"Listen! I'll be okay. Kau harus melakukannya. Kau harus menstabilkan detak jantungnya. Dia membutuhkanmu tiff.. kalau tidak dia bisa mati." Aku membulatkan mataku. Sehun bisa mati? Oh tidak. Aku masih belum sedia kehilangan sehun. Bukan bererti aku mencintainya tapi miyoung sangat menyayanginya. Apa yang harusku katakan kalau sehun sudah meninggal? Miyoung masih kecil dan tidak mengerti apapun. Yang dia tau, dia memerlukan sehun.

"I will. But promise you ini hanya sekadar penguat untuk sehun. Percayalah aku hanya mencintaimu." Aku menangis di pelukan luhan untuk mengecup bibirnya singkat. Menyalurkan perasaanku yang sebenarnya pada luhan. Berharap agar luhan mempercayaiku karena aku jarang mengatakan cinta padanya dan bagaimana bisa aku mengatakan cinta pada orang lain.

Perlahan aku meleraikan pelukanku pada luhan lalu mendekat kearah ranjang sehun. Mencapai tangan dinginnya lalu mengecupnya singkat. Aku menarik nafasku dalam-dalam sebelum mengucapkan kalimat keramah itu.

"Aku mencintaimu." Seketika ucapan itu keluar bersama air mataku yang menetes. Aku sangat sedih. Aku menolehkan pandanganku ke belakang tepatnya ke arah luhan. Terlihat dia sedang membelakangiku. Mungkin dia juga tidak kuat mendengar ucapan itu yang harusku ucapkan untuk namja lain. Aku kembali menatap wajah sehun.

"Saranghae sehun-na. Bisakah kau bangun? Aku tidak bisa hidup jika melihatmu seperti ini. Hiks.. tidakkah kau kasihan pada miyoung? Dia menunggumu di rumah. Bangunlah ku mohon." Aku terisak untuk yang kesekian lagi. Sama ada ucapan ini perbohongan atau kebenaran aku juga sedikit keliru. Tapi kenyataannya air mataku jatuh tanpa paksaan.

Author pov

Titt... titt... titt..

"Luhan! Nadinya semakin kuat." Kata tiffany bahagia sambil menyambut tangan luhan agar menatap ke arah sini. Luhan kaget.

"Bagus tiff. Kau berhasil. Lakukan lagi. Bilang kali ini kalau kau akan mengahwininya." Mulut tiffany terbuka dengan matanya yang membulat. Ucapan luhan barusan sangat tidak masuk akal.

"Kau gila luhan?"

"Ini saja pilihan kita untuk menstabilkannya fany-ya. Dokter bilang kalau detak jantungnya masih belum normal kemungkinan mereka terpaksa mencabut semua mesin bantuan di badan sehun. Dan aku tau kau pasti tidak akan setuju. Tanpa mesin bantuan itu, dia bisa kehilangan nyawanya. Kau maukah seperti itu?"

"Ya aku tidak mau! Tapi aku ini istrimu. Bagaimana bisa aku menikahi sehun sedangkan aku masih berstatus istrimu." Tiffany mengatakannya tidak terima. Jika berbohong mencintainya itu tidak apa, tapi tidak dengan mengahwininya.

"Aku akan menceraikanmu." Satu tetes air mata jatuh di pipi mulus tiffany disaat perkataan cerai itu meluncur di bibir luhan. Tiffany menatap mata luhan mencari kebohongan dari kata-katanya barusan.

"Kau.. sedang bercandakan?"

"Tidak tiff. Untuk kebaikan kita semua. Aku sanggup mengorbankanmu." Luhan mengatakan itu dengan dingin. Agar tiffany bisa terima dan melakukannya tanpa harus lebih terluka.

"Wae??! Kau sudah tidak lagi sayang padaku?"

"Ini saja pilihan kita. Pikirkan miyoung. Dia butuh ayah kandungnya. Ayo lakukannya tiff. Sehun sudah tidak punya waktu yang banyak." Luhan mendorong tubuh kurus tiffany mendekat kearah ranjang sehun. Mencapai tanggannya lalu melepaskan cincin nikah di jari manisnya. Setelah itu dia memberikannya pada tiffany.

"Berikanlah cincin ini padanya." Selepas mengatakannya luhan lalu keluar dari ruangan itu dan membiarkan tiffany mengatakannya dengan emosinal tanpa sebarang gangguan. Luhan memegang hatinya. Walaupun hatinya sakit, tapi dia terpaksa melakukannya. Demi tiffany dan miyoung. Serta demi nyawa sesorang yang pernah tiffany cintai dulunya.

Tiffany masih menangis. Malah matanya sangat sembab. Tiffany lalu memakaikan cincin luhan ke jari manis sehun dengan sedikit susah payah. Tiffany menghapus air matanya.

"Sehun, maukah kau menikahiku? Aku sudah menyediakan cincin untuk kita. Bukankah ini cantik?" Tiffany mengangkat tangannya lalu menunjukkan cincin di jari manisnya pada sehun. Walaupun sehun tidak dapat melihatnya, sekurang-kurangnya itu terlihat nyata.

"Hiks! Aku.. aku sudah memaafkanmu dan merencana untuk menikah denganmu. Jadi cepatlah bangun dan jadi suamiku."

Titt..titt...tittt..tittt..tiittt..

Tiffany kaget. Degupan jantung sehun berdegup dengan laju. Seperti sehun bisa mendengarnya, degupan jantung sehun malah seperti sedang dalam keadaan gugup.

"Bagus. Teruskan seperti itu. Ternyata kau berjaya menormalkannya kembali." Aku menolehkan wajahnya ke sumber suara yang sedang bercakap barusan. Itu dokter yang menguruskam sehun. Ternyata dia mengawasi kami atau mungkin luhan yang memanggilnya ke sini untuk melihat kemajuan sehun.

"Panny-ya" Aku menolehkan wajahku kearah sehun lagi. Dan bertapa kagetnya aku apabila mata sehun sudah mula terbuka dan menggegam tanganku erat.

"K-kau sudah bangun sehun-na?" Aku masih kaget tapi bahagia. Sehun bangun setelah komanya yang panjang. Bukankah ini sebuah keajaiban?

"Benarkah kau akan menikahiku?"

TBC

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jan 06, 2017 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

My MistakeOnde histórias criam vida. Descubra agora