16- Hurt

3.9K 221 9
                                    

❌❌Kerispatih-Tapi Bukan Aku❌❌

Iqbaal kini terdiam di taman yang sunyi, dia hanya sendirian dengan angin yang menerpa wajahnya. Dia tau, Aldi pun sama , sama-sama kehilangan.
Namun, Iqbaal tak tau harus apa.

Disisi lain, dia ingin memperbaiki segalanya dengan Aldi, namun disisi lain juga jiwanya berontak bahwa pemikiran ini salah.

Iqbaal dilema.

"Ada masalah?" Tanya seseorang di sampingnya.

Iqbaal terlonjak kaget dengan kedatangan suara itu, ternyata dia wanita, dan wanita itu adalah Inarah. "Gak ada apa-apa." Jawabnya setelah menormalkan ke kagetannya yang berlebihan.

Inarah mengangguk tanda mengerti. "Gue kangen kaya gini, Baal," Inarah menoleh pada Iqbaal yang kini menaikan satu alisnya bingung, Inarah menatap sakit kedua pasang mata hazel milik Iqbaal, kini dia terbawa masalalu yang membuatnya tak bisa berhenti mengingatnya, "Gue kangen." Ucapnya kembali.

"Maksud lo?" Tanya Iqbaal bingung, dia sama sekali tak mengerti apa ucapan Inarah. "Gue gak ngerti, In."

Inarah tersenyum kecut dan memandang Iqbaal dalam, dia ingin masuk pada tatapan itu, dari dulu, dia selalu berharap akan ada keajaiban yang terjadi pada nya dan Iqbaal, namun Inarah hanya berhalusinasi jika ingin itu terjadi, dari dulu, Iqbaal hanya menganggapnya sahabat tak lebih, dan tidak akan pernah lebih.

"Gue kangen, kita, Baal."

Iqbaal makin menautkan alisnya bingung, dia sungguh tidak mengerti apa yang Inarah katakan, dia tidak mengerti apa maskud dari kata 'kita' yang Inarah ucapkan, yang Iqbaal tau dari dulu sampai sekarang Inarah adalah sahabatnya.

Melihat kebingungan Iqbaal, Inarah tersenyum kecut kembali dan menggelengkan kepalanya.
"Dari dulu, sampai sekarang, lo jadi cowok gak pernah peka ya?" Inarah mengangguk faham. "Karena lo, dari dulu selalu nganggap gue sebagai sahabat gak pernah lebih, pernah gak sih lo mandang gue dalam sisi yang beda?" Inarah melihat kembali Iqbaal dengan genangan air mata di pelupuk matanya, dia sudah tidak dapat menahan semuanya, dia lelah harus bersembunyi, dia lelah bersikap baik-baik saja.

Iqbaal terkejut dan menarik nafas. "Jangan bilang In, lo-"

"-Iya gue cinta sama lo! Dari dulu sampe sekarang," potong Inarah. "pernah gak sih lo tau? Enggak kan, enggak? Selama ini lo cuman anggap gue sahabat, sama kaya Aldi, dan setelah itu kita bubar karna Aldi yang cinta sama gue," lirih Inarah. "gue jujur sama Aldi kalau selama ini gue cinta sama lo Ball! Gue bela-belain cari informasi tentang lo sekolah dimana, dan gue sampe bela-belain mau pacaran sama sahabat lo, demi deket lagi sama lo. Gue gak peduli status kita apa, dan gue berusaha sayang sama Bani, tapi apa? Gue gak tahan liat lo yang ternyata cinta sama Steffi yang baru di kenal lo, sementara gue?"

Sudah cukup, sudah cukup Iqbaal mendengar penjelasan dari Inarah, dia sekarang kalap dan frustasi, jadi ternyata selama ini, Aldi bersikap seperti itu, hanya karena Inarah? Aldi kira Iqbaal menghianatinya?

"Cukup In! gue muak sama lo," ucap Iqbaal dengan penuh penekanan dan tatapan dingin Iqbaal. "Gue gak nyangka ya, ternyata lo selicik itu In, gue gak nyangka lo permainin hati Bani, gue gak nyangka lo juga nyakitin hati Aldi, gue gak nyangka In, lo lebih kejam dari ular berbisa dan dengan kaya gini, gue gak bakal percaya lagi sama lo In!"

Iqbaal bangkit dan mengacak rambutnya frustasi, namun Inarah menahannya.

"Plis Baal, plis, gue ngelakuin itu semua cuman karena lo." Jelas Inarah namun Iqbaal tetap menarik tangannya dan Inarah terus menahannya. Iqbaal benar-benar muak, kini teka-teki menjauhnya Aldi sudah terkuak, ternyata ada pada Inarah. Dan Iqbaal bingung sekarang dia harus apa, dia juga tidak mau Bani sama seperti Aldi.

Meninggalkannya, menjauhinya dan membencinya.

Jauh disana, bukan hanya Iqbaal dan Inarah yang menyaksikan semua itu. Ada Steffi, Aldi dan juga Bani yang melihat mereka.

Steffi menggenggam tangan Bani untuk mentransfer kekuatan, dia tau hati Bani kini bagai tercabik-cabik, dia faham, karena saat ini, dia pun sama, dan dia tidak menyangka Inarah akan melakukan ini semua.

Bani menahan diri untuk menghampiri Inarah, dia tidak marah pada Iqbaal karena Iqbaal sama sekali tidak salah, walau Iqbaal ikut andil dalam masalah ini, ini semua tetap salah Inarah dan dirinya. Salah Bani yang tidak tau Inarah menyukai Iqbaal, dan salah Inarah yang menerima Bani seolah-olah mereka memiliki perasaan yang sama.

"Kuat Ban, gue tau rasanya." Lirih Steffi pada Bani, Bani melihat Steffi dan tersenyum lesu, Steffi bisa melihat air mata yang menggenang di pelupuk mata Bani, Bani terlihat tegar meski Steffi tau, Bani tidak bisa menerima.

"I'm fine Steff, lo gak boleh marah sama Iqbaal, dia gak salah," Jelas Bani sambil mengusap lengan Steffi yang menggenggam nya. "Gue cuman kecewa sama Inarah, gue gak nyangka."

"Gue juga Ban, mening sekarang kita pergi dari sini seolah-olah gatau apa-apa aja, dan lo harus tegar dan ngomongin ini secara baik-baik sama Inarah, gue yakin, lo bisa," Steffi menepuk nepuk bahu Bani dan tersenyum ceria kembali. "Fighting!" dia mengepalkan tangannya ke udara dan tersenyum ceria, Bani yang melihat hanya tersenyum dan mengangguk.

Mereka pergi meninggalkan tempat menyakitkan itu.

Berbeda dengan Aldi yang tak jauh bersembunyi dekat mereka. Aldi sama-sama tak menyangka perempuan yang dulu ia cinta selicik itu, perempuan yang sudah menghancurkan persahabatannya yang membuat tali persahabatan mereka putus tak bersisa, namun disisi lain, dia menatap salut pada Steffi, Iqbaal beruntung kini bersama Steffi.

Dan Aldi menatap Bani tak kalah salut, seharusnya dulu, dia menyikapi hal itu tenang seperti Bani, karena status Bani dan Aldi tidak jauh, malah Bani lebih menyakitkan di bandingkannya, karena memang Iqbaal tidak salah, dia yang bersikap kekanakan, dengan dendam yang menyelimuti hatinya, namun bagaimanapun penyesalan sebesar apapun, tak akan mengubah apapun antara Aldi dan Iqbaal.

Nasi sudah menjadi bubur.

Iqbaal telah membenci Aldi, dan Aldi sadar penyesalan selalu datang di akhir. Dan dia harus menerima bahwa Iqbaal dan Aldi hanyalah sebatas ex-best friend, yang dulu pernah berbagi tawa dan canda bersama-sama.

Aldi membuang nafas berat. "Gue kangen lo, Baale, tempe," ucapnya lirih. "Maafin gue."

Aldi meninggalkan tempat itu dengan gusar, dan kecewa, kecewa karena ulahnya.

***
(24 Januari 2016)

A.n://

Vomment ya guys, buktiin kegeregetan kalian, makasih buat 20k+ viewers and 1k likers i'm so excited!!
Baca juga Tomorrow dan Batnie Lova ya!
Thankyou guys! Iloveyou:*

"BANI SAYANG SABAR YA! MASIH ADA AKU KO."

-L A D D Y A

Somedays Later  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang