Perfect

20.5K 919 16
                                    

Author : minsoo kim
Pairing : Kookmin and vmin
Rate : 17+
Length : 600+ words
Genre : Angst, Romance, Drama
Warning! Typo dimana-mana, scene yang sedikit menjurus, jadi diharapkan bersiap diri.
.
Ku langkahkan kakiku masuk gerbang sekolah dan segera pergi menuju lokerku. Dari tempatku berada, dapat kudengar suara teriakan histeris siswi-siswi, memanggil nama seseorang yang kukenal. Kim taehyung, tentu saja. Siapa yang tak mengenal dirinya yang begitu sempurna dimata seseorang yang melihatnya. Dengan penampilan yang cool, layaknya pangeran dan juga wajah tampannya. Ia dapat dengan mudah membuat semua wanita tertarik, jatuh dan menggilainya, terbukti bagaimana hampir semua siswi terpikat akan pesonanya. Tetapi, walapun begitu, sikapnya terhadap seseorang begitu dingin, dia cenderung tidak memperhatikan sekitarnya dan hanya berlalu setiap kali seseorang memanggil namanya, terlebih seorang wanita, tak akan ia indahkan panggilan tersebut, menoleh saja tidak, jikalaupun iya, ia justru akan menatap perempuan tersebut dengan tatapan jijik ataupun meremehkan, seolah mengusir kehadiran wanita tersebut yang mengusik ketenangannya.

Anehnya, tak pernah kulihat dia memandangku seperti itu. Tidak bermaksud untuk bersikap kegeeran atau apapun itu, tetapi aku selalu merasa bahwa, secara diam, dia memperhatikanku. Dan juga setiap waktu istirahat tiba, dia tidak akan keluar dari kelas -ya, kami sekelas-, justru ia akan duduk di bangku kesayangannya -yaitu pojokan ruangan- dan berpura-pura tidur -meskipun ku tau itu hanyalah akting belaka-. Setiap kali ku menangkap dirinya menatapiku, dia malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Tersadar dari lamunanku, aku melihat dirinya yang sedang terdiam diri menatapku. Astaga, dia tidak mengalihkan pandangan. Dapat kurasakan wajahku yang menghangat dan kupastikan bahwa rona merah itu menjalar di wajahku. Akulah yang kini mengalihkan pandanganku, sebelum sekilas melihat senyuman tipis terhias diwajahnya. Aku menghela napas berat.
.
Astaga, apalagi ini? Aku bertanya pada diriku ketika kudengar jeritan para siswi layaknya fangirl yang melihat idolanya di depan matanya.

Aku menutup telingaku dengan menyumpal earphone dan menyalakan lagu dari ponsel jadulku, berusaha mengusik kebisingan yang terjadi disekitarku. Ku alihkan tatapanku, tapi sialnya, pandanganku malah jatuh pada sesosok pemuda yang berdiri dikerubungi oleh banyak wanita. Aku berdecak tak suka, melihat pandangan tak enak dimataku. Sekilas, dapat kulihat laki-laki itu menoleh ke arahku dan menyeringai. Aku menaikkan alisku, heran dan tidak mengerti maksud seringaian tersebut.

Dengan cepat, aku balikkan tubuhku, berjalan menuju lokerku. Sontak, aku terlonjak kaget ketika melihat seseorang bersandar di samping lokerku saat ku menutup lokerku. Dengan seringaian yang tak luput pupus dari wajahnya, ia menatapku dengan pandangan tajam. "Hai." Katanya.

Aku menaikkan alisku, menatapnya dengan beribu pertanyaan, seperti, "Mau apa dirinya? Mengapa dia menghampiriku? Apa maunya?", Dan seolah mengerti arti dari tatapanku terhadapnya, ia mulai berucap, "aku jeon jungkook. Siswa sekolah sebelah, hanlim art school" katanya dengan mengulurkan tangannya seolah ingin berjabat tangan denganku. (a/n. aku tahu harusnya jk bersekolah di sopa, sekolah jimin, tapi di sini ku ubah total dan hasilnya ya.. dapat dilihat sendiri)

Masih dengan tatapan heran dan aneh, aku memandangnya dan mengacuhkan acungan tangannya. Dia berdehem gugup dan menarik tangannya. "Kau terlihat seperti orang yang mengasikkan dan ramah, jadi aku menghampirimu." Dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya, ia berucap.

Darimana mengasikannya aku? Dan sejak kapan aku ramah? Aku bahkan tidak mempunyai banyak teman dan justru lebih menyukai keheningan dibandingkan keramaian disekitarku, orang ini terlalu cepat berasumsi tentang seseorang.

Aku menatapnya sebal dan lebih memilih bergegas meninggalkannya sebelum lenganku digenggam erat oleh tangan seseorang yang dapat ku pastikan itu milik jungkook. Tubuhku dihempasnya hingga bersandar ke lokerku dan dia menatapku dengan tatapan yang sangat tajam, menusuk dan seolah menghipnotisku untuk menatapnya. Sempurna, itulah yang dapat ku pikirkan ketika melihat wajahnya dari dekat.

"Sudah cukup kita bermain, Park Jimin."
.
Yak, aku tak tau apa yang ku tulis dan maafkan aku dengan penggunaan kata yang sangat berantakan. Aku minta maaf sekali lagi. Tolong berikan vote dan komennya agar aku dapat semangat melanjutkannya, terima kasih:)

Tertanda,
Minsoo kim.

Crazy In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang