PART 4

8.4K 336 6
                                    

Nissa pov

Sudah 30 menit aku berada di kamar mandi. Padahal Allah melarang manusia untuk berlama-lama di kamar mandi karena itu adalah tempatnya setan.

Kulihat lagi tubuhku sendiri, sangat menjijikan sekali aku memakai pakaian seperti ini didepan laki-laki yang belum aku kenal sebelumnya. Tapi bagaimana lagi, umi yang menyuruhku untuk memakainya.

Flashback on

Siang pun telah berganti menjadi malam. Matahari kini harus pergi untuk sementara dan bulan akan menggantikan posisinya menyinari dunia yang gelap ini.

Bintang berkerlap-kerlip begitu indah, seakan dia tahu betapa bahagianya orang yang melihatnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Aku selalu merinding jika mengingat ayat tersebut. Allah begitu sempurna menciptakan alam dunia ini, tapi mengapa banyak orang yang tidak mensyukurinya bahkan ingin menghancurkannya. Sungguh ia adalah orang yang celaka. Allah juga menulis semua kehidupan manusia di bumi. Ia adalah penulis skenario terbaik sealam jagat raya ini. Masya Allah, Allahu Akbar!

Setelah acara selesai, aku tidak langsung masuk ke kamar. Aku masih belum bisa memberanikan diri untuk sekamar dengan orang yang tidak aku kenal.
Kini aku berada di dapur, mencoba menghilangkan gugup dengan mengemil. Entah sudah berapa bungkus ciki yang aku makan. Sifatku memang seperti ini jika gugup makanan apa saja dapat aku makan sampai-sampai berat badanku nambah terus. Pantas saja jika pipiku tidak pernah tirus.

Lalu aku melihat umi, mba aina dan dibelakangnya ada mas jibran yang ingin menghampiriku.

"Nis, kamu pakai ini ya di malam pertama kalian. Layani suamimu dengan baik ya." Kata umi sambil memperlihatkan kantung plastik yang berwarna ungu itu. Wow ungu?!? Warna kesukaanku.

"Ehm ehm cie pengantin baru, selamat menikmati malam pertama adikku sayang." lanjut mas jibran menggodaku.

Ini lagi mas jibran ikut-ikutan menggodaku, tidak lihat apa pipiku sudah seperti kepiting rebus.
Tak kuat dengan godaannya, akhirnya aku mencubit pinggang mas jibran, Hahaha makanya jangan pernah menjahili adik mu ini mas.
"Mas jibran, jangan menggodaku terus ih. Rasakan ini!."

"Aww, sakit nis, sakit. Stop stop iya mas ngga ngegoda kamu deh. Ehh tapi nanti ceritain malam pertamamu ya." Ucap mas jibran sambil ngacir menghindari cubitanku.

"MAS JIBRAN!!!!!" Pekikku dengan menghentakkan kaki kananku dan mengepalkan kedua tanganku, seperti anak kecil yang sedang marah.

Mba aina yang melihat tingkahku hanya tersenyum, dia memaklumi tingkahku yang seperti anak kecil. "Maafkan mas jibran ya nis."

"Kamu ini sudah menikah toh ndok, sifatmu masih aja seperti itu. Sudah-sudah masuk kamar sana suamimu sudah menunggu. Dipakai ya bajunya." Seru umiku sambil menyerahkan plastik yang berisi pakaian untukku nanti.

"Baiklah mi." Lalu aku berjalan dengan gontai menuju kamarku.

Flashback off

Setelah berlama-lama melamun di kamar mandi, akhirnya aku keluar. Dan aku melihat suamiku menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala, ia tidak kedip sama sekali. Ya Allah aku takut.

"Mas, airnya sudah siap, abis itu kita sholat isya ya." aku coba membuyarkan lamunannya.

Dia langsung masuk ke kamar mandi tetapi matanya tidak terlepas dariku.

"Tenang nis, tenang. Dia suami kamu, dia berhak atas itu." kataku dalam hati. Aku gugup, sangat gugup.Belum pernah ada yang menatapku seperti itu.

Tidak ada makanan di kamarku, bagaimana aku bisa menghilangkan gugupku ini?
Ya Allah bantu hamba untuk tenang.


Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang