11 "In Action -Part.1"

6.9K 372 15
                                    

Dipikir-pikir dan dirasa, diraba bibirku, aku ingin merasakannya lagi. Dingin, aneh, namun nikmat. Tidak bisa ku bedakan bagimana rasa berciuman antara dengan seorang lelaki dan dengan perempuan. Hampir sama. Hanya saja, bibir tipis Rio pembedanya, dan gigitan halus penikmatnya.

Mungkin sudah berpuluh-puluh menit aku memandang diriku sendiri lewat cermin di kamar mandi. Hanya melihat wajahku, itu saja. Sempat berargumen dengan diri sendiri, seperti : "You're handsome. Why you kiss another handsome boy?" Itulah kata hatiku. Kemudian ku jawab dengan lantang "I can't reject that kiss. And, honesty, i want that kiss."

Mungkin, kalian menganggapku gila. Namun, ya, sesuai presentasiku dari tugas observasi bahwa penyakit LGBT menular itu ternyata benar. Tidak! Mungkin aku bukan gay, lebih tepatnya bisex. Soalnya kemarin malam aku sempat 'menonton' dan aku tetap bereaksi melihat wanita-wanita seksi. Ah, tidak! Justru bisex yang lebih abnormal dari gay & lesbi. Tidak tahu harus apalagi, yang pasti akan kujalani dulu semua ini.

Hari ini adalah hari besar. Ya, rencana pembalasan dendam. Aku sungguh berharap William bersiap. Berharap dia siap menghadapi pembalasan aku dari ide Verro yang sungguh brilian. Pembalasan dendam ini akan dimulai pukul empat sore nanti tepatnya seusai jam kuliah akhir. Aku, dibantu Verro dan beberapa orang lainnya akan menghancurkan William di wajah publik, sama seperti yang dilakukannya padaku.

Memang membalas dendam itu hal yang tidak baik -maka jangan sesekali meniru prilaku burukku ini- tapi, aku hanya ingin dia merasakan apa yang aku rasakan. Aku ingin dia merasakan bagaimana rasanya diberi tatatapan penuh cemoohan dan rasanya ditinggalkan orang tersayang. Aku ingin dia merasakan itu semua. You know what? Karma, yeah. Karma memang datang dengan sendirinya, namun aku tak bisa menunggu datangnya karma itu. Maka, ku percepat karma dengan membuatnya sendiri. Jadi, pembalasan dendam atau karma? Keduanya.

Kini, posisiku berada di dalam mobil, namun tak memakai mobilku, memakai mobil milik Ayahku. Di dekat daerah kampus, ku mulai memperhatikan di dalam mobil. Memperhatikan mahasiswa dan siswi berjalan kesana kemari. Kesibukan di pagi hari, seperti biasa. Aku tidak bisa masuk ke area kampus, karena aku sedang dalam masa hukuman yang baru akan berakhir bulan depan.

Menunggu memang hal yang tidak mengasyikan. Daripada membuang waktuku, lebih baik bermain game di handphone. Setelah bosan, menonton di televisi mini di dalam mobil. Yang pasti melakukan kegiatan apapun agar aku tak tertidur.

Hingga tiba pukul empat. Di depan gerbang, ku lihat seorang perempuan berambut panjang. Disamping wanita itu, dialah William. Dengan santainya ia memegang tangan wanita itu, bercanda-tawa, dan sesekali dipegang dielus pipi wanita itu oleh William. Maka, di saat itulah aku mulai beraksi memotret mereka dari dalam mobil, hingga mereka berjalan menuju tempat parkir, masuk ke dalam mobil William.

Mobil yang dikendarai William mulai melaju, dan aku mengikuti mobilnya menggunakan mobil ayahku. Ku kenakan kacamata dan kumis palsu agar penyamaranku sempurna dan agar aku tak ketauan oleh William.

Mereka berhenti di caffe kawasan elit nan megah. Kali ini, aku tidak bersembunyi di dalam mobil. Aku ikut masuk ke dalam area caffe dengan penyamaranku. Sengaja ku pilih tempat duduk dengan angle yang pas untuk memotret kemesraan William dengan wanita itu. Dengan bantuan handphone kameranya bisa diputar 180 derajat, memudahkanku mengambil photo William yang dengan santai seolah tak memiliki pacar mencium wanita itu.

Jam tujuh malam, mereka mulai meninggalkan caffe. Ku pijit ikon kontak telepon dilayar handphone, dan mencari kontak bernama Verro untuk ku telpon.

"Halo?" Sapa Verro di sana.

"Mereka sudah meninggalkan caffe." Kataku tanpa basa-basi.

"Oke. Semuanya sudah diatur sesuai rencana." Verro dengan nada penuh kepastian.

"Good. Gue bakal ada di sana setangah jam setelah mereka."

Tiga puluh menit aku diam di caffe. Setelahnya, aku mulai menyetir menuju Apollo Club. Kali ini mengubah penyamaranku, menjadi seorang male maid di Apollo. Ku ganti pakaian ku menjadi pakaian seorang pelayan di dalam mobil setelah sampai di area Apollo nightclub, menggunakan kacamata minus dan kumis tipis. Setelah siap, aku keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam nightclub lewat jalur belakang.

Masuk ke area dance floor, ku lihat di bar yang dilayani oleh Frans, William dan wanita tadi sedang minum-minum. Ku keluarkan kembali handphone dan mengambil gambar William sedang meminum alkohol, dan sesekali ia menyosor ke bibir wanita itu.

Minuman yang diminumnya mulai membuatnya hilang kendali. Ku lihat William turun dari kursinya membawa botol liquor berteriak-teriak histeris dan berjoget aneh seperti orang-orang mabuk lainnya. Bahkan ia sempat membuka bajunya dan naik ke atas panggung berteriak-teriak, berjoget, melompat-lompat, dan sesekali meminum whiskey dalam botol yang dipegangnya.

"Huuu!!! WOAHHH!!!" Teriak William. Setelah teriakan itu berakhir, kulihat tubuhnya tergeletak di dance floor.

Dengan bantuan Frans dan pelayan lelaki lainnya mengangkat tubuh William ke sebuah ruangan yang telah disiapkan oleh Verro. Sebuah ruangan dengan kasur besar dan tiang untuk pool dance.

Setelah kami baringkan tubuh William di atas kasur, aku dan yang lainnya segera pergi keluar dari ruangan itu.

Di ruangan lain, aku dan Verro juga Frans menunggu untuk menyaksikan rencana yang sebenarnya.

Seorang perempuan memakai dress merah panjang masuk ke ruangan itu. Ku lihat wanita memakai gaun merah panjang itu membangungkan William dengan lembutnya, alhasil William terbangun dengan senyum menjijikan. William sempat menyosor namun wanita itu menggeser dan membiarkan William masih dalam keadaan berbaring.

Secara perlahan dan dengan anggunnya, wanita itu membuka gaun merah panjangnya yang yakin membuat William bereaksi. Kini, wanita itu hanya memakai pakaian dalam saja, beraksi di tiang pool dance di depan William yang tersenyum-senyum aneh yang masih berbaring.

Wanita tersebut berhasil membuatnya tergoda, sehingga dengan cepatnya William melepas celananya, menyisakan celana dalam. Ia ikut berdansa di tiang bersama wanita itu. Sesekali ia menyentuh tubuh wanita itu, dan menciumi tubuh wanita itu. Setelah lumayan lama berdansa dengan penuh gairah dan keromantisan. Terjadilah hal itu.

Observation LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang