Chapter 01

1K 75 1
                                    

Please kindly VOTE every chapters after you read (:
Hope you like the story tho.

---

AUTHOR POV


Drrt..Drrt..Drrt..

Dara meraba tempat tidurnya. Kemudian meraba meja sisi tempat tidurnya, meraba segala di sekitarnya dengan setengah mengantuk. Ponsel sialannya itu telah berhasil mengganggu tidurnya. Padahal dia sedang bermimpi indah. Sangat indah.

Ya, mimpi adalah satu-satunya media dimana ia bisa melihat kembali namja yang sangat dicintainya.

"Aish..nuguya i sigane."
siapa sih jam segini.

Drrt...Drrt...Ding Dong..Ding Dong Ding Dong...Drrt..Drrt

Dara meniup helaian poni yang menjuntai menutup wajahnya, "Daebak."

Kali ini bel rumah pun juga berbunyi beriringan dengan getar ponselnya.

"Ah, ini dia." tut "Yeoboseyo?" ucapnya serak.

"DARA PARK! Ini sudah pukul 10 dan kau baru saja bangun? Buka pintumu sekarang juga!"

Yeoja itu mengernyitkan dahi, menjauhkan ponselnya sesaat. "Bommie? Arasseo arasseo."

-

Klek

"YA GIJIBE-A. Apa kau pikir kau ini masih seorang virgin, eoh? Neo eomma janhaaaa? Bangun terlalu siang tidak pantas lagi untukmu, ara?!" Bom menggelengkan kepalanya di hadapan Dara yang baru saja mempersilahkannya masuk.

"Aiyoo~ kenapa kau mengomeliku di pagi hari, Bommie-ya? Aku bangun kesiangan karena semalam aku hampir tidak tidur. Daehan terus menangis. Kurasa dia merindukan...Jae."

Mereka berdua berjalan menuju dapur, dimana Bom segera membuka kulkas dengan tidak tahu malu dan melahap sepotong cheese cake sambil mendengarkan sahabatnya dengan sungguh-sungguh. "Kurasa kau pun juga begitu, geji?"

Dara tersenyum singkat, pandangannya lagi-lagi terarah pada piano putih mantan suaminya di tengah ruangan.

Bom mengikuti arah pandangnya, lalu menghela nafas berat. "Dara-ya, kau tidak boleh terus seperti ini. Ini sudah 2 tahun. Kau masih punya Daehan. Terlebih lagi aku, Chae, geurigo Minzy. Angeurae? Kau tidak pernah sendiri."

Dara mengangguk, merasakan usapan hangat Bom di pundaknya. "Hanya.. kenapa harus dia, Bommie. Kenapa dia harus pergi disaat kami berdua bahkan baru saja memulai hidup yang baru.."

"Oh, Sandy. Kecelakaan itu tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Kau, aku, atau siapapun itu. Ini sudah takdirnya. Aku percaya, bila Jae melihatmu seperti ini ia pasti akan sangat sedih. Ireojima..jebal."

"Mm. Akan kucoba."

Kali ini jawaban Dara membuat Bom tersenyum dan memeluknya erat. "Himnae, Dara-ya! Eoh? Karena kapanpun kau membutuhkanku aku akan selalu ada disini." Dara tertawa dibalik pundak sahabatnya.

"Daehanie eodiya?"

Sebelum Dara menjawab, nampak dongsaengnya, Dina -dengan Daehan di gendongannya berjalan menghampiri mereka. Yeoja itu segera menempatkan Daehan di kursi balita di samping Dara.

"Aigoo, uri adeul mianhae.. eomma tidak membangunkanmu pagi ini. Apa kau sudah makan, baby?" Dara sedikit membungkuk, menangkup kedua pipi putranya.

"Ggogjongma, eonni. Daehan sudah menghabiskan sarapannya. Eo? Bommie eonni wasseoyo?"

Bom mengacak pelan rambut Dina "Kajaaaa! Hari ini adalah hari pertamamu bekerja di butik Chae, geji? Fighting!"

FATEWhere stories live. Discover now