1st

2.1K 56 3
                                    

SMA Cempaka, sekolah yang kebanyakan cuma anak - anak berprestasi yang bisa masuk kesekolah ternama itu.

"Lo udah siap hari pertama?"

"Ya siap gak siap," kata Aletha dengan wajah gugup.

"Tenang masih besok kan MOS nya?"

"Iya kak, hari ini cuma upacara sama perkenalan,"

"Yaudah tuh udah sampe, good luck ta," kata Arsena sambil mengelus rambut adiknya dengan lembut. Ia tau bagaimana perasaan adiknya sekarang.

"Thanks,"

Aletha memasuki pagar sekolah dengan wajah yang tidak bisa lagi dijelaskan dengan kata kata. Perasaannya sudah tercampur aduk. Hari ini yang masuk hanya kelas 10, kelas 11 dan 12 masih diberikan libur sampai besok.

Kelas gue yang mana ya? Mana ini sekolah gede banget. Plis siapapun tolong gue.

Gadis itu kebingungan hanya berdiam diri dengan pakaian putih biru. Dan tanpa sadar ia sudah berjalan dan berhenti di tengah lapangan. Sudah mirip seperti anak kecil yang kehilangan orangtuanya di mall yang ramai.

"Kamu kenapa nak kelihatannya bingung?"

"Eh--h iya bu, saya bingung dimana kelas saya,"

"Emang kamu masuk kelas berapa?"

Duh, gue lupa lagi gue masuk kelas berapa.

"Hhm.. 10 IPA 3 bu," jawab Aletha tidak yakin.

"Oh itu yang disana nak. Nanti kamu naik tangga disebelah situ. Kelas kamu disebelah ruang bahasa inggris ya," guru itu tersenyum hangat kearah Aletha.

"Trimakasih bu,"

Aletha sedikit berlari yang ia butuhkan sekarang hanya kelas, tempat duduk, dan satu lagi, teman.

10 IPA 1, 10 IPA 2, nah itu kelas gue!

Ia tersenyum lega setelah menemukan kelas yang dari tadi menjadi tujuannya. Tanpa pikir panjang Aletha langsung masuk kelas dan langsung mencari tempat duduk. Rata - rata semua temannya sudah memiliki pasangan duduk. Aletha merutuki dirinya sendiri kenapa kemarin ia tidak ikut saat pembagian kelas.

"Eh nama lo siapa?"

"Eh iya nama gue Aletha,"

"Lo kemaren gak masuk ya?"

"Iya hehehe," katanya sambil tersenyum kikuk.

"Yaudah duduk disebelah gue aja, masih kosong kok," seorang anak perempuan menepuk kursi disebelahnya beberapa kali sambil tersenyum.

"Makasih...."

"Oh iya kenalin gue Anastasya panggil aja gue Tasya,"

"Makasih sya," kata Aletha mengulangi ucapan terimakasihnya.

Bagi anak - anak kelas 10 yang akan mengikuti upacara, segera berbaris dilapangan sesuai dengan kelasnya. Terimakasih.

Suara dari radio sekolah itu memenuhi seantero sekolah yang ramai. Semua anak turun kelapangan dan berbaris sesuai dengan kelas baru mereka. Aletha lupa sarapan tadi pagi jadi perutnya mengalami maag yang memang sering melanda anak itu. Tasya sudah bilang padanya untuk tidak usah mengikuti upacara tapi bukan Aletha namanya kalo tidak bisa meyakinkan orang lain.

"Lo yakin nih ta? Muka lu udah pucet loh?"

"Santai gue udah biasa kok," katanya dengan enteng.

"Yaudah kalo gakuat bilang ya,"

Aletha hanya mengangguk dan terus berjalan mengikuti Tasya kelapangan dengan sisa tenaganya yang ada.

"Eh lo cewe yang dikuncir satu,"

Aletha menoleh dan menunjuk pada dirinya, ia merasa kalo cowok yang berada beberapa meter dibelakangnya itu memanggil.

"Gue?"

"Iya lo," kata laki laki itu dingin.

"Kenapa?" iya yakin anak ini pasti kakak kelasnya karena ia mengenakan seragam abu abu kotak yaitu seragam dari SMA Cempaka.

"Jalan tuh cepetan, liat tuh temen temen lo aja udah pada baris, sana lari. Jalan kayak siput,"

"I-iya kak maaf," Aletha dan Tasya segera berlari secepat mungkin. Dan tenanganya tambah terkuras habis lagi.

Awalnya masih baik - baik saja. Sampai pada saat amanat pembina upacara berlangsung. Baru saja kepala sekolah itu menyampaikan salam ada sebuah suara dari barisan belakang. Tasya kaget karena teman barunya ini sudah pingsan. Semua anak PMR dan Osis segera berlari dan mencoba untuk membawanya ke UKS.

"Ini anak lagi," Dhavi, sang ketua osis menggendongnya sambil mendengus. Tadi anak ini sudah berjalan ke lapangan lama sekali sekarang ia menyusahkannya dengan membawa anak ini ke UKS.

"Ta bangun woy," sudah sekitar lima belas menit Tasya mencoba membangunkan temannya itu tapi tak ada respon sama sekali.

"Yaudah lo balik aja ke barisan biar dia gue urus," Dhavi mulai mendekati mereka berdua.

"Makasih ya kak,"

"Iya," balasnya dingin.

"Nyusahin banget sih ini orang," Davi malah mendumel sendiri tapi lama lama ia kasihan juga dengan gadis itu.

Aletha mulai mengerjap ngerjapkan matanya. Mulai beradaptasi dengan cahaya ruang UKS.

"Lah kok lo ada disini?"

"Tadi lo pingsan trus gua gendong," jawabnya datar tanpa ekspresi.

"Makasih kak,"

"Lo udah sadar kan? Gue tinggal ya,"

"Eh tungguin dong," dan mereka pun pergi meninggalkan ruang UKS ke kelas masing masing.

*****

AN:

Hai hai

Ini cerita perdana gue jadi maklumin aja kalo banyak typo bertebaran atau ceritanya gak nyambung.

Kalo ada kritik dan saran bisa comment ya.

Makasih:)

Carin.

Siluet Langit VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang