Part 15 - Rival

7.6K 1K 46
                                    

"Hai," sapa Angkasa yang tersenyum lebar ketika Rein memasuki mobilnya.

Angkasa dengan sigap memakaikan seatbelt ke Rein, sebelum mobilnya beranjak. Rein tersenyum senang. Angkasa kadang terlalu memanjakannya yang seumur-umur jarang dimanja karena posisinya sebagai kakak malah membuat dia terlalu sibuk mengurus orang lain.

"Ken sudah baikan?" tanya Angkasa.

Rein mengangguk. "Ya, hari Sabtu panasnya masih naik-turun walaupun ga separah ketika hari Jumat. Tapi hari ini dia udah ga panas lagi kok. Thank God!!"

"You look tired, kamu sempet istirahat juga ga? Jangan sampai kamu malah kecapean dan jadi ikutan sakit," ucapnya khawatir.

"Aku ga papa kok, cuma hari Jumat aja aku begadang nungguin Ken, sisanya aku bisa istirahat, kan Bunda dan Papanya Ken udah pulang."

"Kenapa kamu masih terus di sana kalau orangtuanya sudah pulang?" gerutu Angkasa.

Rein tertawa melihat raut wajahnya yang kesal kemudian menepuk-nepuk pipi Angkasa pelan.

"Kenapa memangnya?" tanya Rein tanpa merasa bersalah.

"Ya kan udah ada yang ngurusin, ngapain kamu repot-repot??"

"Ken minta dibuatin macem-macem kue."

"Terus kamu buatin?" nada suara Angkasa semakin tinggi.

Rein mengangguk masih sambil tersenyum simpul. Sepertinya Angkasa cemburu tapi malas mengakuinya membuat Rein semakin jahil ingin memancing emosinya.

"Ya kan diminta...." jawab Rein ringan.

"Kamu manjain dia banget sih?

"Memang Ken manja dari dulu. Maklum, anak tunggal."

"Ya kan bukan berarti dia harus manja sama kamu."

"Kenapa ga boleh?" goda Rein lagi.

"Ya karena...." Angkasa kehabisan kata-kata.

Rein menaikan alisnya dengan raut wajah bertanya, senyum tipis, dan mata bulat yang bersinar jahil seakan meledek Angkasa. Membuat Angkasa gemas dan mengecup pipinya.

"Because you are my woman. Aku ga suka lihat kamu deket sama cowok lain," ucap Angkasa pada akhirnya, frustrasi dipaksa mengakui kekalahannya.

Rein tertawa. Merasa bangga karena Angkasa menyebutnya his woman. Selama ini mereka biasa menghindari pembicaraan soal perasaan masing-masing yang disebut Chika seperti sabastian, sebatas teman tanpa kepastian dan Rein langsung menoyor kening Chika ketika Chika menyimpulkan hubungan Rein dan Angkasa.

Dua minggu terakhir ini Angkasa selalu menjemput Rein ketika berangkat sekolah dan mengantarnya pulang kecuali hari Jumat yang lalu ketika Rein harus ikut rapat dan meminta Angkasa pulang duluan tanpa menunggunya.

Mereka selalu menghabiskan waktu bersama di jam-jam istirahat dan setelah pulang sekolah. Mencuri kecup ketika tak ada yang melihat. Angkasa selalu memujinya, memanggilnya cantik dan panggilan kesayangan lainnya yang selalu berhasil membuat Rein tersipu malu tapi Angkasa tak pernah menyatakan cinta.

Ucapan terdekat dari kata cinta yang didengar Rein dari Angkasa adalah 'Aku akan selalu menjaga dan memperhatikan kamu Rein.' bisik Angkasa ketika dia memeluknya saat mereka menyaksikan matahari terbenam dari balkon kamar Angkasa empat hari yang lalu. Saat itu Angkasa mengajak Rein ke rumahnya untuk memperkenalkan Rein dengan ibu dan adiknya.

"So now, I'm your woman?" tanya Rein pelan.

Angkasa menatap wajah Rein lekat-lekat. "Yes you are," ucapnya, tangannya mengelus kepala Rein. "Jadi, tolong jauh-jauh dari cowok lain ya, karena aku cowok egois yang ga suka berbagi."

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang