Part 8

23 2 1
                                    

"Miss Jensen" . Terdengar suara memanggilku dari kejauhan. Aku pun sontak berputar.
"Yes"
Ternyata dosen literatur, miss Anne.
"Aku hanya ingin memberimu ini, hopeless karya coollen hoover karna aku melihat daya membacamu sangat kuat jadi ini sebagai hadiah untukmu"
"oh miss, thank you very much"
"Your Welcome ,bye Jensen see you later"

Aku memegang novel pemberian miss Anne yang masih baru. Kusentuh menyentuh sudut plastiknya. Aku memang sudah lama menginginkan buku ini. Aku pun ingin segera pulang dan membacanya. Teringat Miley sedari pagi tidak terlihat. Kami tidak makan siang bersama, dia meninggalkanku di tengah-tengah orang asing. Namun, kalau diperhatikan belakangan ini Miley tampak murung. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Aku selalu bertanya padanya tapi dia selalu bilang "tidak ada apa-apa atau aku baik-baik saja". Sebelum pulang aku bergegas mencarinya. Mendatangi setiap isi ruangan.


"Hey Katie, apa kamu melihat Miley?" tanyaku pada ruangan kelima.
"umm tidak, mungkin diruang ekstrakulikulernya" jawab Katie yakin.
"oh begitu, okay thank you".

Aku benar-benar berkeliling kampus untuk mencari Miley namun aku tidak menemukannya. Kelas awal, akhir hingga ruangan ekstrakulikuler-nya pun tidak ada, dan satupun orang tidak ada yang melihatnya. Aku pun berjalan dengan lusuh sampai akhirnya aku di depan kantor administrasi. Aku tidak menyangka ternyata Miley berada disana. Tanpa sepengetahuanku. "Huft anak ini" batinku. Aku berniat untuk segera menghampiri tetapi, aku sontak berhenti karena mendengar percakapan serius antara Miley dan Miss Anne. Aku pun cepat-cepat melangkah mundur dan mengumpat di balik pintu. Aku masih bisa perbincangan mereka walaupun tidak begitu jelas. Awalnya aku akan menunggu Miley di kantin saja tapi aku penasaran apa yang sedang mereka bicarakan.

Miley's POV

Aku pikir sudah saatnya membicarakan ini kepada Miss Anne. Dia orang yang sangat baik. Beasiswa ini sangat berarti bagi hidupku namun, keluarga segalanya. Aku seakan tidak punya pilihan sejak kabar mengenai adik ku, John mengidap penyakit. Penyakit yang cukup ditakuti semua orang. Ayahku sudah lama meninggal. Aku hanya hidup bersama ibu, kedua kakak laki-laki dan adik kecil. Ibu bekerja di sebuah restoran Italia dengan gaji yang sangat minim. Jake, kakak pertamaku sudah menikah dengan wanita asal Jepang dan tinggal disana. David, kakak keduaku bekerja di toko roti milik ayah kami. Kami berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan penyakit yang di derita John. Ibu dan David mengatakan tetaplah melanjutkan kuliah tidak perlu memikirkan biaya untuk pengobatan namun, tekad ku bulat dan aku tidak ingin kehilangan John. Perjuanganku untuk mendapatkan beasiswa ini sangatlah tidak mudah. Siang dan malam aku belajar tanpa lelah. Akhirnya jerih itu telah membawaku mendapatkan kesempatan beasiswa New York University. Impian terwujud.

"Kau yakin akan hal ini?". Miss Anne mengulangi pertanyaan yang sama agar aku berubah pikiran. Aku tahu ini sulit dan hanya tinggal beberapa bulan saja menuju kelulusan. Aku memutuskan untuk meninggalkan kuliah agar aku bisa sepenuhnya merawat John yang mengidap kanker. Kemudian, nantinya aku akan membantu David meneruskan toko roti milik ayah.

"Iya aku sangat yakin".

Dengan perasaan berat hati, miss Anne menandatangi surat pengunduran diri dari mahasiswa. Aku memperhatikan secarik kertas tersebut dengan pikiran melayang. Setelah selesai dengan administrasi, pengembalian akses kampus dan kunci loker kemudian membereskan semua berkas-berkas tadi. Aku berdiri, menyatakan selamat tinggal kepada miss Anne dan menuju pintu keluar. Aku teringat akan sesuatu.

"Oh astaga! Jensen!". Mata ku melebar dan segara mendorong pintu dengan kencang.
"BUKK!"

***

Aku pun terus mendengarkan percakapan mereka dengan seksama. Satu hal yang aku dengar sangat serius tapi aku rasa tidak yakin yang aku dengar ini. Miley akan berhenti.

"BUKK!". Seseorang mendorong pintu begitu kuat hingga aku tersungkur.
"Astaga!!" Teriak Miley melihatku terjatuh ke lantai.
"A-aku tidak sengaja maaf, sini biar aku ban- Jen?."
"Ouch!". Rintihku kesakitan.

Aku tidak menyangka kalau Miley cepat sekali keluar dari kantor Miss Anne lagi pula telingaku sedang menempel disela-sela pintu jadi aku tidak melihat akan ada orang yang keluar dari ruangan itu. Aku pun hanya terkekeh melihat kepanikan Miley."Kamu darimana saja hah? aku mencari mu, dari kelas ke kelas kemudia kelas ekstrakulikuler tetap saja aku tidak menemukanmu, aku tidak melihat mu sejak pagi, dan juga kamu tidak hadir di kelas literatur". Aku terus saja berbicara pada Miley tanpa jeda sampai dia terlihat kebingungan harus membalas apa."Hey chill, i'm sorry aku banyak urusan ,bagaimana kalau kita ke kantin saja". Aku pun setuju dengan ajakan Miley dan mengikutinya.

Is it right ???Where stories live. Discover now