Pada akhirnya kamu mengetahui perasaanku
Pada akhirnya kamu yang mendorongku hingga sejauh ini
Pada akhirnya di langit kelabu yang berhiaskan titik hujan dan membasahi bumi
Perasaanku tersampaikan kepadamu
Pada akhirnya aku tersadar ini adalah awal yang sulit untuk kita
Ah bukan kita, tetapi lebih kepada diriku sendiri
Berharap untuk tidak jatuh lebih dalam
Tetapi di pihak lain berharap untuk membuatmu ikut jatuh bersamaku
Jatuh pada yang dikatakan orang sebagai sarang cinta
Sarang yang dibangun dengan kokoh
Sarang yang membuatmu nyaman dan kuat
(mulmed: Hilary Duff - Now You Know)
___________________________________________________________________________
Semilir angin memainkan rambutku kesana-kemari. Beberapa kali aku harus merapikan bagian poni dan menyisirnya dengan jari ke belakang telinga. Cukup susah digerakkan karena terasa jariku bergetar dengan sendirinya.
"Thanks for this."
Rasanya sudah cukup lama kami terkungkung dalam keheningan ketika akhirnya dia mengeluarkan suara. Sejak tadi aku hanya mengamatinya. Takut-takut akan reaksinya terhadap masakanku sehingga aku hanya bisa diam.
Bagaimana tidak? Rasanya sedikit asin. Itu membuatku makan dengan perlahan-lahan sambil sesekali meneguk air putih. Dan anehnya dia tidak berkomentar apapun mengenai bekal itu, malah hanya mengucapkan terima kasih.
Christ mengulurkan kotak biru itu kepadaku sambil nyaris bergumam, seakan mau berbicara pada dirinya sendiri, "Jarimu..."
Jariku gemetar. Detak jantungku lebih cepat ketika dia mendekat dan memperhatikan jariku. Celaka, rasanya mau mimisan diperhatikan sedekat ini oleh orang yang kau sukai. Sungguh.
"A... apa?" tanyaku setengah terbata-bata.
Dia memundurkan badannya, kemudian menggeleng. "Aku mau pergi."
Dengan cepat, dia berdiri dan berjalan menuju pintu. Dia menoleh sambil menatapku dengan malas. "Jangan mengikutiku. Teruskan saja makanmu."
Aku seperti orang yang terhipnotis sampai dia menghilang dari pandangan. Arrgh, bodoh. Buku notes itu lupa kuberikan!
***
Lima menit lagi waktunya pulang. Pikiranku sulit diajak kompromi untuk menyerap mata pelajaran terakhir. Sementara Pak Anton masih asyik membicarakan beberapa zat kimia dan hubungannya dalam kehidupan. C'moon, aku tidak ada niat sama sekali mau kerja di dunia medis atau sejenis itulah. Aku yakin akan terlambat pulang karena cerocosnya. Percaya deh.
Lihat saja sampai bel pulang berbunyi, beliau masih asyik bersenandung di depan. Bahkan beberapa menit kemudian, tidak ada tanda-tanda beliau akan menyudahi konsernya. Sepertinya aku bisa gagal menemui Christ.
"Sebenarnya saya mau tahan kalian lima menit lagi tapi saya nggak tegaan orangnya. Jadi saya kasih kalian tugas saja ya. Bla... bla..."
Akhirnya penderitaan di kelas berakhir walaupun ada kelanjutannya nanti di rumah. Tapi bodo amat, aku ingin secepatnya keluar dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Dating Only For 5 Months!
Teen FictionChristian Budiman. Cowok yang mengisi masa SMA-ku dengan indahnya. Sejak pertama kali pertemuan kami yang seperti takdir --- atau mungkin seperti prolog cerita romantis pada umumnya --- terlepas dari panah cupid, aku tak bisa melepaskan pandangan da...