Chapter 06

556 59 2
                                    

Dara terpaku, menatap namja yang tengah terkulai lemas menyandarkan dagu di pundaknya dengan mata terpejam. Kedua tangan kurusnya memeluk erat pinggang Jiyong untuk menjaga tubuhnya agar tetap berdiri tegak. 

Dara berkedip beberapa kali dan nafasnya pun tercekat, mencoba untuk mengulang kembali kata-kata yang didengarnya beberapa saat lalu.

"...Mencintaiku?" Ucap Dara pelan. Tanpa sadar tangan kirinya bergerak menyentuh punggung Jiyong, kini ia benar-benar memeluknya.

"Kau... mencintaiku?"

Dara merasa Jiyong bergerak di pelukannya, sebuah isakan kecil terdengar dan membuat Dara segera melepaskan diri dan mendapati namja itu menangis.

Seorang Kwon Jiyong yang hebat, menangis di hadapannya.

"Tidakkah kau menyadarinya, huh? Aku sangat..mencintaimu, Dara. Noona.. Baby girl. 10 tahun.. 10 tahun i've been fucking damn inlove with you! Ara?" Suara Jiyong perlahan meninggi, bersama dengan butir air matanya yang mengalir keluar.

Mata tajam Jiyong menatapnya lekat dan itu menunjukkan bahwa ia masih sadar.. meski Dara tau, namja itu sedikit memaksakan dirinya.

Tidak sampai disitu, kini Jiyong mendekat. Menempelkan keningnya pada kening Dara dan menggenggam erat kedua sisi pundaknya.

Yeoja itu menghela nafasnya panjang, memejamkan matanya lagi untuk mengatur detak jantungnya yang berdetak sangat kencang saat ini.

"Jiyong-a.."

"Aku tau kau tidak akan mungkin bisa melupakannya begitu saja. Aku tau kau begitu mencintainya. Aku tau, Dara.. Damn.. Tapi aku tidak bisa lagi menahan perasaan ini.. ini sudah lebih dari cukup."

Dara terdiam, merasakan keheningan di antara mereka. Merasakan deru nafas Jiyong di hadapannya.. merasakan keseriusan dari setiap kalimat yang ia katakan kepadanya.. merasakan tatapan lembutnya yang memohon padanya.

"...Beri aku waktu, Jiyong." Yeoja itu menangkup kedua pipi Jiyong dengan lembut, tersenyum samar. Sungguh ia tidak pernah menyadari betapa berartinya dia bagi Jiyong. Hingga membuatnya seperti ini. "Kau tau ini tidak mudah bagiku.. jadi, bisakah kau beri aku waktu?"

Suara hujan terdengar dari ruangan redup cahaya itu, menghiasi keheningan di antara mereka.

Jiyong tersenyum, menganggukkan kepalanya pelan tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya dari Dara. "Gomawo.. geurigo, mianhae. Mian karena kau harus melihatku seperti ini. Mianhae.. Neomu mianhae."

Air mata namja itu mulai mengalir lagi. Wajahnya yang basah kini nampak sedikit pucat, tubuhnya pun mulai menggigil. Jiyong kembali merasakan rasa pening di kepalanya sehingga membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan.

"Jiyong?!" Dara segera membantunya berdiri, merangkul lengan kirinya dan membawanya perlahan menuju ke lantai dua.

Uh-oh.

Hanya ada tiga kamar disini.

Kamar Dina Park, adiknya. Kamar Daehan, putranya. Dan... kamarnya sendiri.

Dan Dara tidak memiliki pilihan lain.

****

Dina Park baru saja terbangun dari tidurnya. Oh...dia menyadari bahwa semalaman ia telah tertidur di atas meja tulisnya yang penuh dengan sketsa.

Jam di dindingnya menunjukkan pukul 06.30.
Dan itu artinya ia harus segera membangunkan kakak perempuannya untuk menyiapkan sarapan, sedangkan ia akan membantunya untuk mengurus Daehan.

FATEWhere stories live. Discover now