Part 10 - Insiden Jus Tomat...

33.5K 2.2K 42
                                    

Setelah memikirkannya selama dua hari akhirnya aku memutuskan untuk membicarakan hal ini pada Mbak Laras, siapa tahu ia punya komentar yang memang harus aku dengar. Hari ini hari sabtu dan aku segera beranjak pergi kerumah Mbak Laras. Istana mereka terlihat sepi seperti biasa, aku segera masuk dengan terlebih dulu menyapa security yang berjaga di depan pintu pagar, namanya Mang surip, orangnya baik dan sangat ramah.

       “ Assalamualaikum”, Sapaku begitu sampai diruang tengah.

       “ Walaikumsalam, di belakang Sin!”, Sahut Mas Yoda yang memberitahu keberadaan mereka. Aku segera berjalan menuju halaman belakang tempat dimana ada taman dan kolam renang yang kemarin menjadi saksi dimana aku dan Oscar bisa duduk dan makan bersama, mengingat hal itu membuat senyumku mau tak mau terukir.

       “ Hai Sin!”, sapa Mbak Laras yang terlihat asik membaca di gazebo dengan Mas Yoda yang dengan telaten memijat betis Mbak Laras. Aku mendekati dan duduk dihadapan mereka.

       “ Sama siapa?”, Tanya Mbak Laras tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca.

       “ Sendiri mbak, ada yang mau aku omongin Mbak, Mas”, Kataku memulai pembicaraan. Mbak Laras menutup bukunya dan melirik Mas Yoda yang senantiasa tersenyum dan menatapnya penuh cinta. Aiish..bikin iri aja!

       “ Ada apa Sin? Sepertinya serius banget”, Ujar Mbak Laras sambil memperhatikan ekspresiku. Aku menghela nafas.

       “ Bukan masalah besar, cuma…aku mau minta saran, aku ada rencana mau ngelanjutin S2 di Paris, bagaimana menurut kalian?”, Jelasku yang membuat keduanya terdiam sesaat. Mas Yoda yang lebih dulu menanggapi penjelasanku.

       “ Mas dukung Sin, kalau bisa Mas akan biayai semuanya sampai kamu lulus, kamu juga bisa menempati apartemen Mas yang ada disana “, sahut Mas Yoda yang membuat Mbak Laras menatapnya.

       “ Kamu serius Mas? Kamu serius mau bayarin kuliah Sinta?”, Tanya Mbak Laras tak percaya. Mas Yoda mengangguk dan tersenyum penuh kasih membuat Mbak Laras menghambur kedalam pelukan Mas Yoda. aku sendiri hanya bisa termangu, semuanya terasa begitu mudah. Aku bahkan tidak perlu susah payah mengajukan permohonan beasiswa dan mencari tempat tinggal selama disana. Apa ini yang sudah Allah rencakan untukku?

       “ Pilih saja universitas yang kamu mau, nanti Mas yang akan urus semuanya, dari visa sampai keberangkatan kamu, kapan kamu mau berangkat?”, Penjelasan dari Mas Yoda membuat nyaliku ciut seketika. Apa aku siap pergi meniggalkan semua yang aku miliki disini.

       “ Jujur… aku sendiri masih belum yakin Mas…apa aku bisa meninggalkan Ibu, Bapak, Mbak, Rama, rasanya egois jika aku memaksakan kehendakku, aku bahkan belum banyak membantu Ibu dan Bapak setelah kelulusanku”, Jelasku mencob menjelaskan pada mereka kalau pada kenyataanya aku masih ragu dengan keputusan yang sudah kubuat beberapa saat yang lalu.

       “ Semua ada ditanganmu Dek, Mbak sama Mas akan selalu mendukung semua keputusanmu”, Sahut Mbak Laras. Aku mengangguk penuh rasa terima kasih. Sekarang waktunya kembali berfikir, apakah keputusan ini sudah tepat ? apakah aku siap?

****

       “ What? Kakak iparmu bahkan menawarkanmu untuk tinggal di apartemen miliknya di Perancis? Kakak iparmu punya apartemen diperancis Sin? Sekaya apa kakak iparmu itu Sin? “, Seru Nabila heboh saat aku menceritakan pertemuanku sabtu kemarin dirumah Mbak Laras yang berakhir dengan kegalauan tingkat dewa.

       “ Kakakku menikah dengan pemilik Hasyim group, jadi fikir sendiri sekaya apa dia ”, Jawabku santai tanpa melihat bagaimana ekspresi Nabila, justru aku yang kaget saat melihat Nabila ternganga dengan mata melotot.

       “ Bil..Bil..kamu nggak papa kan? Hei !”, Panggilku mencoba menyadarkan Nabila dari rasa kagetnya yang berlebihan. Kenapa akhir – akhir ini dia jadi lebay ya?

       “ Apa tadi kamu baru bilang kalau kakakmu itu menikah dengan pemilik Hasyim group?”, Tanya Nabila yang berusaha untuk meyakinkan telinga sendiri kalau tadi dia tidak salah dengar. Aku tersenyum geli.

       “ Ya Nabila, kakak perempuanku yang kemarin melahirkan memang menikah dengan pemilik Hasyim group, jangan tanya aku bagaimana mereka bisa berkenalan bahkan sampai menikah, Tanya saja sendiri sama mereka “, Jelasku dengan menekankan kata menikah. Nabila meminum Jus mangganya bahkan hingga nyaris menghabiskannya.

       “ Kamu haus Bil?”, sindirku. Ia mendengus.

       “ Kamu kenapa sih? kok jadi berubah bete gitu ekspresinya”, tanyaku, wajah Nabila saat ini sudah cemberut lapis sepuluh. Ia bahkan menutupi setengah wajahnya dengan jilbab yang ia kenakan.

       “ Aku…Iri…”, jawabku pelan bahkan nyaris berbisik.

       “ Iri? “,

Nabila mengangguk pelan, matanya seakan menerawang entah kemana.

       “ Aku ingin sekali punya suami seperti Prayoda pemilik Hasyim group itu, dia… adalah type pria idaman semua wanita di dunia ini “, Tutur Nabila yang nadanya berubah jadi senti mentil. Lho..lho?? kenapa jadi begini?

       “ Sudahlah…Allah pasti sudah menyiapkan jodoh yang baik untuk kamu Bil..”, Ujarku menenangkannya. Nabila mengangguk walau ekspresinya masih datar.

       “ DASAR COWOK BRENGSEK! JADI BEGINI KELAKUAN LO DIBELAKANG GUE , HAH?”, teriakan itu terdengar hampir keseluruh penghuni kafe dimana siang ini aku dan Nabila tengah asik menikmati kenyamanan di kafe milik sepupu Nabila.

       “ Aku bisa jelaskan semuanya sayang…”, kini suara sang pria yang terdengar memohon. Dasar cowok! Bok ya cari tempat selingkuh yang bener, masa dikafe ya jelas ketahuan.

       “ ALAAAH…NGGAK USAH BANYAK ALASAN, DASAR BRENGSEK!!”, Maki wanita yang menjadi korban perselingkuhan suami atau pacarnya itu. Aku dan Nabila kontan menatap kejadian itu yang hanya terpisah beberapa meja didepan kami.

       “ Ku mohon…dengarkan dulu penjelasan dariku sayang…”, Pria tersebut bahkan sudah bersujud memohon ampun pada si Wanita, kasihan juga sih…jadi inget Rafki waktu ngejar – ngejar mohon maaf dari aku.

       “ NGGAK ADA YANG HARUS DIJELASI LAGI, GUE JIJIK SAMA LO, MAKAN NIH!”, dan saat tangan wanita itu terangkat bersama gelas berisi jus ditangannya aku segera menoleh kearah sekitar, Ooh..ya tuhan gawat!

Tanpa memperdulikan teriakan Nabila aku berlari menerjang pertengkaran itu dan

BYUUUUR!!!

Aku basah… jadi tontonan dan… sumpah ini memalukan! Kalau bukan demi melindungi lukisan yang ada dibelakang pria tersebut aku tidak akan mau bersusah payah lari dari jarak sepuluh meter hanya untuk mendapatkan siraman Jus tomat dari tangan wanita emosian ini.

       “ Sin.. Sin.. kamu nggak papa?”, Suara Nabila membuatku membuka mata dan memandang kearah lukisan yang kini berhasil kulindungi dengan rentangan tanganku.

       “ Aku nggak papa cuma agak lengket..hehehe”, sahutku sambil memberikan cengiranku yang disambut tawa dari Nabila dan ketika berhasil mengendalikan tawanya Nabila memandang wanita yang menjadi penyebab aku jadi lengket dan berbau tomat seperti sekarang.

       “ Anda tahu nona? Bahkan gaji anda seumur hidup tidak akan bisa menggantikan lukisan ini, jadi berfikirlah dua kali sebelum melakukan tindakan yang merugikan “, Sindir Nabila lalu bergegas membawaku ketoilet. Aku sudah tidak tahan sama bau tomatnya.

 ***

Maap ya Oscar saya umpetin lagi..hehehe
dan maap juga aku uplotnya sedikit lagi...hehehe
*bungkuk*

Enjoy guys!

Love,

bebyZee

The Second Chance ( The Wiryawan Series )Where stories live. Discover now