Kenapa takut gelap?

6.1K 316 11
                                    

"Riyan! Mau kemana kamu? "Tanya lelaki paruh baya itu.

Riyan berdecak seraya meletakkan helm hitam yang dibawanya itu dengan keras.
"Bukan urusan anda."jawab Riyan dengan datar.

Freddy menaruh kopi panasnya yang tengah ia minum itu. Mata nya menatap anak tiri nya itu dengan tenang.

"Jangan suka keluar malem-malem. Besok kamu juga sekolah kan?"
Riyan tertawa sinis. "Peduli apa anda?"

"Kamu boleh membenci keadaan. Tapi saya mohon, jangan sakiti mama kandung kamu sendiri. Dia sangat menyayangi kamu, Riyan"

"Dia tidak menyayangi saya."

Freddy mendekati Riyan yang penuh dengan kebencian. "Dia sangat menyayangi kamu."

Riyan menghela napas kasar. "Kalau dia menyayangi saya mengapa dia menikahi anda? Mengapa dia rela berselingkuh dengan anda?"

Freddy menelan pahit sikap Riyan itu. "Tidak ada yang perlu kamu benci. Saya, Revan atau ibu kandung kamu. Seharusnya kamu membenci keadaan."

"Jika keadaan tidak seperti ini, saya tidak akan membenci siapapun. Sayangnya, keadaan nya seperti ini."Gumam Riyan dengan datar.

Freddy menyerah menghadapi anak satu itu. Bayang-bayang masa lalu itu sekilas menghantuinya lagi. Ia tidak ingin mengingat kejadian itu.

"Sampai kapan kamu mau seperti ini terus?"

Riyan segera berberes tas serta helm yang ia bawa. "Tidak tau. Mungkin selamanya." Lalu dia pergi begitu saja.



Malam terasa begitu dingin. Riyan menyalakan mesin motornya itu. Tidak perduli dengan dinginnya malam. Riyan hanya ingin menenangkan pikirannya. Tidak tau arah dan tujuan ia menyalakan motor itu.

Sekarang sudah pukul sembilan malam. Jalan protokol juga sudah tidak sepadat tadi. Lampu-lampu di jalan raya juga semakin menerang karena malam semakin larut. Riyan tidak peduli keadaan sekitarnya. Yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri beserta hati yang terluka.
Sekolah Dasar Nusa Bangsa.

Tulisan itu terpampang jelas disebuah papan yang terpajang di depan gedung itu. Tidak jelas mengapa ia bisa memberhentikan laju kendaraannya disana. Mungkin suasana disini yang terlihat sepi. Tidak ada seorang pun.

Selama lima tahun ia tinggal dengan orang asing. Riyan tidak pernah menganggap ayah tirinya itu ada. Bahkan sekalipun ia ada di rumah. Hatinya selalu terluka jika mengingat hal pahit itu. Kecelakaan yang berujung kematian Papa nya disebabkan oleh perselingkuhan ibunya sendiri.

Kisahnya terlalu pilu untuk dikenang.
Mata elangnya menyipit ketika melihat seseorang yang ia kenal. Gadis itu tengah menenteng beberapa belanjaan ditangan kanannya.

Riyan mengenali gadis itu. Gadis berkacamata itu adalah Rena. Kekasih hatinya. Riyan kemudian memperhatikan gadis itu dengan dalam. Rena berbelok kearah taman yang tidak jauh dari tempat Riyan berdiri saat ini.

Pikiran Riyan kini dipenuhi tanya. Untuk apa Rena pergi ke taman. Malam-malam pula.

Riyan menyalakan motornya itu untuk menyusul gadisnya itu. Jujur, ia khawatir dengan Rena yang sendirian.

"Lo ngapain ada disini sendirian?"tanya Riyan dengan menaikkan kedua alisnya itu.

Rena melongo sekilas. "Riyan? Kamu Riyan kan?"

"Hmm"

"Aku pikir kamu hantu penunggu Taman ini, abisnya tiba-tiba berdiri di depanku."kata Rena dengan tertawa.

Riyan melihat daerah sekitarnya yang sepi. "Kenapa lo ada disini? Gue nanya."

"Aku tidak suka di rumah."jawab Rena dengan tersenyum.

ANGLOCITA  [selesai]Where stories live. Discover now