6. Ketika Ia Marah

16.9K 850 7
                                    

6. Ketika Ia Marah

Ini benar-benar di luar kuasa Hana, ia juga tak tahu mengapa kenapa ia sampai lupa menjemput Sanni, dan sekarang Hanna sudah berada di depan gerbang sekolahan Sanni, tapi di sana tak terlihat siapa-siapa kecuali satpam sekolah yang hendak bersiap untuk pulang, dengan segera Hanna berlari menghampiri satpam tersebut dan bertanya tentang Sanni,

"Pak lihat anak kecil yang nunggu jemputan di sini nggak pak ?"

"Terakhir sih tadi neng, udah dijemput."

"Dijemputnya sekitar jam berapa pak ? ciri-ciri anak yang nunggu jemputan seperti apa pak ?"

"Sekitar jam 12 siang tadi neng, ciri-cirinya sih dia kuncir dua neng, namanya Sanni kalau tidak salah, tadi juga anaknya nangis soalnya udah nunggu sekitar satu jam ditemani gurunya, tapi alhamdulillah orang tuanya jemput juga tadi."

"Orang tuanya ?" Hanna benar-benar bingung sekarang, apa jangan-jangan Adi datang menjemput Sanni ? tapi setahu Hanna hari ini agenda Adi dikantor sangat lah banyak, tidak mungkin kan Adi menjemput Sanni, atau jangan-jangan ada orang jahat yang menculik Sanni, yaa bisa saja mungkin lawan bisnis nya Mas Adi melakukan itu, aduh kok malah tambah ngawur sih ? stop Hanna Mas Adi itu baik jadi nggak mungkin ia punya musuh di kantornya.

"Iya neng, itu lho Pak Adi, emang kenapa neng ?"

"Pak Adi ? beneran nih pak ? ah ya sudah kalau begitu terima kasih ya Pak." Ucap Hanna setelah itu ia langsung bergegas menaiki taksinya lagi untuk pulang, ia benar-benar khawatir tentang bagaimana keadaan putrinya itu.

***

Di sebuah kawasan perumahan elit, tepatnya di nomor rumah 45, terdengar suara tangis anak kecil, yap tepat sekali itu adalah suara Sanni, ia sedang menangis sekarang hingga membuat sang Ayah terlihat cemas dengan tangisan sang putri kesayangannya yang tak berhenti-henti itu.

"Papa, Mama mana ? kenapa nggak jemput Sanni ? Sanni nakal ya pa sampai Mama nggak jemput Sanni ? huhuhuhu, Mama juga nggak ada dirumaahh, hhuhuhuh." Tangis Sanni yang tersedu-sedu pasalnya sekarang ia benar-benar tak melihat di mana keberadaan Mama itu.

"Mama lagi pergi jenguk nenek, jadi sekarang diam ya sayang, Papa bakal temenin kamu spesial hari ini." Jawab Adi dengan tersenyum, walau sejujurnya ia sedang menahan emosi atas kelakuan Hana, gadis yang baru ia nikahi 3 minggu itu.

"Papa nggak bohong kan sama Sanni ? Mama bakal pulang kan ? nggak bakalan tinggalin Sanni lagi ?" tanya Sanni sepertinya sekarang ia sedang berusaha menghentikan tangisnya walaupun matanya masih merah dan akan siap kapan saja mengeluarkan air dari mata indahnya itu.

"Iya, Papa nggak bohong kok, sekarang Sanni tidur siang dulu ya nanti Papa dongengin mau nggak ?"

"Iya, Paa, Sanni mau soalnya kemarin Mama beliin Sanni banyak banget buku cerita." Ujar anaknya itu sambil tersenyum dan mengajak sang ayah ke kamarnya untuk menunjukkan betapa banyak buku yang ia beli kemarin bersama sang Mama.

"Cerita ini aja ya pa." Ucap Sanni sambil memberikan buku cerita yang berjudul Si Kancil dan Kura-kura.

"Lho bukannya ini sudah Papa beliin dulu, kok Sanni beli lagi ?" tanya sang Ayah sambil mencermati judul besar buku cerita tersebut, seingatnya ia pernah membelikan Sanni buku ini, bahkan seingatnya juga ia sudah pernah 3 kali mendongeng kan cerita ini.

"Mama yang mau beliin Sanni buku itu pah, kata mama itu buku ceritanya bagus, nanti Mama bakal bacain buku cerita ini kalau Sanni mau tidur, jadi Sanni mau deh di beliin buku yang udah Sanni punya."

"Ya ampun Sanni..,,," Adi benar-benar tak menyangka anaknya memiliki pikiran seperti ini

"Maafin Sanni ya Pah, Sanni tahu itu pemborosan, tapi Sanni nggak mau Mama kecewa sama Sanni dan pergi lagi ninggalin Sanni sama Papa." Dan lihat sekarang mata Sanni sudah memerah kembali sepertinya hari ini ia ta akan pernah bosan untuk mengeluarkan air matanya itu.

Dibalik PernikahanWhere stories live. Discover now