"Sejak gue balikan sama Doni." jawab Salsa santai.

"Gue serius nyet."

"Yaelah, masih bagus gue ngerjain dan lo tinggal nyontek, Ta. Itu gue acak rumusnya, eh dapet hasilnya. Yaudah, simple kan?." jelas Salsa santai.

"Dongooo!." pekik Nita.

"Anjirrrrr, masih bagus gue contekin malah dikatain dongo. Makasih, Ta."

"Hahaha gak gitu yaelah, tapi gue jadi ragu sama lo, Sal. Sebenernya lo pinter apa engga sih?". Tanya Nita dengan tatapan serius.

"Ta, gue kalo pinter gak mau sombong kaya si Ica, dia mah pamer. Udah gitu caper banget ke semua guru. Gue tuh gamau kaya gitu."

"Najis, belagu lo! Lagian nih ya, Sal. Lo pelajaran Fisika dongo, matematika bloon. Tapi, kalo Kimia kenapa otak lo lancar? Itu yang bikin gue ragu sama lo, Sal." jelas Nita yang membuat Salsa kesal.

"Kamfret, terus kenapa lo masih nyontek ke gue kalo lo ragu??." jawab Salsa dengan penuh emosi.

"Ya, karena gue butuh lah." jawab Nita santai, dan mengambil buku Fisika Salsa untuk disalin ke bukunya.

*

Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua siswa berhamburan pergi ke kantin untuk memenuhi panggilan yang ada didalam perut para Murid. Kali ini, Nita dan Salsa menghabiskan waktu istirahatnya di kelas. Mereka berdua malas pergi ke kantin dengan alasan ada Ica sama temen-temennya di kantin.

Ica adalah Murid yang paling dibenci oleh Salsa dan Nita. Sebagian kelas lain juga ada yang membenci Ica. Kenapa? Karena tingkahnya yang terkesan pamer soal pelajaran. Bisa diakui Salsa dan Nita, bahwa Ica memang pintar dalam soal Eksak. Namun, apa itu hal yang harus banget untuk dipamerkan?.

Ada hal lain yang membuat Salsa dan Nita membenci Ica. Tingkahnya yang seperti lemah gemulay tapi, tidak terlihat lemah gemulay sama sekali. Justru bagi Nita, tingkah itu sangat amat menjijikan. Ditambah, jika Ica terlihat memegang makanan atau apapun bisa dilihat jari jemarinya yang begitu lentik dan terlihat sok cantik. Itu benar-benar menjijikan bagi Nita.

"Salsa." sapa seseorang dari balik pintu kelas Salsa.

"Hahaha fans lo, Sal." ucap Nita yang sangat paham jika ada Rian yang setia menunggu Salsa di depan Pintu.

"Apa?." Tanya Salsa yang menghampiri Rian.

"Nih buat lo." Rian menyodorkan setangakai bunga mawar merah.

"Lo nembak gue?." tanya Salsa yang polos dan mengambil bunga itu dan digenggamnya.

Pertanyaan Salsa, membuat Rian mati kutu. Rian memang menyukai Salsa saat pertemuan pertamanya waktu MOS dulu. Meski sulit mendapatkan Salsa, Rian tak pernah lelah sedikit pun untuk mengejar Salsa.

Skak mat. Rian tak bisa berkutik saat itu. Mengingat apa yang di pertanyaan Salsa terhadapnya.

"E...eng..engga ko Sal, cuma ngasih ko bunga aja." jelas Rian sanmbil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Ohh.. Kirain lo nembak gue. Soalnya gue lagi males ngomongin cinta." jelas Salsa.

Perfect Partner [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang