Wedding I

19.3K 860 13
                                    

Author POV :

Keringat dingin membasahi kulit pucatnya, matanya terpejam erat sulit untuk terbuka, nafasnya tersenggat-senggat, lidahnya tak henti memanggil-manggil satu nama.

   "Ray..." nama itu yang keluar dari bibir tipis Aya, saat ia membuka mata, tanpa sadar air mata nya jatuh tak terbendung.

   "Took... took... took..."

Suara ketukan pintu membuat Aya sadar, segera gadis itu menghapus jejak air mata nya, lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu.

    "Masuk..." ucap Aya lembut.

Si pengetuk pintu pun masuk dengan wajah yang berseri-seri.

Sambil membawa sebuah gaun indah berwarna putih berlengan panjang, berbahan transparant mulai dari bagian bahu hingga atas dada dan sepanjang lengannya, bagian punggung gaun itu terbuka dan bagian bawah gaun yang menjuntai jatuh dengan lembut bermotifkan Flora, sengaja tidak memilih yang bagian bawah gaunnya tidak mengembang, agar memudahkan Aya saat duduk dikursi roda nanti.

    "Kau sudah bangun sayang? Mari, Bunda bantu bersiap-siap dulu sebentar lagi orang yang akan meriasmu datang." ucap Bunda dengan senyuman hangat nan ceria.

Senyuman yang Aya tau adalah senyuman khas orang yang sedang dilanda kebahagiaan.

Dan Aya tau apa yang membuat Bundanya ini bahagia, yaitu pernikahannya.

Orang tuanya, Orang tua Roy, keluarga besarnya, keluarga besar Roy, sangat bahagia dengan pernikahan yang akan terjalin diantara Aya dan Roy.

Sungguh betapa tak teganya Gadis itu jika harus melihat kebahagiaan orang yang begitu menyayangi dan begitu peduli kebahagiaannya harus pupus karna keegoisannya.

'Walaupun harus tersakiti, aku rela, aku rela melakukannya demi kebahagiaan orang-orang yang begitu menyayangiku.' ucap Aya dalam Batin.

Sesungguhnya Aya sendiri merasa kalut dan cemas akan hari ini hari dimana pernikahannya dengan Roy terlaksana.

Dia takut, sangat takut, banyak sekali hal yang ia takutkan.

'Bagaimana jika tiba-tiba Roy menjawab TIDAK BERSEDIA?'

'Bagaimana jika tiba-tiba dirinyalah yang akan mengucapkan itu?'

'Bagaimana jika nanti pemberkatan pernikahan mereka batal?'

'Bagaimana jika nanti KEKASIH Roy datang menghancurkan peenikahannya?'

'Bagaimana...

'Bagaimana...

'Bagaimana....

Dan masih banyak Bagaimana lagi dipikiran Aya yang saat ini sedang kalut. Sehingga ia tak sadar bahwa dirinya telah siap membersihkan diri dan kini telah memakai gaun pernikahannya dengan Roy, hanya tinggal menunggu sang perias dan menunggu jemputan datang. Maka siap lah ia akan menghadap Altar Tuhan dan mengikrarkan janji setia sehidup-semati.

'Took...took...took...' pintu kamar Aya ada mengetuk.

    "Nah, mungkin itu dia.tunggu sebentar ya, Bunda bukakan pintu dulu." ucap bundanya sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu, dengan diikuti pandangan Aya.

Saat pintu dibuka tampaklah sosok wanita yang cantik bak malaikat tengah tersenyum.

"Hallo aunty... Hai sista..." sapanya dengan senyuman khas dirinya, wajahnya cantik dan mirip sekali dengan Aya, bahkan dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar, banyak yang mengira bahwa mereka ini kembar.

"Hai..." balas sapa Bunda dan Aya bersamaan.

"Woaah... Bunda dan anak sangat kompak ya... Aku jadi iri... " ucapnya sambil tertawa di sela-sela ucapannya.

Aya POV :

Aku tak menyangka ternyata dia benar-benar membuktikan ucapannya, hoooh Tuhan betapa bahagianya aku, Dia sepupuku benar-benar datang. Setidaknya aku bisa mendapatkan kebahagiaan sementara sengan bersamanya. Senyumku tak berhenti pundar dari tadi, karna orang yang sedang

"Cieee... Calon pengantin, merasa senang nona? sampi senyum-senyum tidak jelas seperti itu dari tadi." ucap Plasidia menggodaku.

Ya, Plasidia adalah sepupuku, aku suka pandangan hangatnya, mata barbienya yang berwarna cokelat hampir kemerahan, warna mata yang langka menurutku.

"Aya, Kamu kenapa sih? Liatin aku segitunya banget," tanya Plasidia bingung.

"Atau kamu udah gila ya?" lanjutnya dengan pandangan menyelidik.

"Enak aja, aku cuma gak nyangka aja kamu beneran merias aku saat menikah, kupikir kau lupa dengan perjanjian itu..." ucapku tersenyum sambil melihat pantulan diriku di cermin, kulihat Plasidia juga ikut tersenyum.

"Nah, sudah siap..." ujar Plasidia girang sambil menepuk tangannya.

Ku akui, karyanya memang patut diacungi jempol.

"Plasidia... Terimakasih ya, karena kau sudah mau menjadi orang terdekatku selama ini, kau sudah mau menjadi sepupuku yang selalu membantuku setiap aku butuh, terimakasih banyak" ucapku tulis pada Plasidia, mataku mulai merabun hendak menangis.

"Stop jangan berkedip,lihat keatas!!" Ucap Plasidia berteriak ketakutan, mau tak mau aku mengikuti perintahnya.

"Apakah sudah selesai? mobil jemputan sudah datang, kita harus segera kegereja" ucap Ayah, hanya kepalanya sajalah yang tampak dibalik pintu.

"Sudah Uncle... Uncle turun saja duluan, biar Plasidia yang membantu Aya untuk turun" ucap Plasidia Tulus.

Dia benar-benar gadis yang baik, hangat, dan perhatian.

Tapi entah dia akan bersikap begitu dingin pada orang lain.

"Baiklah kalau begitu" ucap Ayah, lalu menarik kepalanya dan pergi kebawah duluan.

Plasidia merapikan semua perlengkapan make up yang masih berantakan diatas meja rias karena swmpat terpakai, setelah membereskannya dia meraih dan mulai mendorong kursi Rodaku.

"Woaah, pasti yang akan menjadi suamimu sangat bahagia, karna dia adalah Pria beruntung yang bisa mendapatkanmu" ucap Plasidia bahagia.

Tiba-tiba saja senyumku meluap begitu saja, senyumku meluntur seketika, perasaan takut itu kembali menggerogot.

_______________________________

Author POV :

Aya dan Plasidia berada di mobil yang sama, sedangkan orang tua Aya dan Orang tua Plasidia berada satu mobil belakang.

Selama dimobil Pikirian kalut semakin menerkam Aya, dia menundukkan kepalanya merasa takut akan apa yang ia hadapi.

Plasidia seolah sadar apa yang terjadi pada Aya berusaha menenangkan, walaupun ia sendiri tak tau apa penyebabnya.

"Apa ada masalah...? kau tau Aya, aku adalah pendengar yang baik, ceritalah padaku jika kau membutuhkan teman untuk bercerita" ucap Plasidia sambil mengusap bahu Aya yang tertutup Kain berbahan Transparant.

Tak perlu menunggu lama, mobil pun telah tiba digereja, Aya merasakan Jantungnya berpacuh 3 kali lebih cepat.

Hanya tinggak menunggu dirinya dipanggil, pintu terbuka, dan dirinya maju menuju Altar dan Calon Suaminya,

'Pantaskah aku menyebutnya suamiku setelah ini Ray?' gumam Aya membatin.

"Mempelai wanita memasuki menuju Altar".








To Be Continued.....

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang