Oh... Sabrina

79 1 0
                                    


       Setelah serangkaian acara penyambutan kembalinya putri yang hilang, baiklah ini memang kedengaran sangat dramatis tapi HELL memang benar-benar terjadi, aku masih beruntung tidak dimandikan bunga kembang tujuh rupa karena kalau itu benar-benar tejadi, aku akan dengan sendirinya menendang pantatku keluar dari istana ini. Akhirnya, sekarang disinilah aku, menikmati kamar baruku yang kelihatan 2x lipat bahkan lebih, lebih besar daripada kamar lamaku di Hungaria yang kupastikan sekarang digunakan Vanessa untuk mengurung dan mengeksekusi mantan-mantannya yang terdeteksi radar. Aku merindukan rumah, serius. Homesick yang tidak bisa diredam, aku merindukan seruan mom yang memanggilku untuk makan, atau sikap defensive ku pada Vanessa yang berakhir pada pengaduanku pada mom tentang apa yang dilakukannya jika mom sedang berada di luar kota. Walaupun Vanessa adalah adik paling menyebalkan di galaksi ini, dan yang sempat kusesali kelahirannya itu malah membuatku rindu setengah mati. Aku hampir saja menangis kalau Makenzie tidak segera datang dan duduk di sebelahku, mengelus pundakku lembut dan menatapku dengan tatapan polosnya.

" Kau bisa meminjam ponselku jika kau ingin menghubungi keluarga lamamu. Aku tau bagaimana rasanya meninggalkan orang yang sangat disayang dan dipertemukan dengan orang asing yang pastinya sangat tidak enak " HAH tumben anak ini bijak. Dia menyodorkan ponselnya yang kelihatan seperti versi baru dari telegram, apa memang pulau ini sangat kuno dan kolot? Berani bertaruh bahkan Makenzie tidak pernah menjamah instagram atau menonton konser Adam Levine. Aku bersyukur aku sempat diasuh oleh Kate dan Josh yang loyal terhadap anak-anak mereka soal teknologi, kalau saja sejak dari dulu aku tinggal disini, sudah kuyakini aku manusia paling kuper sejagad raya ini. Aku menerima sodorannya dan mengucapkan terimakasih yang dibalas dengan sunggingan manisnya sehingga menampilkan lesung pipit di kedua pipinya dan melenggang pamit meninggalkanku setelah terdengar suara seseorang memanggilnya dari bawah sana.

Aku berusaha mengingat-ingat nomor ponsel sahabat-sahabatku yang kutinggal merana di Hungaria. Ada Sabrina Hudson yang tergila-gila dengan ketua dewan siswa si Logan Sponsler yang sering bawa Ducatti ke sekolah, dan sahabat pirangku Abigail Woods yang terakhir berkomunikasi denganku selasa lalu, saat dia dengan excited meneleponku dan mengatakan dia diajak berlibur oleh pacar barunya ke Venice menikmati liburan musim panas. Beruntung sekali si pirang itu. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba mengingat nomor ponsel salah satu dari mereka, aku mengingat keberadaan catatan harian dimana biasa Sabrina dan Abigael surat-menyurat dengan tujuan menyurutkan kebosanan materi ekonomi yang diberikan oleh Mr. Salvatore. Geez ,aku menemukan diriku merindukan sekolah untuk pertama kalinya, dan ini seperti keajaiban. Tapi nilai plusnya aku tidak akan lagi melihat dada palsu Lexi atau bokong operasi milik Alexa yang notabenenya cewek popular dan pembully di sekolahku. 'ha,goodbye lexi, alexa and all of you cunts' sorakku gembira dalam hati. Tidak akan ada lagi penceburan ke lubang closet atau saus mayonesse di rambutku,.TIDAK AKAN ADA LAGI.SELAMAT TINGGAL PENYIKSAAN!!

Aku mengambil catatan harianku dari dalam tas dan merebahkan diriku ke tempat tidur yang sangat empuk, aku membuka lembaran demi lembaran yang membuatku tertawa mengingat betapa konyolnya kedua sahabatku itu, dan dapat kulihat tulisan tangan Sabrina disana yang menyaratkan kebenciannya pada Lexi yang mulai dekat-dekat dengan Logan. Sampai pada lembar pertengahan kudapati serangkaian nomor telepon disana, nah ini dia. Beruntunglah aku sempat kehilangan nomor Sabrina dan memaksanya menulis ulang nomor teleponnya. Aku mendial nomornya dan sampai pada dering ke 5 akhirnya ada yang mengangkat, aku hampir menangis mengetahui aku tidak akan lagi melihat wajah riangnya, aku menangis sesegukan dan langsung menyerbunya dengan berbagai macam kata-kata yang mendasari bagian hatiku paling dalam

" kau tau Sab, aku bahkan baru sadar kalau disini tidak ada jaringan internet dan aku tidak akan lagi bisa fangirling dan menonton video Maroon 5. Aku sangat merindukanmu Sab, aku ingin..."

" halo.. ini siapa?" Deg. Aku langsung menghentikan tangisan dramatisku seketika. Oh tidak... tidak... jangan ini lagi, jangan sampai kejadian itu terulang lagi, dimana Sabrina memberikan aku nomor telepon yang dia katakan adalah nomor telepon Ian –cowok yang pernah kutaksir dulu—dan setelah kuhubungi, aku malah mendapatkan seorang wanita histeris berteriak dan mengatakan aku psikopat penculik anak yang meminta tebusan padanya. Aku memang sangar, tapi aku tidak sekejam itu, duh.

" Jangan bercanda, berikan ponselnya pada Sabrina sekarang" ucapku gusar dan sok akrab.

"who the hell is Sabrina" Pria dari seberang meneriakiku marah dan langsung ku tutup sambungan setelah aku mengetahui ini memang benar bukan nomor ponsel Sabrina. Hades, bawa aku ke nerakamu! Kalau aku diberikan kesempatan pulang ke Hungaria, akan kutendang bokong milik Sabrina dan tidak memberikannya akses berteman dengan Abigail, aku takut penyakit ketololan Sabrina akan menginfeksi Abigail dan berakhir pada Abigail yang berubah menjadi seorang cewek anti-sosial dan pelupa. Mengingat apa yang terjadi hari ini benar-benar membuatku lelah. Aku berharap besok aku bangun aku akan menemukan diriku di Hungaria sedang pool party bersama Cody Simpson, dan Adam Levine. 'keep dreaming Kristina oh tidak, cleo!' batinku mengejek diriku sendiri. Sialan 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CleopatraWhere stories live. Discover now