia bertemu dan menuntaskan rasa penasarannya, ia tidak boleh melakukan hal ceroboh sedikit pun.
 
   "Keluarkan buku matematika," suruh pak Robert. Tanpa membawa buku di tangannya, ia menulis sub bab materi di papan tulis dengan gesit.

   Yui merogoh tasnya, di dalamnya sudah ada satu paket buku matematika lengkap dengan namanya yang ditulis grafiti. Dua buah buku catatan baru yang sudah disampul rapi dan satu tempat pansil lengkap. Gadis itu terhenyak, ia tidak pernah menyentuh buku-buku itu. Siapa yang menyiapkannya?

  Wow, pulpennya imut sekali, Yui mengamati benda itu sekilas, tersenyum sendiri. Membuka tutup pulpen dan menyalin bait-bait kata dari papan tulis.

  Alex memperhatikan tingkah gadis di sebelahnya sekilas, lalu kembali melihat papan tulis. Wali kelasnya mulai menerangkan. Lelaki itu bertopang dagu, membaca deretan bilangan yang ditulis seperti cakar ayam tanpa niat.
 
  

~~•°•❄❄❄•°•~~


  Satu setengah jam berlalu, Yui ambruk. Ia tidak pernah nengira kalau kelas pak Robert hampir membuat kepalanya terasa seperti terbakar, apalagi belakangan ini Yui ketinggalan pelajaran karena hal pekerjaan. Yui membereskan mejanya, memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas.

  Anak-anak lain sudah berhamburan keluar, Alex pun sudah tidak ada, sementara Christ masih di tempat duduknya, di barisan depan, sedang menulis sesuatu.

  Sekarang waktunya istirahat, Dua menit berlalu setelah bel berbunyi. Yui mencari sesuatu di dalam tasnya, perutnya keroncongan. Tidak ada bekal, yang ada justru sebuah amplop putih berisi uang.

The Idol And VampiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang