Wrong Choice

20.5K 1K 22
                                    


Semua kesakitan sudah pernah kurasakan, tapi tak ada yang lebih menyakitkan bila melihat pasanganmu menggandeng tangan dan menggenggam lembut jemari orang lain tepat dihadapanmu.

Walaupun terikat tanpa cinta, tapi tetap saja, hubungan sakral nan putih suci ini harus dijaga baik-baik agar tidak ternodai oleh sebuah titik hitam.
Sungguh tragis kisah cintaku, pria yang kucintai kini tak lagi ada disisiku ,dan kini aku harus terikat dakam hubungan sakral suci bersih, bersama dengan orang yang tidak pernah menginginkanku, bersama orang tidak mencintaiku, bersama dengan orang yang begitu membenciku, bahkan menganggapku sebagai parasit yang terus menempel dan mengganggu kehidupannya.

-Aya

______________________________

Author POV:

Aya hanya sibuk berkutat dengan kanvas dan perlengkapan melukis lainnya, ia sedang berusaha menghilangkap pikirin tentang kejadian semalam.
Bisa-bisanya Roy tega melakukan dan mengatakan hal sekejam itu padanya.
Kalau Roy mambencinya karna tidak suka menikah dengannya, tidak masalah. Tapi saat Roy menyebutkan namanya dan mengklaim dirinya sebagai seorang pembunuh dengan sinis, hal itu sungguh menohok hati Aya yang paling dalam, menorehkan semakin banyak luka di hati Aya sudah penuh akan luka kepedihan dan kesedihan.
Kanvas, kuas, dan cat lukis saja tidak cukup menyingkirkan kejadian semalam.

Flashback On

"Awh..." rintih Aya saat tubuhnya terjatuh ketanah dan tertimpa oleh kursi rodanya.

Aya berusaha untuk bangun sendiri, namun lagi-lagi gagal.
Jadi Aya putuskan untuk meminta bantuan Roy. Mantan Calon Adik Ipar nya. Yang saat ini lebih tepatnya adalah Calon suami, Pantaskah? Entahlah.
Namun niat itu diurungkan, saat ia melihat Roy dengan lihainya tengah berciuman panas dengan wanita lain, dan tentu saja Aya tidak mengenalnya.

         "Roy...." panggil Aya pelan, sembari menahan air matanya, namun Roy tak mengubriskannya, dia malah semakin asik melanjutkan kegiatannya.

       "Roy..." jerit Aya tertahankan, mau tak mau Roy menghentikan kegiatannya dan menatap Aya dengan tatapan dingin tanpa rasa bersalah.

      "Apa?" tanya Roy sengit disertai tatapan dinginnya.

Aya nampak menetralkan nafas dan suaranya sambil berusaha menahan air mata yang sendari tadi hendak jatuh dari matanya.

       "Tolong bantu aku... Aku... Aku merasa kesulitan bangun sendiri" ujar Aya memohon. Roy nampak mendengus kesal, lalu segera membisikkan sesuatu pada wanita yang menerima cumbuannya tadi. Wanita itu tersenyum manis pada Roy lalu tatapannya berubah kesal saat mengalih pada Aya yang menatap mereka dengan pandangan sendu.

Setelah wanita itu pergi Roy segera membantu Aya dan mendudukannya di kursi roda.
Menatap Roy dari jarak dekat mengingatkannya pada  Ray yang dulu selalu siap sedia untuknya.

'Ray, apakah aku memang harus mengikuti pilihan orang tua ku?' ucap Aya pada batinnya.

"Jangan menatapku seperti itu" ucap Roy dingin.

Aya tertunduk malu karna ketahuan sedang menatap Roy.

       "Tte... Terimakasih..."ucap Aya terbata, namun tulus dari lubuk hatinya.

     "Kau jangan senang dulu dan berbangga hati karna aku menolongmu tadi, kau itu tak lebih dari seorang parasit dikeluargaku, entah kau beri racun  apa orang tuaku itu sehingga bisa-bisa nya mereka menjodohkanku dengan wanita pembawa sial sepertimu, dan yang harus kau tahu, secara tidak langsung kau lah penyebab kematian Ray, dan pilihanmu untuk menikah denganku adalah pilihan yang salah." ucap Ray penuh penekanan, dengan nada yang tenang dan dingin.

'Dan aku akan membuatmu menyesal karna telah menikah denganku' batin Roy

Lalu pergi meninggalkan Aya di taman sendirian, yang masih memproses kata demi kata yang dilontarkan Roy padanya barusan. Namun satu kalimat yang sangat menohok hatinya

'Secara tidak langsung,kaulah penyebab kematian Ray'

Flashback Off

Aya membanting cat beserta kuas yang ada di pegangannya,
Lalu melihat kearah kanvas, yang tinggal sedikit lagi akan selesailah karyanya.

     "Ray..." ucap Aya pelan.
Bahkan saat pikirannya entah kemana dan tangannya hanya mengikuti gerakan yang diinginkan.

Ia menatap wajah tampan Ray yang terpampang di kanvas berukuran sedang.
Ia sungguh sedih dan kebingungan.

'Secara tidak langsung, kau lah penyebab kematian Ray, dan pilihanmu untuk menikah denganku adalah pilihan yang salah'

Kalimat itu masih terngiang dan terngiang dan terngian dibenaknya, sangat sulit untuk dihapus dari memori kehidupannya.

'Secara tidak langsung, kaulah penyebab kematian Ray, dan pilihanmu untuk menikah denganku adalah pilihan yang salah'

     "ARGHHHH"










To Be Continued...

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang