Part 29 - Trace

10.8K 1.1K 74
                                    

Pukul dua pagi Ken terbangun, menyadari dia tertidur dengan memeluk Rein. Ken beringsut bangun untuk memakai boxer dan celananya kemudian menyusup lagi ke balik selimut. Terlalu berbahaya kalau Ken membiarkan adik kecilnya terus bersentuhan langsung dengan kulit Rein, bisa-bisa dia membangunkan Rein dan memintanya untuk memulai permainan mereka lagi.

Ken memperhatikan wajah Rein yang tertidur pulas, mengingat bagaimana dia meringis, menggigit bibirnya menahan sakit ketika Ken mengambil miliknya yang berharga tapi tetap memeluk Ken dan memintanya untuk mendekapnya lebih erat dan mencumbunya. Mengingat bagaimana Rein terus-menerus mendesahkan namanya dalam gelombang gairah yang mereka rasakan seperti saat Ken menggeram memanggil Rein kencang ketika dia mencapai puncaknya. Menyisakan keringat, napas yang menderu, bercak darah di sprei dan aroma sex kental yang menguar, berputar, juga sarat akan dosa di kamar Rein.

Ken tak pernah merasakan hal sekuat ini sebelumnya, nafsu yang menggila, gairah yang memuncak, cinta yang menyesakkan dada, bersamaan dengan rasa takut yang sangat besar jika dia harus kehilangan Rein dalam hidupnya.

Ken mencintai Rein, memujanya, bersedia melakukan apapun untuknya, bahkan tidak keberatan jika dia harus mati untuknya. Dia mencintainya melebihi hidupnya sendiri dan sekarang dia di sini, memeluk Rein yang melemparkan dirinya secara harfiah ke dalam pelukannya, memintanya untuk membuat Rein melupakan kekasihnya. Ken berpikir betapa ironisnya hal itu. Ken memiliki tubuh Rein, tapi tidak dengan hatinya.

Ken merapikan selimut Rein yang agak turun agar menutupi bahunya. Dia tak akan rela kalau Rein sampai terkena flu karena kedinginan akibat tak memakai pakaian selembar pun. Rein bergumam tak jelas yang terdengar seperti memanggil nama Ken ketika Ken mengusap pelan pipinya, membuat Ken tersenyum, memeluk Rein lebih erat dan mencium puncak kepalanya.

'Katakan padaku, Rein, berapa lama waktu yang kuperlukan untuk mendapatkan hatimu?'

--------

Rein terbangun dan kepalanya seperti berputar, sepertinya hari sudah siang. Rein melirik jam dindingnya, ternyata sekarang pukul 8.30. Rein tak pernah bangun sesiang itu sebelumnya, tapi semalam tubuhnya letih sekali sama seperti perasaannya.

Rein menyadari kalau Ken tidak ada di sisinya. Sempat dia berpikir kalau Ken mungkin sudah pulang, tapi dia melihat jaket Ken di kursi meja belajarnya, mungkin Ken sedang mengambil sarapan.

Rein mencoba bangun, memunguti pakaiannya yang dilempar sembarangan oleh Ken dan memakainya, kemudian dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Tubuh bagian bawahnya terasa agak perih ketika dia berjalan.

Sesampainya di kamar mandi, Rein langsung mengisi bathtub nya dengan air hangat dan bath foam, kemudian berendam dan mulai merasa tidak terlalu sakit lagi saat air hangat melingkupi tubuhnya. Tangannya bermain-main dengan foam sambil merenung. Sebenarnya apa yang ada dipikirannya semalam? Kenapa dia bisa bertindak segila itu meminta Ken untuk menyetubuhinya? Menyerahkan hartanya yang paling berharga kepada Ken yang sudah dianggap anak sendiri oleh kedua orangtuanya. Memang benar kata orang, kalau patah hati bisa membuat seseorang menjadi gila. Rein adalah bukti nyatanya.

Rein menenggelamkan dirinya di dalam bath tub mencoba meluruskan otaknya kembali, sepertinya dia butuh direndam sampai dia kehabisan napas. Rein mencabut sumbat bathtub-nya kemudian mulai membilas seluruh tubuhnya dengan seksama. Setelah selesai, dia bercermin dan melihat Ken meninggalkan bekas gigitan di payudara dan juga bahunya. Melihat bekas biru keunguan itu mau tak mau membuat Rein bersyukur. Setidaknya Ken hanya menandai dadanya, bukan lehernya. Bagaimana caranya Rein menjelaskan pada semua orang kalau Ken menandainya di tempat yang terlihat jelas? Rein bergidik membayangkannya.

Selesai mengenakan pakaian, Rein segera turun ke arah dapur dan melihat Ken berada di sana sedang membuat sesuatu. Rein mendekat ke arahnya, mereka saling bertatapan beberapa saat dan entah kenapa serempak membuang muka karena merasa malu. Biar bagaimanapun juga, kejadian semalam terasa aneh dan tak nyata untuk mereka berdua.

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang