Lalu, ia terduduk disana. Memeluk kaki nya dengan erat. Segala macam pikiran ia pikirkan. Tentang keluarga barunya, tentang Rena, tentang ekskulnya serta remedial bahkan tentang kebencian Dika.

Tidak bisakah ia hidup normal seperti anak lainnya yang terbebas dari masalah?

Dihirup nya dalam-dalam hembusan udara. Pandangannya menatap gedung-gedung pencakar langit yang tinggi itu.

Riyan meletakkan jaket yang dibawa nya untuk digunakan sebagai alas tubuhnya. Silau nya matahari tidak menyurutkan niatnya untuk berpaling dari tempat ini.

"Jadi begini kalo gaada guru? Kerjaan kapten futsal sekolah ini."Deas kini sudah berada di belakangnya.

Riyan bangun dari tidurnya itu. Ia bersikap datar dengan sahabatnya Rena itu. Tanpa menjawab sapaan dari Deas sedikitpun.

"Pantes aja Rena suka mikirin lo dan ngomel-ngomel kalo abis ketemu lo. Ternyata respon lo datar dan dingin. Gak ada jawaban apapun."sindir Deas dengan sengaja.

Riyan yang merasa tersindir akhirnya membuka suaranya. "Mau apa lo kesini?"

"Lo kenapa ada disini? Kenapa gak sama Rena. Dia itu perhatian lo sebagai pacarnya. Rena bukan anak yang aneh-aneh kok."

Riyan berdecak. "Gue harus apa?"

"Inti nya lo jangan pernah kecewain dia lagi. Lo gak tau kan gimana sedihnya dia karena keluarga nya yang pecah."

Riyan menaikkan alisnya bingung. "Keluarga dia pecah?"

Deas tertawa dengan sinis. "Bahkan lo cowoknya gak tau apa-apa tentang Rena. Hidup lo itu terlalu pendiam. Mendingan mulai dari sekarang lo bersikap terbuka kepada siapapun. Termasuk Rena. Karena dia tulus."

Riyan memikirkan perkataan Deas barusan. Keluarga Rena menjadi terpecah. Mungkin beberapa kali ia menemui Rena dipinggir jalan karena Rena sedang merasa kesepian dan butuh teman.
Riyan mulai larut dengan pikirannya.
"Semua nya ada ditangan lo. Kalo lo cuman main-main mendingan lo putusin dia. Karena dia sudah cukup sakit karena lo, Riyan Mahendra."Deas pun mengatakan segala isi hati Rena.

Dia bukan seorang cepu atau apapun. Ia tidak ingin melihat sahabatnya itu bersedih.

***

Rena membuka matanya. Tertidur di perpustakaan rasanya menyenangkan. Rasa kantuknya sudah hilang ditambah lagi ia bisa 'numpang adem' di dalam perpustakaan ini juga.

Rena menutup buku novel milik perpustakaan itu. Buku itu sudah membantunya untuk menutupi wajahnya yang aib ketika ia tertidur. Rena memperhatikan sekitarnya. Tidak ada orang, namun ia mendengar suara tarikan napas seseorang yang tengah tertidur.
Karena penasaran, Rena melihat siapa yang tengah tertidur disampingnya itu. Seorang laki-laki yang menggunakan jaket abu-abu untuk menutupi wajahnya. Merasa tidak ingin menganggu, Rena mendorong kursinya pelan agar tidak menganggu.

"Pa, Riyan takut...."lirih lelaki itu yang ternyata didengar oleh Rena.
Rena yang mendengar suara itu langsung mendekati kursi itu.

"Riyan? Riyan kamu kenapa? Riyan.." Sahut Rena yang berusaha membangunkan lelaki itu.

Riyan masih saja mengigau dengan lirih. "Pa, Riyan gak bisa berlama-lama tinggal sama mereka."

ANGLOCITA  [selesai]Where stories live. Discover now