00. Little Girl With Red Balloon

Mulai dari awal
                                    


Karena melihat kami berdua yang melamun, ibu berbaik hati untuk mengeluarkan jatah snack selama perjalanan satu malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karena melihat kami berdua yang melamun, ibu berbaik hati untuk mengeluarkan jatah snack selama perjalanan satu malam itu. Sebenarnya jika kami mau, kami bisa berjalan karena tempat tinggal paman Rowan hanya satu jam lagi jika ditempuh dengan mobil. Tentu saja ibu menolak, karena dia bilang dia tidak bisa membiarkan anak seumuranku untuk berjalan sejauh itu. Sean setuju. Kami memakan sandwich tuna sambil membicarakan sekolah yang aku masuki tahun depan.

— sampai aku melihat pemandangan yang aneh saat menoleh ke samping.


Aku baru menyadari bahwa ada bangku taman yang dipasang di samping jalan, tak jauh dari posisi kami. Dan bangku itu terisi. Seorang gadis kecil — aku tidak bisa melihat bagaimana wajahnya, mungkin seumuranku — sedang duduk termenung di sana. Gadis itu berpakaian aneh; topi tinggi motif papan catur dan gaun pendek berwarna biru plus merah yang tidak cocok dengan topi tingginya itu. Kulihat dia juga mengenakan sepatu tebal, dengan stoking panjang yang menutupi lututnya. Dia seperti anak-anak dalam cerita dongeng yang kubaca, dan itu cukup menarik perhatianku untuk terus memandanginya.


Dan yang paling mencolok dari dirinya adalah balon merah yang digenggamnya erat-erat. Bukan merah seluruhnya sebenarnya, balon itu hanya berwarna merah di satu bagian, dan bercak-bercak merah di bagian yang lain. Seperti sekaleng cat yang tidak sengaja terciprat di balon itu.

Mungkin sudah cukup lama aku mengamati pemandangan aneh seperti itu. Cukup lama ..., sampai-sampai aku mulai melihat sesuatu yang kelewat tak biasa.


Kau tahu, mereka bilang anak kecil bisa melihat bermacam-macam. Tapi tentu bukan hal seperti ini. Tidak yang ini.


Apa kalian pernah melihat bioskop? Kilasan-kilasan gambar yang bergerak cepat dan berkelibat dalam layar itu? Nah, tepat seperti itulah yang sedang kulihat.


Hanya saja, medianya adalah balon. Bukan layar lebar.


Entah ini ilusi atau apa — walaupun aku masih ragu apakah gadis itu termasuk bagian ilusiku — aku sepertinya melihat kilasan-kilasan dari balon itu. Semua bergerak dengan cepat; desa, sekolah tua, pohon besar, kolam, menara jam, dan makhluk-makhluk kecil yang bertebangan. Entahlah, mungkin kupu-kupu atau semacamnya.


Dan yang terakhir begitu menakutkan, yaitu kilasan mobil yang menabrak sesuatu, dan sesuatu itu mengeluarkan darah yang banyak sekali.


Itu menakutkan, sungguh. Gemetar, aku merapat pada Sean yang sedang mengunyah kudapannya sambil berdebat panas dengan ibu perihal pelajaran. Sean mengernyit heran. Aku terbata-bata menjelaskan dan ia buru-buru memutar lehernya. Mencari sesuatu yang salah.


"Berhenti membayangkan yang aneh-aneh. Kamu bukan bayi lagi," katanya tajam.


"Tidak bisakah kamu melihatnya?"


"Melihat apa, persisnya?"


Aku mengerjap.


Sesaat setelah aku mengembalikan pandangan — gadis itu sudah tidak ada.


Saat itu, aku percaya saja bahwa memang tidak ada apa-apa disana. Bahwa itu semua adalah imajinasi anak-anak; tak lebih dari isapan jempol yang cepat terlupa.


Siapa yang menebak gambaran yang tercermin di balon merah tersebut menentukan kehidupanku di masa depan?



-


dan yeah, here it is! kemungkinan besar chapter 1 akan dipublish besok, stay tuned♡

dan yeah, here it is! kemungkinan besar chapter 1 akan dipublish besok, stay tuned♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ps : betapa kangennya ane nulis cerita ini :((

Red BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang