Sekarang, permen karet tadi sudah berpindah ke atas kursi Senna. Teman sebangku Senna yang melihat perbuatan Rio hanya bisa menjadi penonton atas apa yang akan terjadi nantinya. Mana berani dia bicara kalau sudah bersangkutan dengan Rio.

Sementara itu, Senna yang baru selesai membuang sampah -karena tugas piket- duduk di kursinya ketika ia merasakan sesuatu yang terasa lengket. Ia lantas berdiri membuat permen karet tadi tertarik dan menempel di celananya.

"Wah, apaan tuh?" celetuk Rio tiba-tiba. "Gembul, lo cepirit ya?"

Anak-anak yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini menatap kesatu arah, yaitu Rio. Selanjutnya, mereka beralih pada Senna ketika Rio menyerukan kata gembul cepirit. Senna sendiri langsung berlari keluar kelas dengan muka merah, bersamaan dengan suara tawa dari teman-teman sekelasnya.

"Lo nggak ada kapoknya ya ngerjain tu anak." Alvin yang daritadi menjadi saksi perbuatan Rio akhirnya buka suara. Rio melirik Alvin lantas menggidikkan bahu.

"Gue butuh hiburan bentar. Abis ini kan pelajaran si Amar."

Alvin hanya mendengus geli melihat Rio yang sekarang mengeluarkan earphone dari dalam tasnya, persiapan untuk pelajaran matematika pak Amar yang memusingkan sekaligus membosankan.

"Yo, si Nadya katanya mau dibuatin puisi nih sama lo," seru Gabriel dari bangku yang berada di barisan depan dekat pintu masuk, cowok itu duduk dengan memutar kursi menghadap anak perempuan bernama Nadya.

"Serius lo mau?" tanya Rio membuat Nadya mengangguk malu-malu.

"Tapi kayaknya bakal susah bikin puisi buat lo."

"Kenapa gitu Yo?" sahut anak laki-laki yang berada di pojok kelas.

Masih dengan menatap Nadya, Rio berkata "Karena menurut gue, lo itu nggak bisa digambarkan dengan kata-kata. Lo terlalu indah Nad."

"ANJAY NADYA CIHUYYY!"

"Sikat terus Yo sampe bersih!"

Seisi kelas menjadi heboh akibat perkataan Rio barusan terutama untuk kaum cowok. Ada yang membuka baju lantas berlari di depan kelas sambil meneriakkan kata CIHUY dengan memutar-mutar bajunya ke atas, ada yang bergendang heboh di atas meja, ada yang menari-nari, ada yang bersiul-siul kencang dan kehebohan lainnya. Sebagian besar anak cewek tertawa menyaksikan kehebohan itu dan sebagian kecil lainnya -sebut saja tim julid- nampak iri melihat Rio memuji Nadya seperti tadi. Nadya sendiri? Jangan ditanya, anak perempuan itu hanya bisa diam dengan wajah yang sangat merah.

Suasana kelas yang tadinya gaduh seketika hening, saat anak laki-laki yang tadi berlari kesana kemari sambil membuka baju tanpa sengaja menabrak pak Amar yang baru saja memasuki kelas. Jadi, sebagai hukuman, anak laki-laki itu di suruh lari keliling lapangan sambil tetap membuka baju dan meneriakkan kata CIHUY membuat anak-anak kelas XI IPA 2 terbahak. Saat Pak Amar menggiring anak laki-laki itu ke lapangan, seluruh murid kelas XI IPA 2 berbondong-bondong keluar kelas untuk melihat temannya yang mendapat hukuman, mereka kompak bersorak bahkan sampai ada yang mengabadikan dengan kamera ponsel saat anak laki-laki itu mulai berlari.

Setelah hukuman selesai dan anak laki-laki tadi memasuki kelas bersama pak Amar. Beberapa anak yang tadinya belum duduk di bangku masing-masing, kini sudah berpindah ke bangku mereka semula. Pak Amar memang bukan termasuk jajaran guru killer, tapi tetap saja beberapa anak segan padanya karena guru itu telah memasuki umur 60 tahun. Apalagi pak Amar adalah guru yang terkenal doyan memberi hukuman kepada anak yang suka membuat masalah.

Sementara itu, Senna yang sekarang berada di ambang pintu kelas -setelah berhasil membersihkan permen karet di celananya- mengucapkan salam, lantas melangkah menuju bangkunya.

Bad Boy Good BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora