Chapter 10

12.2K 909 8
                                    

[10] Worst Feeling

♫This love is good

This love is bad

This love is a life back from the dead

These hands had to let it go free

And this love came back to me♫

      —This Love by Taylor Swift

Anggita berjalan dengan lunglai menuju kelasnya. Perasaannya masih tidak menentu. Sesak terus menghimpit dadanya hingga ia tidak lagi mampu untuk mempertanyakan apa yang dirasakan oleh dirinya sekarang. Yang diketahui oleh Anggita, ia hanya ingin duduk karena kakinya sudah lemas untuk menumpu berat badannya.

Sesampainya di kelas, Anggita segera berjalan menuju ke bangkunya dan menjatuhkan dirinya di sana. Gadis itu melipat tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di sana. Helaan nafas terdengar berkali-kali. Matanya terasa begitu panas, mendesak dirinya untuk mengeluarkan cairan bening yang selama ini dibenci oleh dirinya.

Anggita tersedak, ia terbatuk-batuk ketika mencoba menahan tangisannya. Gadis itu menekan dadanya yang terasa sakit. Ia tidak tahu jika sesakit ini rasanya ketika mendapati orang yang selama ini menjadi segalanya untuk kita bersama dengan orang lain. Anggita tidak tahu jika akan seperti ini jadinya jika ia terus berada pada lingkaran perasaannya yang selalu ada untuk Hazel. Anggita tidak tahu harus melakukan apa selain terdiam, mencoba untuk mencerna hal yang masih tidak dapat dimengerti oleh dirinya.

Anggita teringat sesuatu. Ia kembali duduk tegap dan merogoh ponselnya yang berada di dalam saku roknya. Tangannya dengan gemetar, membuka aplikasi LINE. Ia mencari kontak seseorang yang sudah ia hapal di luar kepalanya.

Anggita Safitri: Reyhan, kamu di mana?

Ia menunggu beberapa saat sebelum akhirnya ponselnya bergetar, menandakan orang yang dikirimkan pesan olehnya sudah membalas.

Reyhan Aldi: Gue di kantin. Kenapa?

Anggita terdiam sejenak. Ia segera mengetikkan balasannya kepada Reyhan.

Anggita Safitri: Ke taman belakang gedung.

Setelah membalas pesan tersebut dan menaruh tasnya, Anggita segera beranjak dari bangkunya. Ia berlarian menuju taman yang berada di belakang gedung sekolahnya. Tanpa sengaja, kakinya tersandung pada bebatuan yang berada di dekat taman hingga membuatnya terjatuh. Anggita meringis ketika merasakan lutunya perih. Namun, gadis itu tetap berdiri dan kemudian berjalan cepat menuju taman yang sudah berada di depan matanya.

Anggita menjatuhkan tubuhnya pada kursi taman. Ia meringis, memperhatikan luka pada lututnya yang mulai berdarah. Tapi, hal itu tidak terlalu dipedulikan oleh dirinya. Yang menjadi pedulinya hanyalah kenyataan yang baru saja terungkap.

"Anggita," panggilan lembut itu membuat Anggita mendongak dan mendapati Reyhan yang tengah berdiri di belakangnya—memberikan tatapan yang tidak dapat Anggita artikan.

"Reyhan..."

Reyhan tersenyum ketika mendapati panggilan itu keluar dari mulut gadis yang berada di hadapannya. Perlahan, Reyhan mendekat kepada Anggita. Ia menjatuhkan dirinya tepat di samping gadis itu dan memandang Anggita dengan tatapan sendunya.

"Lo udah tau tentang—"

Anggita menganggukkan kepalanya, memotong perkataan Reyhan yang ia sendiri sudah mengetahui apa pertanyaannya. Reyhan yang melihat anggukkan dari Anggita hanya bisa menghela nafasnya. Ia sendiri masih kaget dengan kenyataan yang didapat oleh dirinya sekarang.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang