Profesor Gamma #2

7.1K 756 7
                                    

GEMMA 2

Aku sudah menduga sejak aku membangun sekolah ini, hal seperti ini terjadi. Setelah semalam tadi melewati perdebatan tentang sekolah ini sampai pada akhirnya mereka mulai menyerang.

Amartha.

Nama seseorang dan nama sekolah dengan persenjataan lengkap seperti sekolah militer dengan siswa lebih dari 100 orang.

Amartha memiliki masalah masa lalu dan memendam dendam padaku.

Karena sekolah yang aku dirikan ini hanya membuat sekolahnya kekurangan siswa pendaftar. Padahal aku hanya menerima 10 orang per musim. Tapi itu masih saja menjadi perdebatan diantara aku dan dia.

Aku dan Amartha.

Dulu kami memang sudah sepakat untuk membuat sekolah dengan latar belakang perang. Tapi Amartha mengkhianatiku dengan mendirikan sekolah untuknya sendiri tanpa aku ketahui. Aku mengetahuinya saat dia benar- benar sudah menghabiskan banyak uang dan sekolah itu banyak menerima siswa brandalan. Dia membangun sekolah itu dengan uang modal yang sudah aku kumpulkan dari beberapa tahun yang lalu. Sial. Aku sempat hilang akal waktu itu. Karena pembangunan sekolah yang aku dirikan belum menerima siswa dan bahkan belum selesai dibangun, dia sudah menerima banyak siswa.

Aku berjalan cukup cepat ke depan gerbang yang aku bangun kokoh dengan keamanan tingkat 3. Melihat keadaan di sana dan masih cukup aman. Tidak mudah di tembus memang. Keamanan tingkat 3 ini di susun oleh alat yang aku dan anak-anak ciptakan.Berkat itu semua, gerbang depan ini tahan akan serangan yang di kirimkan oleh Amartha.

Tapi tetap saja, aku takut orang- orang di dalam gedung sekolah ini menjadi takut dan berkeliaran kalang- kabut untuk keluar dari sini. Tapi, seketika aku tenang melihat para pelatih dan siswa lainnya membantu mengamankan gerbang.

Aku menyuruh Rico sang ahli komputer untuk meningkatkan keamanan. Rico hanya mengangguk dan berlari ke arah pusat keseimbangan dari sekolah ini bersama dengan Joseph yang mengikutinya di belakang. Sedangkan beberapa anak bersenjata khusus dan anggota inti mengikutiku untuk melihat gerbang depan. Dan wow. Gerbang ini seperti dihancurkan oleh bom rakitan.

Hancur berantakan.

Meskipun baru tingkat dua, tapi senjata Amartha bukanlah hal yang harus di remehkan. Banyak yang harus di perisapkan melihat Gerbang depan sudah hancur. Tidak sehancur itu, hanya satu tingkat lagi, dan mungkin Amartha bisa masuk ke dalam gedung.

"Bendera perang telah di kibarkan," gumam Axraga setelah melihat hancurnya gerbang itu

Aku mengangguk kecil menyetujuinya.

Dan tentu saja aku tidak akan tinggal diam melihat ini.

'Keamanan berada di level 4.'

"Anggota senjata khusus mohon berjaga," aku berteriak yang dibalas oleh anggukan anggota bersenjata khusus itu. Mereka dengan senjatanya mampu menahan jika saja ada kemungkinan Amartha masuk ke dalam sini.

Aku berkumpul membentuk lingkaran di belakang anggota inti. Termasuk Sainara yang sedari tadi diam. Aku tau dia pasti membaca pikiranku.

"Sepertinya kau sudah tau apa yang terjadi nona kecil," bisikku di telinganya yang diangguki olehnya

Aku terkekeh ketika dengan datarnya Sainara menjawabku dengan anggukan yang bahkan tidak seperti anggukan.

"Baiklah. Ini memang kacau. Tapi misi harus selesai. Tara, Axraga dan Sainara. Kalian tetap harus periksa gedung yang akan dijadikan target untuk misi kali ini."

Aku memang tidak bisa memaksa mereka keluar.

Tapi misiku adalah membuat semua pelanggan yang menandatangani kontrak eksklusif harus puas. Dan itu tidak berlaku jika aku menanggalkan misi ini.

Romantic SpyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang