Wedding III

15.8K 811 10
                                    

Author POV :  

Setelah pengucapan janji suci mereka pun mulai memasangkan cincin ke jari pengantin mereka, dengan diucapkannya janji suci pernikahan dan dipakainya cincin itu, hubungan mereka kini telah terikat sebagai pasangan suami Istri, di mana hubungan tersebut yang akan membahagiakan mereka nantinya dan menyatukan cinta mereka.

Setelah itu, pengantin, keluarga pengantin dan umat undangan yang hadir turun menuju aula.
Dan ramah tamah dimulai.
Banyak yang mengucapkan selamat pada sepasang pengantin baru ini.

Selama orang mengucapkan selamat Roy tampak senyum bahagia.

Aya yang memeperhatikan senyum itu pun tersenyum kecut, dia yakin senyuman yang ada di wajah tampan roy saat ini adalah senyum palsu,

Aya sendiri dari tadi berusaha untuk tersenyum tapi nihil dia tak bisa.

       "Hei... Selamat ya untuk kalian berdua, wahhh aku turut bahagia untuk kalian" ucapan selamat dari Plasidia yang baru saja datang menghampiri Aya dan Roy.

Roy tersenyum lalu membalas jabatan tangan Plasidia,

     

          "Terimakasih ucapannya, maaf tapi kalau boleh tau... Apa kau memiliki hubungan dekat  dengan Aya..?" ucap Roy to the point.

Plasidia tertawa, sangat manis.

         "Aku sepupunya, kenapa..? kau baru menyadari kalau kami ini mirip?" ucap Plasidia terkekeh.

Roy pun ikut terkekeh, lalu meletakan tangannya di bahu Aya yang tengah duduk di kutsi roda dan asik mendengarkan pembicaraan mereka.

        "Ya, kalian memang mirip, sama-sama cantik, sama-sama manis, dan mungkin kepintaran kalian sepadan tapi, menurutku tak ada yang lebih cantik, manis dan pintar kecuali Pengantinku yang indah ini..." ucap Roy santai, lalu mencium puncak kepala Aya, hal itu menimbulkan efek tersendiri bagi Aya, tiada disangkanya kalau Roy akan mengatatakn hal semacam itu.

Pipi Aya bersemu merah mendengar penuturan itu ditambah lagi ciuman Roy di puncak kepala nya tadi.

Plasidia saja yang melihat, hanya melihat tampak kagum dengan pasangan yang ada di depannya.

        "Waaah... Kalian pasangan yang serasi, aku juga ingin romantis-romantisan seperti kalian..." ucap Plasidia sambik mempoutkan bibirnya, tapi sebenarnya dia bahagia melihat sepupunya telah menemukan kebahagiaannya dan tidak terjebak oleh masa lalu menyedihkannya.

Roy ingin menjawab, tapi sudah didahului oleh Aya.

         "Makanya, segera cari pasanganmu, jangan hanya stuck di Marteen saja.." ucap Aya diselingi tawa kecil.

Raut wajah Plasidia sudah rawut-rawutan saat ini, sulit terdeteksi.

          "Shit! Sudahlah janhan membahasnya... aaaa... lebih baik aku pergi dulu, kalian nikmatilah waktu kalian, bhay..." ucap Plasidia berpamitan dengan nada kesal.

Lalu pergi entah kemana.

Setelah melihat Plasidia cukup jauh Aya pun tertawa, karna memang jika dia menyebutkan nama Marteen dihadapan gadis itu, moodnya akan segera berubah seketika.

      "Sepertinya kau sangat suka melihat orang menangis."ucap Roy dingin disebelah Aya.

Aya menengadakan kepalanya melihat wajah Roy

       "Maksudmu?" tanya Aya bingung, mengerngitkan dahinya.

        "Apa kau tidak lihat tadi sepupumu itu berusaha menahan air mata, mendengar ucapanmu" balas Roy,Aya tampak  merasa bersalah,

        "Apa kau selalu melakukan itu pada orang lain! jika ya berarti kau memang wanita yang tidak berperasaan" ucao Roy tajam lalu pergi entah kemana.

Aya seperti berusaha memahami arti ucapan Roy tersebut dan ya dia merasa telah menyakiti sepupunya saat ini. Dia memang selalu melakukan hal itu pada Plasidia, namun ia tidak tau akhirnya selalu begini.

'Jika ya,berarti kau memang wanita yang tidak berperasaan'.

Ucapan Roy, masih terngiang di benak Aya.

      "Maafkan aku Plas..."ucap Aya berbisik.

Lalu menjalankan kursi rodanya mencari Aya, belum jauh dan belum lama dia mencari, dia sudah melihat Plasidia dengan ekspresi kesalnya di meja makan, Plasidia sedang di rayu dan digoda oleh Pria berwajah Asia.

Aya tersenyum melihat sepupunya dari jauh.

       "Aku pikir Roy salah tanggapan" ucap Aya lalu kembali pergi, mengitari acara ramah tamah pernikahannya.









To be continued....

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang