Eternally Loved - Ch. 2

68.4K 4.8K 147
                                    

"Apakah kau sungguh-sungguh akan melakukannya?" Tanya Isabel.

Cameron menghelakan napas dan meletakkan sendoknya ke atas meja. Ibunya sudah menanyakan pertanyaan yang sama selama beberapa bulan terakhir ini.

"Tidak bisakah kau membiarkanku menikmati sarapanku?" Keluhnya.

Isabel hanya memutar bola matanya. Howard yang sedang membaca koran berusaha untuk menghilang dari jarak pandang istrinya itu.

"Kau harus membatalkannya." Perintah Isabel.

Cameron dan Howard saling memandang sebelum melirik Isabel untuk melihat kepada siapa wanita itu sedang berkata.

Ketika pandangan Isabel dan Howard bersitubruk, pria itu langsung melipat korannya dan berdeham tidak nyaman. Ia tidak yakin ingin mendapatkan perhatian dari istrinya sekarang.

"Tidak ada yang bisa kulakukan, dear." Ucap Howard hati-hati.

"Tentu saja bisa! Kau hanya perlu menghubungi Theodore dan berkata bahwa kau berubah pikiran."

"Ma," panggil Cameron. "Ini tidak ada hubungannya dengan Dad. Aku yang membuat keputusan."

Isabel memandang puteranya dengan tatapan sedih. "Itu yang tidak bisa kumengerti. Kenapa kau setuju? Tidakkah kau mau menemukan cintamu?"

Cameron mengerang. Ia tahu ibunya adalah seorang hopeless romantic tapi ini sudah keterlaluan. Dengan kedua kakak nya menemukan wanita yang mereka cintai, sekarang Isabel berharap hal yang sama akan terjadi padanya.

"Ini hanya sementara, Ma. Bagian mana dari kata 'pura-pura' yang tidak kau mengerti?" Erang Cameron.

"Semuanya. Aku tidak mengerti semuanya. Untuk apa berpura-pura? Dan kenapa kalian setuju untuk membantu Theodore membohongi cucu manisnya?"

"Isabel," panggil Howard. "Theodore tidak sedang membohongi cucunya."

"Dan ia tidak manis, Ma." Timpal Cameron.

Isabel mendelik pada puteranya. "Tentu ia anak yang manis. Dan mengenai Theodore, pria itu menyembunyikan hal penting dari cucunya, bukankah itu sama saja dengan berbohong?"

Howard mendesah dan Cameron mengusap tulang diantara matanya.

"Itu bukan urusan kita, Ma."

"Itu menjadi urusan kita semenjak pria itu meminta bantuanmu, Cammy." Jawab Isabel tegas.

Cameron pasrah. Tidak ada yang bisa mengubah pendirian ibunya jika ia sudah yakin akan sesuatu. Tidak juga ayahnya.

"Dengar, aku tidak akan ikut campur jika itu yang kalian mau. Aku hanya mencoba mengerti apa yang sedang kalian lakukan dan apakah kalian sadar akan resikonya?" Tanya Isabel, lebih kepada Cameron daripada suaminya.

"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku membantu Theodore untuk berpura-pura bertunangan dengan cucunya, kemudian saat pria itu kembali dari Switzerland, kita akan mengakhirinya. Hanya beberapa bulan."

Isabel menatap Cameron untuk beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas. Tanpa berkata apa-apa, Isabel pergi meninggalkan kedua pria itu.

"Belum terlambat untuk berubah pikiran." Ucap Howard.

"Pa," erang Cameron dengan nada memeringatkan.

Howard membuka korannya kembali dan berkata, "i'm just saying."

"And i'm not bailing out. Kau hanya takut Ma akan menyuruhmu tidur di sofa selama beberapa bulan kedepan." Cameron berdiri dan merapikan dasinya.

"Tentu saja tidak."

"Yeah, like i'll believe you." Terkekeh, pria yang lebih muda itu berjalan melingkari meja makan dan keluar meninggalkan ayahnya.

Eternally Loved [WBS #3 | SUDAH TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora