Part 9 - Jealousy

8.7K 1.1K 34
                                    

Setelah Angkasa hilang dari pandangan, Rein bergegas masuk ke dalam dan menghampiri Zain yang sedang mengobrol dengan Ken.

"Zainnnnnnn... nyebelin banget sih jadi anak!!!" jerit Rein sambil menoyor kepala Zain berkali-kali.

"Apaan sih???" gerutu Zain, kaget!

"Kamu bikin aku malu tau ga? Ngapain juga ngebahas di depan Asa kalau aku masih nge-dot sampai umur 6 tahun???" seru Rein kesal sambil menghadiahi Zain cubitan-cubitan mematikan.

"Ya kan memang bener...." Zain membela diri, sibuk menghindar dari serangan tangan Rein.

Zain berlari menghindar tapi Rein mengejarnya dan menubruknya dari belakang, loncat ke punggungnya membuat Zain terjatuh dan terus menyerang dengan cubitan.

Zain tak mau mengalah begitu saja. Dia memiting Rein dan mulai balas mengelitikinya, dia tahu Rein paling tak tahan geli. Mereka saling tumpang tindih di atas karpet, berteriak dan mengumpat satu sama lain sambil tertawa-tawa.

Rein meludahkan rambutnya yang berantakan setelah jambak-jambakan dengan Zain. Kemudian mengeplak kepala Zain sekali lagi. "Jangan suka ngomong macem-macem sama temen aku!"

"Ga ngomong macem-macem kok. Cuma ngomongin fakta," ledek Zain sambil menarik rambut Rein sekali lagi membuat Rein berancang-ancang menyerang lagi.

"Hei...udah! Berenti! Cuci piring sana!" perintah Hana ke kedua anaknya.

Zain bangkit dan mengulurkan tangannya menarik Rein untuk ikut berdiri, mereka pergi ke tempat cuci piring masih sambil tertawa dan saling menyepak.

"Rein, kok dia mau bela-belain nganter buku yang cuma sebiji sih?" tanya Zain yang bertugas membasuh piring setelah Rein cuci.

"Ya mana aku tau...."

"Selera kamu banget itu orang, pasti separo bule kan? Rambut coklat, mata bling-bling."

"Dia separuh Belanda, separuh Jerman, trus dia juga bingung keturunan mana lagi saking banyaknya. Tau dari mana selera aku cowok bule?"

"Lah, dulu waktu Junior High, bukannya kamu naksir si Jared?"

"Ih... udah ngomongnya kenceng, salah pula! Ga naksir kok."

"Masa iya?"

"Yang kutaksir Logan."

"Ya itu bule juga, Rein! Duh, punya kakak koplak amat sih!" ledek Zain sambil menyiprat-nyipratkan air ke wajah Rein dan Rein membalas dengan menorehkan sabun ke pipi adiknya.

Ken diam medengarkan Rein dan Zain yang bercanda dan tertawa. Sekaligus menguping pembicaraan Rein tentang Angkasa ke Zain, membuat Ken yang ditugaskan membersihkan meja makan hanya mengelap meja di sisi itu-itu saja saking konsentrasinya menguping percakapan kakak-beradik itu.

Ken kesal bukan kepalang melihat Rein bersemangat sekali bercerita soal Angkasa yang sangat jago membuat sketsa, baik, sopan dan penuh perhatian.

Ken mendengus sebal. Kalau dia tahu coretan di kertas bisa membuat Rein terpesona, dia sudah belajar menggambar sedari dulu.

"Ken, bersihin mejanya yang bener coba, masa kayak two face begitu. Yang bersih di sebelah kanan doang," tegur Rasya.

"Errrr... oke...." sahut Ken sambil mulai membersihkan meja sebelah kiri dengan dibantu Rasya yang sibuk merapikan kursi makan.

"Muka ditekuk aja dari tadi. Kenapa? Berasa ada saingan ya?" ledek Rasya.

"Nyerah nih jadinya? Cakep soalnya orangnya. Ga kalah tinggi dari kamu pula," Rasya melanjutkan, mengomentari tinggi Ken yang 185cm.

Somewhere Only We knowWhere stories live. Discover now