Part 6

23 2 1
                                    

Perpustakaan memang menjadi tempat untuk mencari ketenangan. Dia sudah menjadi rumah kedua bagiku. Lagipula aku sambil menyelesaikan tugas yang diberikan Miss. Anna. Dia memberikan tugas untuk mencari tahu makna dari istilah-istilah yang dipakai dalam novel classic. Kemudian aku juga memerlukan kamus untuk menemukan makna tersebut. Aku sibuk berjalan dari rak menuju rak lainnya dengan serius. Setelah sudah dapat aku pun membawa kamus-kamus tersebut menuju tempat duduk dan meja yang telah aku tempati sebelumnya.

"Jensen"

"Oh My God!" aku terkejut dengan tepukan di pundak ku.

Seorang cowok membuatku terkejut setengah mati karena aku sedang dalam keadaan fokus mengerjakan tugas."Sorry,boleh gue duduk disini?" tanyanya."Oh iya boleh" jawabku datar. Aku kembali dengan tugas kembali lalu sontak mengingat yang baru saja dikatakan. "hey sorry how do you know my name?" tanyaku padanya sambil mengerutkan dahi."We're in same class, idiot! Of course i know your name" jawabnya dengan sarkas. Aku sontak kesal dengan jawabannya yang mengatakan aku bodoh. "I'm sorry because you are fucking stranger for me then suddenly know my name" ucapku sarkas sambil menatap tajam cowok tersebut. Ya tuhan orang ini padahal nanya baik-baik malah jawab kasar banget. Kemudian dia hanya senyum seringai lalu duduk di sampingku. Orang ini yang sebenarnya idiot, tidak sopan pula. Dia tidak meminta maaf telah berkata tidak sopan kepada orang yang baru dia temui.

"Dasar Rambut Blonde Idiot!." batinku.

Aku pun menghela nafas dan bersikap tidak peduli lalu melanjutkan kegiatan ku kembali.

"Lo lagi ngapain?" tanyanya.

"Jangan ganggu gue please" jawabku tanpa menatapnya.

Dia pun terdiam sejenak dan membenarkan posisi duduknya.

"Okay, sorry"

"Apa yang sedang lo kerjakan?" sambil mengambil kamus yang sedang pegang.

"GUE BILANG JANGAN GANGGU! NGERTI GAK SI LO!"

Teriakan ku sangat menggelegar di dalam ruangan perpustakaan sehingga beberapa orang sontak menatap ku sinis. "Shh" seorang pria menatap ku sambil mengisyaratkan jangan berisik. Wanita paruh baya dan berkacamata menghampiri tempat kami dan berkata "Tolong tidak boleh berbiara, atau silahkan keluar". Aku pun meminta maaf kepadanya dan tersenyum paksa. Dia pun langsung mendekatkan wajahnya dan berbisik di telingaku.

"Shut your fucking mouth, lo ganggu semua orang di sini, Idiot!".

Setelah dia berbisik seperti itu, aku menatapnya dengan sorot mata marah tapi, aku menahannya agar tidak di tegur kembali. Akhirnya aku memutuskan diam dan bergeser menjauh darinya.

********

Setiap pergantian semester, sekolah selalu mengadakan rolling kelas. Cara kerjanya simple hanya menukar pengelompokan alphabet pada nama depan siswa/siswi. Misalnya nama depan murid alphabet kelompok 1 yaitu a,b,c,d,e,f,g akan bertemu nama depan murid kelompok 2 yaitu o,p,q,r,s,t,u. Kemudian nama depan murid kelompok 3 yaitu h,i,j,k,l,m,n bertemu dengan nama depan murid kelompok 4 yaitu u,v,w,x,y,z. Kelompok-kelompok alphabet tersebut nantinya akan saling bertukar setiap pergantian semester. Menurut pihak sekolah sistem tersebut efektif memperluas lingkup pertemanan dari kelas-kelas lain dan melatih adaptasi. Aku benci sekali sistem alphabet karena nama ku dengan Niall berada dalam satu kelompok dan akan selalu menempati kelas yang sama walaupun terjadi rolling hingga kami lulus nanti. Aku adalah pelajar sekolah menengah di Wanstead High School, London. Wanstead adalah sekolah dengan fasilitas dan spesifikasi outdoor yang sangat bagus. Sama halnya dengan Niall, kami sudah menjalani dua tahun belajar bersama-sama tapi, menurutku kami bukan teman. Niall merupakan cowok satu kelompok alphabet dengan ku. Dia sangat ahli dalam bermain alat musik gitar. Dimanapun dia berada pasti ada suara petikan gitar sehingga mengundang orang-orang sekitar. Terutama cewek-cewek akan menghampiri hanya untuk sekedar bernyanyi bersama plus mendekatinya sudah pasti. Dia suka usil dan konyol sehingga membuat ku jengkel tapi, terkadang membuatku tertawa.

"Niall!" bentak ku.

Telinga ku berdenging akibat suara bising oleh Niall yang terus memetik gitarnya sambil bernyanyi-nyanyi. Benar-benar sangat mengganggu gendang telinga.

"I can be your hero, baby"
"I can kiss away the pain"

Niall tidak menggubrisku, ia tetap bernyanyi dan memetik gitarnya

"I will stand by you forever"
"You can take my breath away"

Aku udah gak bisa tahan emosi karena dia belum diam juga.

"ASTAGA LO INI BUDEG ATAU APA SIH STOP MAIN GITAR BERISIK TAU"

Akhirnya Niall pun berhenti memetik gitar dan bernyanyi. Sungguh dia berhenti bermain gitar. Syukurlah dia mau mendengarkan jadi aku bisa fokus lagi belajar. Tidak ada satu menit Niall menghampiri dan menatap ku sambil terkekeh-kekeh. Aku pun menghentikan kegiatan belajar dan langsung menengok ke arah nya."Ada apa lo dekat-dekat. Sana pergi" ucapku sambil mendorong lengannya.

"Lo tuh lucu ya kalo lagi marah terus teriak begitu"

"Shut up! Sana pergi. Dasar idiot!"

Aku pun melanjutkan belajar. Namun, Niall tidak beranjak pergi tapi, hanya mengatur posisi duduknya menghadap depan.

"Your words cut deeper than a knife"

Tiba-tiba Niall bernyayi dengan suara pelan. Itu lagu Shawn Mendes. Aku adalah penggemar berat Shawn Mendes. Aku sangat suka dengan lagu-lagu ciptaannya selain itu dia sangat tampan dan imut. Aku sering heboh sendiri kalo ada update-tan baru dari Shawn.

"Now i need someone to -- oh c'mon Jensen gue tau lo pasti ingin bernyanyi juga kan"

Sialan!

"Ayolah Jensen" Niall mencolek lengan ku beberapa kali agar aku mau bernyanyi juga.

"Stop please, jangan ganggu gue"

"Ohh jadi lo tidak suka dengan si Mendes lagi. Dasar bukan fan sejati"

Aku pun tidak tahan sehingga merespon ocehannya.

"Hey fuck you Niall"

"Ouch!" ucap Niall dengan ekspresi meringis palsu setelah itu cengengesan.

Is it right ???Where stories live. Discover now