6. WE'VE LOST HIM

27K 2.7K 74
                                    


"KAMI kehilangan dia."

Hari itu, Rabu pagi, Pamela dikejutkan dengan kehadiran Arco Soedirja. Ayah dari atasannya itu datang dengan air wajah campuran antara kesal, sesal, dan khawatir. Pamela yang tidak tahu-menahu, mendapat kalimat itu, hanya dapat balas menatap dengan kebingungan yang tersirat jelas di wajahnya.

Dia? Dia siapa?

"Saya benar-benar nggak mengerti dengan isi kepala anak itu," Arco melanjutkan melampiaskan isi hatinya, sembari melangkah menuju ruang kerja Kynara Soedirja.

Sontak, Pamela pun bangkit dari kursinya, lalu melangkah mengekori pria itu. Dilihatnya Arco telah lebih dulu duduk di sofa tunggal. Dengan sopan, Pamela menunggu sampai pria itu mempersilakannya duduk.

"Kami masih berusaha mencarinya, La. Kalau ada kabar, saya pastikan kamu juga mendapatkannya. Berdoa saja Sabtu nanti dia sudah kembali ke sini. Saya nggak tau apa jadinya acara Sabtu malam itu kalau sampai dia nggak kunjung pulang."

Sabtu malam? Otak Pamela lantas berputar dengan cepat kala mendengar informasi itu. Ada dua kemungkinan yang hadir tentang si dia yang menghilang itu. Atasannya dan calon atasannya. Tetapi, Pamela cepat-cepat menghapus kemungkinan pertama ketika teringat kemarin pagi Kyn berpamitan untuk pergi berbulan madu. Ah, jadi si dia ini—

"Apa ada sesuatu yang dia katakan Senin lalu seusai rapat?"

Pamela terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali percakapannya dengan Alpha Ledwin. Mereka tidak membicarakan apa-apa selain Alpha yang bersedia tetap mempekerjakannya sebagai sekretaris laki-laki itu, lalu tiba-tiba adiknya datang. Dan setelah itu, tidak ada pembicaraan yang berarti, selain Aura yang tanpa henti menggoda mereka berdua. Tidak peduli Alpha berulang kali menyangkal, juga menegaskan bahwa Pamela tidak lebih dari calon sekretarisnya.

Baru saja Pamela ingin menggelengkan kepala, dia teringat dengan ucapan Alpha di depan Bittersweet. Laki-laki itu menatapnya lurus dan dalam, namun entah bagaimana dia bisa merasakan laki-laki itu tidak sepenuhnya ada di hadapannya. "Jangan lupa notula hasil rapat tadi. Letakkan di ruangan saya, dan kirim ke e-mail saya."

Belum sempat Pamela buka suara, Alpha sudah lebih dulu meraih ponsel yang ada di genggamannya, lalu mengetikkan sesuatu di sana. Belakangan, barulah Pamela tahu Alpha menyimpan nomor ponsel beserta alamat e-mail-nya di kontak ponselnya.

"Astaga..." Arco mengerang putus asa. Dihempaskannya punggung ke sandaran sofa, lantas memijit pelipisnya dengan mata terpejam rapat. "Alpha benar-benar sudah merencanakan semua ini."

Hari itu, akhirnya mereka sepakat untuk menunggu kabar dari orang-orang yang ditugaskan Arco untuk mencari keberadaan Alpha. Namun, hingga Sabtu malam tiba, tidak terdengar satu pun kabar. Di luar dugaan, Alpha pun tak kunjung menyerah. Laki-laki itu tetap bertahan di tempat persembunyiannya.

...

...

...

Tanpa mengetahui, keluarga Soedirja menanggung malu atas kepergiannya.


***


BANDAR Udara Internasional Ngurah Rai Bali, Indonesia.

Pamela Sharleen ada di sana. Di tengah puluhan manusia dengan ekspresi berbeda-beda. Dengan mata setengah terpejam, gadis itu mencoba tetap berdiri tegak di depan pintu terminal kedatangan domestik.

Sejujurnya, dia ingin sekali menolak ketika Arco meminta—menugaskannya, untuk berangkat ke Bali dengan penerbangan pertama hari ini. Bagaimanapun, semalam dia sudah melewati malam yang panjang. Tetapi, siapalah dirinya yang mampu menolak keputusan seseorang yang memiliki kekuasaan? Maka, pagi tadi, di tengah tidur nyenyaknya Arco Soedirja meneleponnya, setelah itu Pamela buru-buru pergi mandi, lalu berkemas seadanya—sembari menunggu sopir keluarga Soedirja menjemputnya.

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang