INTRO: ALPHA

88.5K 4.1K 59
                                    


ALPHA menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Laki-laki itu mendesah, melampiaskan rasa frustrasinya. Sungguh, dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana mungkin dia bisa bertahan hidup jika tangan kanannya tak dapat digunakan seperti ini? Yah, ini memang salahnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang memintanya menonjok dinding di ruang kerjanya, sampai-sampai membuat buku-buku jari tangan kanannya membengkak hingga mengucurkan darah segar.

"Itu kenapa?"

Olivia Ledwin—ibunya, masuk ke ruang makan dengan dahi mengerut. Bingung mendapati putra tunggalnya bersandar layaknya orang putus asa, terlebih dengan perban yang melilit punggung dan telapak tangan kanan laki-laki itu.

"Insiden kecil," jawab Alpha malas, sembari melirik ke arah yang sama dengan arah pandang sang ibu.

Kembali, Alpha mencoba menyuapkan sesendok nasi beserta potongan kecil daging lada hitam ke mulutnya. Seandainya saja tangan kanannya normal seperti biasa, dia pasti sudah menghabiskan makanan ini lebih dari lima menit yang lalu. Dengan tangan kiri, tentunya dia memerlukan waktu sedikit lebih lama.

"Sini, Mama bantu." Tanpa menunggu persetujuan, Olivia langsung menarik piring milik putranya. "Cuma ada kamu dan Mama di sini. Lagian, waktu kecil juga Mas nggak mau makan kalau nggak Mama suapin," tambah wanita itu, saat mendapati air wajah Alpha menunjukkan ketidaksetujuan.

"Usiaku sudah lebih dari 26, Ma," Alpha masih bersikeras, tetapi tak mampu lagi menolak saat ibunya mengarahkan sendok dengan mata melotot. Laki-laki itu mendesah di antara kunyahannya.

"26? Tapi kelakuan kamu seperti bocah. Nggak ada itu laki-laki dewasa yang melukai dirinya sendiri."

Tidak ada jawaban selama beberapa detik. Alpha memutuskan untuk mengunyah sembari memikirkan kata apa yang pantas diucapkan pada sang ibu. Agar Olivia mengerti bahwa tindakannya ini bukan tanpa alasan. Dia kecewa. Sangat.

"Mbak Kyn mau menikah bulan depan," akhirnya, setelah berkutat dengan pikirannya sendiri, Alpha memutuskan untuk langsung ke inti masalah.

"Mas tau dari mana?"

"Langsung dari yang bersangkutan."

Olivia diam sejenak. Mencoba mencerna maksud di balik informasi yang disampaikan putranya. Selagi tangannya memotong kecil daging lada hitam, wanita itu berkata, "Menikahnya dengan Zach, kan?"

"Ya mau sama siapa lagi, Ma?"

"Nah, lalu kenapa Mas seperti ini? Bukannya dari kemarin kamu, kan, yang heboh banget jodohin Mbak Kyn-mu itu dengan sahabatmu."

Alpha menerima suapan, mengunyah sebentar, kemudian menjawab, "Iya, karena aku tau Zach pantas jadi teman hidupnya Mbak Kyn. Dia mapan, baik, nggak kayak laki-laki kebanyakan."

"Dan intinya...?"

Laki-laki itu mendesah. Ingatan membawanya ke masa beberapa tahun silam. Ketika dia harus pergi jauh, meninggalkan rumah. Bukan untuk keinginannya, tapi untuk memenuhi keinginan orang lain. Harapan orang lain.

"Eyang," lirihnya.

...

...

...

Mendengar itu, Olivia sukses membeku. Satu kata itu saja mampu membuat atmosfer di ruangan itu berubah. Selanjutnya, tak ada lagi kata-kata. Keduanya terdiam, dengan pikiran masing-masing.

[].



Hai..., saya bawa cerita baru, nih. Semoga suka, ya. Dan semoga Alpha Ledwin selaris Papa-Mamanya. Aamiin. ^^

~ J



P.S. Itu yang di multimedia; Alpha, lho. ;)



TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang