Chapter 07

577 55 0
                                    

"KIKO!"

Yeoja dengan rambut hitam sebahunya itu menoleh dengan kesal. "Naniyo, Yuka.."
*Apasih, Yuka..

"Hentikan wajah kesalmu itu. Acaramu akan dimulai sebentar lagi jadi jangan membuat reputasimu hancur. Wakaru?"
*mengerti?

Kiko mendengus, menatap adiknya sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dibelakangnya.

Ia dan adiknya, Yuka Mizuhara kini tengah berada di dalam studio kantornya, baru saja akan melakukan pekerjaannya yang lain namun mood yang buruk kembali melandanya sejak pagi.

"Bisakah kau hanya tersenyum seperti biasa dan lakukan pekerjaanmu?"

"Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri sebentar. Direktur benar-benar membuatku kesal. Kau tau, Yuka? Dengan seenaknya ia membatalkan penerbanganku ke Seoul satu minggu yang lalu dan sekarang ia justru memberiku pekerjaan yang tidak menguntungkan seperti ini. Kau tau aku benci menjadi host.." Yeoja itu menunduk lalu menghentak-hentakkan kedua kaki mungilnya, membuat adiknya menggelengkan kepala.

"Kau berusaha MENEMUINYA lagi?! Ne~ Kau hanya akan merepotkan Jiyong-niisan dengan skandal, Kiko. Berhentilah dan sadar bahwa kau yang meninggalkannya dan segera cari laki-laki lain. Tck. Banyak yang menyukaimu!"

Kiko mendongak dan tersenyum lebar, bibir merahnya membuat wajahnya nampak berseri-seri. "Jangan mengingatkanku. Aku hanya..masih mencintainya. Dan bila aku tidak bisa menemuinya saat ini, aku pasti bisa menemuinya lain waktu. Pasti."

Adiknya terperangah.

HA!

Kiko memang selalu seenaknya bila menyangkut hal yang dia inginkan. Oh, sama seperti mantan kekasihnya.

'Apa kau yakin, Kiko? Apa kau pikir Jiyong-niisan tidak akan mencintai gadis lain selain dirimu sekarang hm?' pikir Yuka dalam hati sambil mengusap pelan puncak kepala kakaknya.

****


Kini Dara tengah memindahkan beberapa barang milik Jaejoong ke sebuah ruangan khusus. Sesekali ia tersenyum saat memandang beberapa foto di dalam kardusnya, sesekali pula ia menitikkan air mata.

Yeoja itu telah berfikir, mungkin ini saat yang tepat untuk belajar merelakan suaminya. Mungkin mulai saat ini, ia harus lebih membuka dirinya dan perlahan melepaskan apa yang memang harus dia lepaskan. Dara tau, ia masihbisa mengingat senyum Jaejoong dalam memory-nya, masih bisa mendengar suara lembutnya, ya.. paling tidak ia tau bahwa ia pernah merasakan kebahagiaan meskipun itu tidak berlangsung lama. Tuhan memiliki rencananya sendiri. Dan kepergian Jaejoong adalah bagian dari itu. Itu adalah hal yang harus bisa ia terima.

Dara menoleh.

Menatap Kim Daehan yang duduk tenang di atas sofa sambil menyeruput sekantung susu strawberry-nya, membuat senyumnya seketika mengembang. "Daehan-a? Ilyowa.."
*Kemarilah

Putranya tersenyum lebar, lalu berjalan mendekat. "Ne."

"Lihat ini, kau tau ini siapa?"

Dara menunjukkan sebuah foto padanya. Foto Jae yang tengah tersenyum membawa Daehan kecil dalam gendongannya.

"Igeo..Daehani." Jawab putranya polos, membuat Dara tertawa gemas.

"Geurae, igeo Daehaniji.. Geunde igeo, nuguya?" Dara kini menunjuk wajah Jaejoong di hadapan putranya, yang dibalas dengan kedipan beberapa kali.

"Daehani appa."

Dara mengangguk, "Mm, Appa."

Dilihatnya Daehan tersenyum lebar, melupakan sejenak minumannya. Malaikat kecilnya lalu meletakkan susunya di atas meja dengan hati-hati dan mengambil pigura yang digenggam oleh Eommanya.

FATEWhere stories live. Discover now