bag 16

40.1K 2.6K 9
                                    

Semburat sinar matahari menembus celah horden, zhiya mengerjapkan matanya tapi matanya tak bisa terbuka sempurna. Kepalanya yang terasa berat membuat ia enggan beranjak dari tempat tidur, tangan zhiya menggapai-gapai meja kecil di samping tempat tidurnya hp dimana sih batinnya.

Tak kunjung mendapatkan hpnya zhiya pun mencoba untuk bangun tapi kepalanya langsung sakit seketika seperti dijedotin ke tembok berulang kali.

zhiya memijat keningnya lalu kembali menghempaskan badannya ke kasur, matanya kembali terpejam.

Drrtt drttt drrrtt

zhiya merasakan getaran di kasurnya, tapi ia tak membuka mata.

Sejam berlalu..

Ddrrttt drrtt ddrtttt

Haduuhh apaan sih nih ucapnya kesal dalam hati, tangannya menggapai ke sekeliling kasur mencari penyebab getaran itu terjadi. Dan akhirnya tangannya menyentuh benda tipis yang terus bergetar itu, hp yang dia cari tadi di atas meja ternyata ada di atas tempat tidurnya.

Zhiya mengerjapkan matanya mencoba membaca nama yang tertera pada layar hpnya, tapi berbayang asal ia menyentuh tanda hijau di layar

"Yaa kamu ga ngantor?" terdengar suara mba aning

"Aku sakit mba pusing banget ga bisa bangun" ucap zhiya pelan lebih terdengar seperti gumaman

"Ohh udah makan belom? minum obat yaa jangan lupa"

"Iyaa mba"

"Cepet sembuh yaa.. besok kan sabtu jadi istirahat panjang deh kamu"

Zhiya meringis mendengar ucapan mba aning, harusnya besok refreshing batinnya.

Setelah mba aning mengakhiri panggilan zhiya kembali tertidur, dibiarkan hpnya tergeletak di atas telinganya. Sedari tadi zhiya tak memegang hp hanya meletakkannya di atas telinganya ia merasa tak ada tenaga untuk memegang hpnya.

--

kruyuk kruyuk

zhiya membalikkan tubuhnya menjadi tengkurep, laper lirihnya

tangannya mengambil hp lalu menatap layarnya, udah jam 11 aduh makan apaan ya batin zhiya

Zhiya mengumpulkan kekuatan segenap jiwa raga untuk bangkit dari tempat tidur, setelah meminum segelas air putih yang ada di meja perlahan ia berjalan ke wastafel. Zhiya menarik nafas pelan lalu menghembuskannya ia memutar keran dan mencuci mukanya dengan cepat.

Air yang dingin membuat matanya menjadi terbuka lebih besar, menghilangkan rasa kantuknya tapi tidak dengan sakit kepala yang ia rasakan.

Zhiya berjalan keluar kamar lalu memanggil si'mbok berulang kali, seorang perempuan tua dengan rambut dicepol datang terpogoh pogoh.

"Mbok udah ada makan siang belom?" Suara zhiya terdengar serak

"Belum siap non kan baru jam 11, tapi sarapannya non masih ada bibi simpen di kulkas" jawab si'mbok

"Tolong ambilin sarapan aku aja deh mbok" ucap zhiya sambil jalan ke sofa besar di depan tv flat 65" yang menggantung di dinding.

"Iya non" si'mbok kembali ke dapur sedangkan zhiya tiduran di sofa.

Tak lama si'mbok muncul sambil membawa nampan yang berisi semangkuk quaker oat dengan potongan pisang dan strawberry diatasnya beserta segelas air putih. Sarapannya zhiya itu quaker oat dengan potongan buah, kadang quaker oat doang.

"Non.." panggil si'mbok sambil meletakkan mangkok dan gelas di meja

Zhiya diam tak menjawab

Si'mbok menyentuh tangan zhiya hendak membangunkan, kok anget banget ya batin si'mbok, dengan cepat ia meletakkan tangannya di kening majikannya itu panas banget seru bibi dalam hati.

Si'mbok beranjak ke meja telepon yang tak jauh dari sofa, ia memencet beberapa angka lalu menunggu sambungan terhubung

"Maaf mengganggu pak dokter, anu pak non zhiya panas banget pak dokter bisa kerumah ndak?"

"......"

"Gak tau pak, belum saya cek pake termometer"

"......."

"saya gatau dari kapan panasnya, ini non baru keluar kamar soalnya"

"......"

"Iyaa pak dokter.. iyaa saya tunggu ya pak dokter, terima kasih"

Si'mbok mengakhiri panggilan, lalu ia mencari termometer di kotak p3k.

"Non.." si'mbok menggoyangkan pundak zhiya pelan

Zhiya tak membuka mata hanya bergumam

"Buka mulutnya non ini diemut termometer biar ketauan non panasnya berapa derajat"

Zhiya pun membuka mulutnya pasrah membiarkan bagian ujung termometer masuk ke dalam mulutnya

"Mbok buatin bubur ya non sebentar ya.."

Zhiya pun kembali bergumam

si'mbok mengangkat quaker oat zhiya yang ada di meja lalu pergi ke dapur.

--

Zhiya hanya memakan bubur 5 sendok itu pun karena dipaksa sama si'mbok karena berulang kali ia ingin muntah. setelah minum teh hangat ia kembali tidur di sofa. Sedangkan si'mbok pergi mencuci perlengkapan makan.

Tak lama bel berbunyi, si'mbok berjalan terpogoh-pogoh dari dapur ke depan. Ternyata dokter yuda yang datang

"Selamat siang pak dokter"

"Siang bi" dokter yuda yang telah berusia 50 tahun mengangguk tersenyum

"Zhiya dimana mbok?"

"Di ruang belakang pak tiduran di sofa"

Dokter yuda jalan menuju ruang belakang diikuti dengan si'mbok di belakangnya. Dokter yuda merupakan dokter keluarga zhiya, sejak ia kecil yang menanganinya bila ia sakit adalah dokter yuda.

Setelah memeriksa zhiya, dokter yuda menjelaskan beberapa hal kepada si'mbok dan meninggalkan resep untuk di tebus lalu pamit pulang karena harus ke rumah sakit.

si'mbok pun memanggil mang karta (supir zhiya) menyuruhnya untuk menebus resep di apotik, dalam kurun waktu setengah jam mang karta sudah kembali membawa satu kantong plastik yang berisi beberapa jenis obat.

"Non dimakan dulu obatnya" ucap si'mbok sambil menyerahkan mangkok kecil yang berisi 5 jenis obat

Zhiya meringis saat mencoba bangun dari tidurnya kepalanya sakit bukan main, tubuhnya yang menggigil dan perutnya tidak enak membuatnya merasa mual membuat zhiya semakin lemas gagal untuk bangun

si'mbok pun membantu zhiya untuk bangun, ia menjadikan badannya sebagai sandaran zhiya. Setelah zhiya meminum obat si'mbok kembali mengembalikan posisi zhiya seperti semula

"Makasih mbok" ucap zhiya pelan lebih terdengar seperti gumaman

si'mbok tersenyum lalu pergi ke kamar zhiya dan membereskan kamar majikannya tersebut.

Saat sedang asik menyapu hp zhiya terus bergetar, si'mbok hanya melihat tak berani mengangkat tapi juga tak tega membangunkan zhiya.

Sang penelpon tidak menyerah, hp zhiya terus terusan bergetar membuat si'mbok nekat untuk mengangkat. Jangan-jangan penting pikir si si'mbok

"Ha.. halo" suara si'mbok terbata-bata

"........"

"Maaf bu, saya mbok nya non zhiya. Non zhiya lagi istirahat tak bisa di ganggu"

"........"

"Maaf bu, non zhiya nya sakit ibu"

"........."

"Dari tadi pagi"

".........."

"Tapi bu..saya ndak berani tanpa seizin non maaf ya bu"

"........."

si'mbok membelakkan mata kaget mendengar ucapan si penelpon, lalu dengan cepat memberikan alamat rumah kepada penelpon tersebut.

--

BECAUSE THE BABY (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang