Tidak sedingin es

10.7K 593 5
                                    

Hal yang ingin aku tanyakan kepada semua orang. Bagaimanakah memiliki orang tua yang tidak saling bertengkar?

*-*

Rena menyetel acara televisi favorit nya. Suasana yang tadinya sepi dan tenang kini berubah menjadi mencekam. Seperti biasanya, kedua orang tuanya bertengkar hebat.
Rena sudah terlalu lelah untuk merasakan itu semua. Bahkan tidak pernah ia mendengar kedua orang tuanya saling akur. Hanyalah pecahan barang yang terdengar.
Satu hal yang Rena tidak ingin rasakan. Patah hati.

"Bisa gak sih gak usah ribut, sehari aja atau bahkan semenit aja deh. Rena capek denger nya"teriaknya sengaja dengan kencang agar kedua orang tuanya itu mendengarkannya.
Namun percecokan itu masih saja berlangsung, bahkan kini sebuah piring menjadi korbannya. Rena sempat mendengar beberapa kalimat yang orang tua mereka saling bersahutan.

"Pa, mama capek. Papa selalu aja gak bisa ngertiin mama.." sahut Giya dengan nada isak.

Rendra mulai membuka suara. "Seharusnya saya yang bilang begitu, kamu kerjaannya belanja terus. "

Giya mencari argumen. "Lagipula kan aku belanja untuk kita..."

"Mama kelewatan, semua barang yang tidak beguna dibeli juga"Kata Giya yang sudah mulai lelah.

"Ini penting, Mas. Tas ini jarang banget ada yang punya"Ucap Giya dengan semangat.

"Iya.. Tapi itu harganya sama saja membeli motor"

"Cuma dua puluh juta aja pelit banget sih"

"Bukannya begitu, tapikan itu mahal banget"

Giya menatap suaminya dengan kesal. "Ya apa salahnya? Ini kan demi mama"

"Kamu itu selalu saja ...."

"Apa? Papa mau marah? Silahkan mama gak takut"

Rena yang mendengarnya hanya diam saja dengan kejadian yang setiap hari selalu saja ia dengar. Hal sepele sedikit saja bahkan diributkan. Memang setiap hari ada saja piring atau gelas yang pecah akibat pertengkaran itu.
Rena yang merasa bosan ia kembali menuju ke kamarnya untuk menghilangkan suara yang berisik itu. Ia mengambil earphone kesayangannya lagu ia dengarkan keras-keras lagu yang ia sukai. Ia juga membuka sketsa gambar orang yang sudah lama ia sukai. Riyan .

"Lucu ya. Gue suka sama lo tapi kenapa setiap ketemu sama lo. Gue itu selalu aja bikin lo badmood. Hehe aneh"gumam Rena yang memandangi lukisan itu.
Lukisan seorang Riyan sedang berdiri tegap memakai baju kebanggaan anggota PMR.

"Gue tau kok kalo misalnya gue gak bisa dapetin hati lo. Gue emang cewek yang lemah. Yang cumanya bisa nyusahin lo setiap hari senin"Lirih Rena dengan sedih.

"Capek kali selalu aja pingsan. Hehe bosen. Harus diledekin sama orang. Gue juga pengen lihat upacara bendera sampe abis, tapi gak bisa"Sambung Rena kembali.

Sejujurnya, ia ingin sekali seperti anak lainnya. Bisa berdiri tegap disana.

"Kali aja gue selama dua belas tahun selalu aja pingsan. Haduhh"

Tak terasa hari sudah malam. Ia pun tertidur dan berharap esok pagi ia dapat bertemu dengan riyan . Orang yang ia sukai. Lama-lama matanya pun tertutup dan ia tertidur dengan lelapnya.

****

Keesokan harinya, ia datang ke sekolah lebih pagi karena ia ditugaskan untuk mengerjakan tugas piket. Ia mulai menyapu dan membersihkan lantai dengan semangat. Rena datang pagi-pagi juga untuk mengambil sapu atau bisa dibilang dulu-duluan piket.

"Pagi-pagi udah kerja jadi babu"Kata seseorang yang mengangetkan dirinya.

"Riyan?"Jawab Rena dengan sikap kikuknya.

ANGLOCITA  [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang