Seorang pemuda yang begitu lama ingin ia jumpai. Pemuda yang mampu menghipnotisnya dengan tatapan tajamnya. Pemuda yang memiliki kulit coklelat bersih yang eksotis. Pemuda berparas tampan. Pemuda yang mampu mencuri perhatiannya. Dan…

Pemuda ini di hadapannya ?

Dengan gerakan cepat Racha menggeleng-gelengkan kepala dan mengerjapkan matanya kemudian menatap pemuda yang masih menatapnya tajam dengan sorot kebingungan.

Damn ! It’s true ! Pemuda yang tengah bertelanjang dada memamerkan otot-otot di sekujur tubuhnya ini adalah pemuda yang mampu menarik perhatiannya dalam sekali kontak mata.

Ya Allah ! Sadar Racha !! Seolah ada yang membisikinya untuk tidak semakin jatuh dalam pesona pemuda yang sudah menyebar ke penjuru rumah ayahnya ini. Dengan gerakan cepat Racha berbalik badan menuju kamarnya dan menutup wajahnya yang mulai memanas. “Astagfirullah, Ya Allah ! Astagfirullahaladzim !”

*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

“Pagi semuanya !” Seperti biasa, Racha menyapa seluruh anggota keluarganya. Kemudian matanya terfokus pada kursi yang biasa ia tempati kini di tempati orang lain. Sontak Racha mendongak dan menatap pemuda yang tadi pagi membuat bibirnya terkena sindrom merah gara-gara gugup.

Dan sekarang pemuda itu membuat jantungnya berdebar lagi. Dengan penampilannya yang cenderung acuh. Kaos oblong dan celana  tiga perempat. Rambutnya juga acak-acakan tak karuan membuatnya terkesan seksi dengan warna kulitnya yang eksotis itu.

“Bunda punya kursi kosong lagi nggak, Bun ?”

“Oh iya, Bunda lupa kalo Bunda masih punya anak satu lagi !” Ucapan bundanya ini berhasil membuatnya ternganga sekaligus mengundang gelak tawa di ruang makan ini.

“Eh, ini ! Lo duduk sini aja. Biar gue yang makan disitu.” Ucap pemuda itu sambil berdiri dan mengosongkan tempat duduknya.

 “Jangan ! Nggak usah lagi ! Tamu kan raja. Jadi kamu balik duduk situ aja deh !” Kemudian Racha mengedarkan pandangannya. Bunda ? Nggak mungkin dia duduk sekursi berdua dengan Bundanya. Option terdekat dan terakhir adalah Kak Tian. “Kak Tian, geser dong. Kita sekursi berdua ya !”

Tian hanya tersenyum kemudian menggeser posisi duduknya agar adik tercintanya ini mendapatkan posisi duduk yang wenak !

“Ehm, lebih baik kalo lo duduk disini deh. Biar gue yang makan di ruang tamu.” Ujar pemuda itu lagi sambil berdiri. Meyakinkan Racha bahwa dirinya akan makan di kursi yang bertengger tinggi di dapur.

“Nggak usah lagi ! Aku juga udah pewe kok disini !”

“Kak Sanders. Si Racha itu anaknya kecil ! Jadi ngampang kalo di selempitin ! Ya, nggak, Cha !” Canda Listy yang sudah mendapatkan pelototan dari Racha.

“Oh ya, lo belum kenalan kan sama adek gue yang imut-imut satu ini? Kemaren dia udah collaps duluan gara-gara bertengkar sama si Listy. Kenalan gih !” Ujar Kak Riko sambil menyenggol pelan temannya dengan sikunya.

“Sanders.” Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Racha hanya bisa menelan ludah menahan jantungnya agar berdetak normal sambil membalas uluran tangan pemuda di hadapannya ini. “Racha, kak !”

*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

Racha tersenyum melihat ekspresi sahabatnya yang terpancar dari wajahnya yang berekspresi aneh itu. Kagum sampai mulutnya asli terbuka. Untung aja kantin ini steril dari lalat. Kalo enggak kan gawat ! Dengan pelan, Racha menempelkan gelas jus jambu bijinya yang dingin ke pipi Sindy. Barang kali aja dia sadar !

LOVE STORYWhere stories live. Discover now