6. Ketika Ia Marah

Start from the beginning
                                    

"Nggak kok, Papa nggak akan marah sama Sanni, sini papa peluk Sanni, papa sayang banget sama putri kesayangan Papa satu-satunya ini." Ucap Adi sambil merentangkan tangannya dan memeluk putri kesayangannya itu, dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kebersamaan mereka.

"Sanni juga Sayanggg bangett sama Papaa." Jawab sang putri sambil menyambut pelukan sang Ayah.

"Nah sekarang ayo papa bacakan lagi ceritanya." Ucap Adi sambil membuka lembaran pertama buku tersebut.

"Nggak usah deh pah, Sanni langsung mau tidur aja."

"Benerannih, nggak mau Papa dongengin ?"

"Iya Papah Sanni yang paling ganteng, tapi Papa harus janji ya kalau Sanni bangun tidur nanti Mama harus sudah ada di samping Sanni, okee ?"

"Oke, Papa janji sekarang selamat tidur tuan putri." Ucap Adi sambil mencium kening putrinya dan keluar dari kamar sang putri yang didominasi dengan warna pink itu.

***

Di lain tempat, tepatnya didepan kamar Sanni, Hana masih betah melihat kemesraan ayah dan anak itu, ia benar-benar merasa bersalah karna kecerobohannya yang lupa menjemput Sanni, sehingga membuat Adi cemas dan terpaksa pulang untuk mengurus Sanni , ya walaupun seingat Hana bahwa hari ini Adi akan pulang terlambat karna akan menghadiri pertemuan penting di perusahaannya, tapi lihat sekarang semuanya berantakan karna kecerobohannya.

"Puas dengan hari ini ?" terdengar suara Adi sehingga membuat lamunan Hana terpecah.

"Mak..sud..Mas ?" Dan bagus sekali mulut Hana ini, padahal ia jelas-jelas tahu kesalahannya.

"Kamu pura-pura lupa atau tidak tahu ? kan saya sudah bilang jangan lupa untuk menjemput Sanni, tapi apa kamu malah tak menjemputnya."

"Maaf Mas, aku tahu aku salah, maaf mas." Hanya itu yang dapat dikatakan oleh Hana, karna ia juga tak tahu kata-kata apa yang pantas diucapkannya setelah dengan bodohnya ia lupa dengan kewajibannya untuk menjemput Sanni.

"Maaf kata kamu ? kamu tahu Sanni nangis gara-gara kamu, ia menunggu kamu selama satu jam, tapi apa kamu tidak datang menjemput Sanni, bagaimana tadi kalau ada apa-apa sama Sanni ? kamu mau tanggung jawab hah ? saya tahu kamu pasti masih terkejut dengan keadaan kamu yang sudah menikah dengan duda beranak satu seperti saya, saya tidak mempermasalahkan kekagetan kamu, tapi tolong pikirkan Sanni, anak saya masih kecil untuk mengerti masalah kita, Sanni juga sudah menganggap kamu sebagai ibunya, tidak bisakah kamu menganggap anak saya sebagai orang yang kamu sayangi ?"

"Aku benar-benar minta maaf mas, aku tahu aku salah, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi mas, aku juga menyayangi Sanni seperti anakku sendiri mas, aku tak pernah berpikir untuk melakukan hal-hal kejam yang membuat Sanni menangis." Ucap Hana menjawab ucapan suaminya itu, ia benar-benar menyesal sekarang.

"Dan nyatanya kamu sudah berhasil membuat anak saya menangis, kamu tega membiarkan anak saya menunggu begitu lamanya, kamu tega mengecewakan saya, awalnya saya berpikir kamu adalah orang yang baik-baik, kamu tidak mungkin mengecewakan saya, ternyata saya salah menilai sikap lugu dan penurut kamu, saya benar-benar salah mengira bahwa kamu perempuan yang taat beragama, perempuan yang akan mengurus anak saya dengan baik, tapi apa ini kenyataannya kita baru menikah tiga minggu dan kau sudah membuat anak saya menangis."

"Mas aku benar-benar minta maaf, aku tahu aku salah, tapi bisakah mas tak mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu, aku tahu aku bukan perempuan yang sempurna untuk menjadi ibu untuk Sanni, tapi aku , manusia mas aku wajar punya kesalahan, maaf belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik, aku akui mas pada awalnya aku memang sangat sulit menerima kenyataan ini, usiaku masih 20 mas, belum ada impianku untuk menikah diusia ini, apalagi mengurus anak, tapi ternyata seiring berjalannya waktu aku mulai sadar bahwa ini takdir hidup yang kupunya, aku harus bertanggung jawab saat mas sudah mengucapkan saya terima nikahnya di depan waliku, dan sekarang aku sudah mulai mencintai Sanni seperti anakku mas, aku bahkan berharap bahwa ini adalah pernikahan pertama dan terakhirku mas." Jawab Hana sambil menangis, ia sudah lelah karna memiliki kehidupan pernikahan yang tak semanis ia bayangkan, tapi setelah mengeluarkan unek-unek yang mengganggu pikirannya Adi malah menatap Hana sebentar dan langsung pergi keluar rumah tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Dan kontan saja setelah suaminya pergi keluar rumah tangisan Hana semakin kuat ia benar-benar menyesal kenapa suaminya seperti tak memberikan kesempatan untuk menjelaskan apa alasannya sehingga ia telat menjemput Sanni.

***

Setelah insiden kemarin berlalu, sifat Adi masih sama saja, tetap tidak banyak bicara dan Hana pun masih merasakan aura kemarahan dari suaminya itu, Hana benar-benar merasa seperti istri yang kurang ajar kemarin, ia dengan bodohnya menjawab ucapan sang suami, padahal waktu itu ibu mertuanya sudah pernah mengatakan bahwa jika Mas Adi marah jangan pernah menjawab apa yang sedang diucapkannya, karna jika ucapannya dijawab maka suaminya itu akan makin emosi, Ibu mertuanya juga menyarankan saat Suaminya marah lebih baik Hana diam dulu, tidak usah menjawab, biarkan Suaminya tenang dulu dan baru membicarakannya dengan baik-baik.

Hai saya baru update, Vote dan komentar ditunggu, yaa..

terimakasih buat yang sudah membaca, yang vote, yang komen di cerita ini..

salam hangat, Loveyole..


Dibalik PernikahanWhere stories live. Discover now