Part #13. Roti Baper dan Perdebatan Milk Tea

39.3K 2.4K 242
                                    

Airi menjatuhkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk. Rasanya seperti mimpi, mimpi yang sangat indah hingga Airi takut terbangun. Untung saja ini bukan mimpi. Airi mencubit pipinya, meringis kecil ia terkekeh.

Airi beralih melirik ponsel yang tergeletak di nakas, ponsel yang sudah terisi semua contact Aqsal, baik itu nomer telpon, ID line, BBM, semuanya sudah Airi minta. Airi cekikikan nggak jelas sebelum meraih ponselnya. Sekarang wallpaper ponselnya bukan lagi foto Aqsal yang ia ambil diam-diam, melainkan foto selfie-nya dan Aqsal. Senyuman Airi makin lebar, rasa-rasanya giginya sampai mau kering karena daritadi tersenyum terus.

Assalamualaikum ganteng. =D

Tulis Airi, dia mengirimi Aqsal pesan singkat. Sambil cengengesan nggak jelas dan berbaring malas-malasan, Airi menunggu balasan dari Aqsal.

Satu menit berlalu, senyuman masih senantiasi menghiasi wajah Airi.

Dua menit, senyum Airi mulai pudar.

Tiga menit, wajah Airi sudah cemberut.

Empat menit.

Lima menit.

Sepuluh menit, Airi mendengus kencang.

Airi melemparkan ponselnya dengan asal ke ranjang. Ia melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukan pukul tujuh malam. Airi makin cemberut, Aqsal kemana sih? Kenapa balasnya lama banget? -padahal baru sepuluh menit, yah seperti itulah, ketika jatuh cinta nunggu balasan sms dari orang yang dicinta satu menit bagaikan seribu tahun.

"Kak, ayo keluar, makan malam dulu," kata Mama Airi dari luar kamar.

"Iya, Ma," sahut Airi lalu berjalan malas-malasan keluar kamar. Sebelum ia benar-benar keluar kamar, Airi menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya. Belum dibalas. Airi makin cemberut, ia meninggalkan ponselnya begitu saja.

***

Selesai makan malam, Airi kembali ke kamar. Sekarang baru jam delapan kurang lima belas menit dan Airi sudah mengantuk. Airi berjalan gontai menuju ranjang. Ia mau langsung tidur saja, lagian dia juga nggak ada PR. Airi, kan, belajarnya cuma kalau ada PR.

"Apaan sih ini, kok ngeganjel." Airi merogoh bagian bawah punggungnya, ia merasa seperti menindih seauatu.

Airi mengangkat benda yang ia tindih, ternyata ponsel. Awalnya, Airi mau langsung menaruhnya ke nakas dan segera tidur, tapi ketika melihat satu notifikasi pesan masuk, Airi mengurungkan niatnya. Dia buru-buru merubah posisi menjadi duduk bersandar di kepala ranjang sebelum membuka pesan yang ternyata dari Aqsal. Senyuman Airi merekah, pesan itu masuk sekitar setengah jam yang lalu, Aqsal membalas pesannya beberapa menit setelah ia keluar kamar.

Maaf baru bales, baru pulang dari masjid.

Walaikumsalam, Cantik. Kamu udah sholat belom? :-)

Airi cengengesan nggak jelas. Detik berikutnya, ia menggaruk pipi yang tak gatal sambil meringis. Airi belum sholat dan tadi dia mau langsung tidur, antara ragu mau membalas sms dari Aqsal atau tidak. Airi menimang-nimang, akhirnya setelah satu helaan napas panjang. Airi memilih bangkit berdiri, ia mau sholat dulu sebelum membalas pesan dari Aqsal.

***

Masih mengenakan mukena, Airi buru-buru meraih ponsel yang ia letakan di nakas setelah selesai menunaikan ibadah sholat. Ia membalas pesan Aqsal dengan senyuman yang senantiasa menghiasi wajahnya.

Udah dong, Kak. ;))

Airi tersenyum puas begitu menekan tombol kirim. Sambil melepas dan melipat mukena yang tadi ia pakai, Airi menunggu balasan dari Aqsal.

Me And Ketua Rohis (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang