12 "Think Hard & The Result"

7.7K 372 17
                                    

Hembusan angin pagi yang sejuk di salah satu caffee di pinggir pantai ini begitu menyegarkan tubuh. Suara deburan ombak seolah tak mengacau namun bagai alunan melody yang indah di telinga. Sinar mentari memberikan tubuh ini sebuah kehangatan pagi yang sehat. Ya, aku sedang berjemur di lantai atas sebuah caffee pinggir pantai hanya mengenakan boxer Calvin Klein ku. Di bawah terpaan sirna mentari pagi ini lah yang sungguh membuatku relax. Sand beer di meja samping aku berbaring, sesekali ku seruput.

Sedari tadi ku pikirkan jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Verro yang makin membelit-belit. Di tempat seperti inilah biasanya ku dapatkan sebuah ide atau gagasan. Namun, sudah lebih dari satu jam aku di sini, tak ku temukan jawabannya. Aku kurang konsentrasi? Memang. Ragaku melayang melihat bagaimana William dicemoohin oleh banyak orang. Di youtube, video nya menjadi trending topic dari pukul enam pagi tadi hingga sekarang. Kira-kira sudah dua jam video itu menjadi online trending.

"Bukan kebetulan kan kita bertemu di sini?" Mendengar suara itu, secara refleks ku buka kacamata hitamku dan melihat ke samping kanan. Verro, sialnya kenapa bisa bertemu di sini, aku sedang ingin menikmati semua ini sendiri.

"Lu ngebuntutin gue." Aku kembali berbaring dan kembali memasangkan kacamata hitam ini.

"No, no. Ini caffee favorite aku kalau lagi bete. So, ya, sepertinya kita memang kebetulan bertemu di sini." Katanya sembari membuka bajunya dan ikut berbaring ke sebelahku.

"Jujur aja ya, gue ngerasa gak nyaman ada lu di sini. Karena, gue emang lagi pengen sendiri. Bukannya gue gak sopan." Ucapku secara frontal, tanpa lama lagi berbasa-basi.

"Well, aku bakal to the point juga, i wanna hear your answer, Al?"

Tidak jauh dari perkiraanku. "Gue belum temuin jawabannya, oke?" Kataku dengan nada sedikit jengkel.

"Improv? Can't you?"

Ku hembusankan nafas kejengkelanku. "Apa pertanyaannya?"

"Apa perasaan dan cinta sama? Apa cinta hanya saling mengerti?" Ucapnya cepat menimpa pertanyaanku tadi.

"Well, tentu beda antara cinta dan perasaan. Namun, kedua itu ada keterkaitannya. Cinta membangun sebuah perasaan, entah itu senang, sedih ataupun bahagia. Perasaan adalah perwujudan dari sebuah cinta." Kataku.

Sunyi seketika di antara kami. Sunyi itu terpecahkan oleh jawabanku selanjutnya. "Tentu cinta tidak saling mengerti, tapi memahami, saling percaya akan sesama. Dan cinta adalah sebuah kata yang terindah di dunia, yang mampu membawamu terbang menembus batas."

Sunyi menyergap kami lagi.

"Apa pendapatmu tentang sebuah cinta terlarang, Al? Apa cinta di antara sesama se-kelamin juga cinta dan perasaan? Cinta yang sebagaimana orang pikirkan? Lalu bagaimana tentang orang-orang yang abnormal sepertiku, apa mereka bahagia mencintai orang sesamanya? Apa kau kira orang-orang akan diam saja melihat mereka yang abnormal? Tidak." Aku membuka telingaku dengan lebar. Menyiapkan satu per satu kata yang ia keluarkan.

"Mereka memberi tatapan benci, kalimat pedas yang tak berprikemanusiaan. Mereka hanya bisa mencemooh, tidak bisa merasakan apa yang kami rasakan. Mereka hanya bisa mengatai dibalik dirinya. Mereka merasa mereka yang paling sempurna, mereka merasa mereka yang paling di sayang Tuhan." Ia beranjak menjadi duduk, aku ikut beranjak. Ku lihat air mata mengalir dari kedua matanya secara perlahan, membasahi pipi tirusnya.

"Apa Tuhan itu adil, Al? Apa dia selalu adil pada umatnya? Apa kau pernah merasakan bahwa Tuhan tidak ada di sampingmu? Apa kau pernah merasakan Tuhan tidak adil padamu?" Ia menatapku, memperlihatkan rasa sedih dan kecewanya.

Observation LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang