Regret whack

27.5K 1K 144
                                    


'Istriku, maafkan aku. Kali ini kusadari aku telah jatuh dalam pesona cintamu. Namun, karna kebencian tak beralasan ini aku dibutakan dari cintamu, maafkan aku sayang. Kumohon jangan tinggalkan aku.'

-Roy

Author POV:

Sudah lima bulan belakangan ini Kondisi Roy semakin hari semakin buruk, dia benar-benar merasa telah kehilangan, kehilangan tumpuannya, kehilangan kebahagiaannya, kehilangan cintanya dan kehilangan kehidupannya.

Perusahaannya menjadi tak terurus dan terkendali, untung ada papa nya yang bersedia membantunya.

Roy sudah berusaha mencari Aya kemana-mana, mencari kesegala penjuru namun tak dapat ditemukannya, ketika ia mencari kerumah bibi mertuanya, bibi mertuanya seolah-olah menyembunyikan Aya darinya, bahkan membangun dinding pembatas padanya.

Roy bahkan sampai bersujud dihadapan Bibi mertuanya adik kandung dari ayahnya Aya, dan dengan baik bibi mertuanya itu berkata tak memiliki kemarahan dan kebencian berarti pada Roy dan pintu maaf selalu terbuka baginya tanpa diminta. Roy bahkan merasa malu pada wanita itu karena telah memperlakukan keponakannya dengan tak senonoh dan sewenang-wenangnya saja.

Namun, tetap wanita itu seolah-olah menyembunyikan keberadaan Aya, Istrinya.

Dengan Alasan tidak pernah mendapat kabar dari keponakannya.

Sungguh Roy terlalu tolol, ia melakukan suatu hal tanpa memikirkan penyesalan diujung jalan yang akan menghadangnya.

Dan demi Aya pun, ia berhenti minum, merokok, bermain perempuan dan berhenti mengunjungi diskotik.

Dengan harapan kalau Aya akan kembali padanya.

Ia akan duduk dibalkon kamarnya jikalau ia stres dan merindukan Aya.

Dan malam ini ia tertidur, dibalkon kamarnya tanpa selimut, padahal angin malam ini cukup dingin bila dirasakan.

Dalam keadaan yang sangat dingin itu, tubuhnya bukan menggigil kedinginan melainkan bergerak gelisah dengan keringat deras mengucur di segala permukaan kulitnya.

"Aya, kumohon kembalilah sayang, mau kau bawa kemana anak kita?" Roy berdiri panik diujung jembatan, menatap istri cantiknya tengah mengendong buah hati mereka di ujung jembatan.

"Terserah padaku mau kemana, itu bukan urusanmu! dan satu lagi dia anakku, bukan anakmu." balas Aya tenang, sambil tangannya menimang-nimang anaknya yang menangis keras itu.

Tanpa aba-aba Roy berlari mendekat kearah Aya, istrinya itu memang tidak menghindar tapi menatapnya dengan tatapan penuh luka.

"Jangan pergi, kumohon!" pinta Roy memelas pada Aya.
Aya memilih membuang muka dan tatapannya kearah lain.
Takut tak sanggup menahan sesak sedihnya.

"Untuk apa aku bertahan disisimu Roy?-" Aya mengalihkan tatapannya kearah Roy yang memperhatikannya sedih.

"Sedangkan apa yang kudapat bertahan disisimu? Tak ada kebahagiaan yang kucapai, tak ada suka cita yang yang ku dapat, kau tak mampu memberikan segala gelak tawa kebahagiaan suka cita-"

"Yang kau bisa hanya mengoreskan luka dalam hatiku, memakiku, melukaiku, menyiksaku, memberikan tangis pada setiap hembusan dinafasku saat bertahan disisimu dan sekarang kau memohon padaku supaya aku tidak pergi? sebenarnya apa yang ada di pikiranmu Roy?" sambung Aya,dengan penuh luka ia mengatakan itu berharap Roy dengan ikhlas melepasnya pergi.
Ia tak sanggup lagi untuk bertahan diterjang badai.
Airmatanya telah terkuras habis menangisi rumah tangganya yang seperti jurang baginya.

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang