Part 12 - Bersamamu...

Comincia dall'inizio
                                    

         “ Mbak!”, panggilku pada waitress yang kebetulan sedang berjalan kearah kami.

         “ Mau pesan apa mbak?”, tanya mbak waitress yang sudah sampai dihadapanku dengan senyum ramahnya.

         “ Saya pesan Iga bakar dua dan Orange jus juga dua “, Sebutku pada Mbak waitress. Mbak waitress pun mencatatnya.

         “ Oscar? Itu saja cukup kan? Ada lagi yang mau kamu pesen?”, tanyaku pada Oscar yang entah bagaimana tiba – tiba membuat Mbak waitress terkejut seperti habis melihat hantu.

         “ Se.. selamat Malam pak “, Sapa mbak waitress tergugup – gugup. Lho..lho..? kok dia nyapa Oscar ?

Oscar menatap Mbak waitress tersebut lalu tersenyum lembut “ Malam “, sahutnya singkat.

         “ Pesanannya saya baca ulang ya, Iga bakar dua dan orange jus’nya juga dua, mohon ditunggu ya..”,Jelas Mbak Waitress lalu meninggalkan meja kami. Aku kembali fokus pada pria tampan dihadapanku, ia masih kelihatan gelisah dan sorot matanya terlihat kosong.

         “ Kamu melamun lagi Oscar,kalau memang kamu sedang kurang sehat, lebih baik kita pulang saja”,Ujarku dengan kata – kata penuh penekanan karena jujur aku sudah mulai risih dengan sikapnya. Oscar akhirnya kembali menatapku, ia menggelengkan kepalanya lalu memberikan senyumnya yang selalu sukses menggetarkan hatiku.

         “ Maafkan aku Sinta, aku tidak apa – apa ko, tadi kan aku yang setuju untuk menemanimu malam ini “,Sahutnya, nada suaranya terdengar lebih lembut sekarang seperti Oscar yang selama ini aku kenal.

         “ Aku tidak memaksa kok, lagian aku juga tidak enak pada kekasihmu kalau kamu harus nemenin aku malam ini “, rasa penasaran membuatku akhirnya bertanya pada hal yang paling penting dari seorang pria apalagi kalau bukan status.

         “ Kekasih? Aku tidak punya kekasih, Sinta… Aku masih single, free and available “, Sahutnya sambil menekankan setiap kata - katanya, senyum devilnya tercetak dengan jelas membuat kharisma yang ada didalam dirinya semakin kuat dan membuatku semakin kelepek – kelepek tak berdaya. Dia Single? Free? And available? Oh ya Tuhan…akhirnya kau mendengar doaku.

         “ Apa sekarang kamu sedang mempromosikan diri kamu sendiri?”, sindirku yang membuatnya terbahak – bahak.

         “ Sepertinya begitu, lagi pula kamu juga single bukan? So, Why not aku mencoba mencalonkan diriku padamu ?”, Sahutnya yang membuatku terdiam seketika. Ini pasti becanda kan? Nggak mungkin dong dia beneran nyalonin diri jadi pacar aku?

          “ Sinta…kamu marah ya sama aku? Aduuh aku minta maaf  ya ”, Oscar kembali bicara, nadanya terdengar panik, ia bahkan meraih tanganku dan menggenggamnya dengan lembut, matanya menatapku dengan tatapan memohon. Aku terus berusaha untuk mengendalikan degup jantungku yang semakin tak karuan.

         Aku menggelengkan kepalaku, tanda bahwa aku tidak marah padanya, tanda bahwa aku mengutuk kebodohanku sendiri yang selalu tak berdaya jika berhadapan dengannya.

         Saat waitress datang membawakan makanan kami, genggaman tangan Oscar terlepas, kami berdua makan dalam diam, tidak ada yang berani berkomentar, hanya berkonstrasi pada Iga bakar yang ternyata rasanya lumayan lezat.

         “ Kamu sepertinya suka sekali kecap ?”, Tanya Oscar ketika aku menuang kecap untuk yang ketiga kalinya. Aku hanya tersenyum kecil. Hampir seluruh orang yang mengenalku tahu aku suka sekali kecap, setiap makan harus ada kecap dan kalau makan tak ada kecap rasanya seperti makan tidak pakai bumbu.

The Second Chance ( The Wiryawan Series )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora