25- Yes?

3.3K 157 15
                                    

Sorry telat banget update. Mau marah silahkan karena aku salah, tapi aku juga punya alasan kok. Sekali lagi maaf ya, hehe.

Dan selamat membaca!

Jangan lupa baca juga; Story of december dan yang lainnya. (Please check ya! *puppy eyes*)

***

SE B E L U M N Y A;

Iqbaal bahagia sekaligus sakit dalam waktu yang sama. Hening menjadi saksi bisu cinta mereka, angin pun ikut diam seolah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, hingga akhirnya Iqbaal melepaskan panggutannya dan mengelus bibir Steffi.

"Steff, aku bakal tanya sekali lagi sama kamu. Kalau kamu masih tetap sama pendirian kamu, akan ikuti apa mau kamu. Aku bakal pergi jauh sesuai dengan yang kamu mau."

Steffi mengigit bibir bawahnya menahan tangis.

"Aku nggak peduli sampai kapan. Yang harus kamu tau aku mencintai kamu hari ini, esok dan nanti. Kamu nggak usah peduli gimana sakitnya aku nanti, aku sayang kamu Steff...," Iqbaal menghela nafas dan menggenggam tangan Steffi erat.

"Steff ... plis be mine?"

***

Steffi memejamkan matanya pedih. "Memangnya aku bisa apa, Baal?" Tanyanya pilu. Iqbaal menghela nafas seolah tau jawaban yang lagi-lagi akan di terimanya.

Dengan senyum pedih Iqbaal mundur ke belakang tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Dia harus meninggalkan Steffi, karena janjinya tadi.

Steffi yang melihat Iqbaal mundur hanya menghela nafas dan kembali mengadah. "Memangnya kamu nggak mau tau apa yang mau aku jawab?"

Sejenak Iqbaal mematung di tempatnya. "Aku udah tau jawabannya, Steff."

"Oh ya? Apa teori kamu selalu benar, Iqbaal? Apa segala hal yang kamu udah fikir itu benar?"

"Aku nggak ngerti maksud kamu, Steff."

Steffi menggerakan kursi rodanya sedikit. "Gimana kalau aku ngejawab yes?"

Iqbaal langsung berbalik dan menatap tajam Steffi. "Aku nggak suka di mainin."

"Siapa yang mainin kamu?" Steffi menaikan alisnya. "Aku cuman mau bilang yes nggak boleh?" Tanyanya lirih. Steffi menundukan kepalanya dalam. "Maaf Iqbaal maaf... Selama ini aku yang salah. Bener kata kamu, aku egois. Aku seharusnya nggak bikin kamu kayak gini. Aku cuman buat kita menderita. Aku tau," tetes air mata itu pecah kembali membuat Iqbaal merasakan jantungnya berdetak tak karuan. "Aku nggak mau nyia-nyiain kesempatan aku lagi. Aku pengen bisa di samping kamu selagi aku masih bisa. Aku pengen merasakan apa mencinta dan di cinta Iqbaal. Jadi ... Aku bilang yes kali ini." Jelasnya panjang lebar.

Steffi menghela nafas dan meneguk salivanya tegang. "Iqbaal ... I love you." Iqbaal menegang sejenak. Namun kali ini Pemuda itu tak lagi diam seperti orang bodoh, kali ini Iqbaal berlari dan berjongkok memeluk tubuh Steffi yang kian menjadi kurus semenjak mereka bertengkar minggu lalu.

"Makasih... Makasih, Steffi. I love you Stefhanie," ucap Iqbaal berulang-ulang seraya mengecup puncak kepala Steffi lembut.

Somedays Later  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang