Chapter 16 : Sepertinya Aku Sulit Melepasmu Sekarang

47 4 0
                                    

Aku yakin dia bingung. Dalam pikirannya pasti bertanya-tanya mengapa aku membawanya kemari. Tanpa sepatah kata yang keluar dari bibirku sejak tadi. Badannya bergerak gelisah, merapikan rambut dan memainkan tangannya.

"Apa yang mau kamu katakan? Sedikit lagi udah mau mulai ujian."

Tatapanku mengarah pada rumah-rumah yang berada di bawah sana, tapi yang ada di pikiranku adalah merangkai kata-kata yang tepat untuknya.

"Sepertinya kita perlu tempat ini untuk melarikan diri dari kebisingan tadi, sebelum menghadapi ujian yang ruwet."

Dia meminta maaf terus, membuat telingaku terasa gatal.

"Apa kamu nggak berpikir untuk marah pada si pembuat gosip itu?"

Dia seperti hilang orientasi. Pandangannya jatuh ke bawah, matanya mengarah ke kiri dan kanan. Sambil menghela napas, dia berujar dengan pelan. "Aku marah, aku akui itu. Tapi yang paling aku pikirkan sekarang adalah responmu. Aku menggantikan tugas piket kebersihannya Vinno karena minjem catatan pramukanya buat menulis catatan untukmu. Aku nggak selingkuh, tapi soal ini saja aku digosipkan. Padahal kamu nggak suka ada gosip tentang itu. Aku benar-benar minta maaf."

Pada akhirnya aku kasihan dan memberitahunya apa yang ada di pikiranku.

"Kalau kamu mau tahu responku, jujur saja aku sangat kesal. Hidupku terasa jungkir-balik akhir-akhir ini. Tapi dalam kasus ini, mereka yang menyebarkan urusan orang, merekalah yang harus bertanggungjawab."

Senyumnya perlahan muncul, malah terlihat seperti menahan tawa. "Aku pikir kamu mau marahin aku. Ternyata kamu mau menyelamatkan aku ya dari kerumunan mereka tadi."

Aku tertawa, benar-benar cewek knalpot ini. "Percuma aku menolongmu. Tingkat kege-eranmu makin meningkat."

"Selasa dan Jumat aku mau gantiin piketnya Vinno. Piketku hari Rabu dan Sabtu. Jadi aku bisa pulang bareng denganmu di hari Senin dan Kamis."

Aku tahu, dia sering mengoceh soal itu. Sambil mengangkat tangan, aku berbalik dan pamit pergi.

Masih di hari yang sama, ada ekskul terakhir Pramuka. Vinno memberikan pemberitahuan tentang kemping yang akan diadakan pada hari libur di awal Januari. Flo yang menjadi salah satu panitia berbincang dengan Vinno dan beberapa teman kelasku di pojok depan. Perhatianku teralih pada suara-suara di belakangku. Febrian dan Diana membicarakan Flo dengan setengah suara.

"Masa sih si Flo selingkuh? Dia kan juga pinjam catatan ekskul kita, bukan hanya Vinno. Malah kita dapat traktiran gratis."

"Iya. Lihat tuh, dianya cuek, nggak terlihat mesra dengan Vinno."

"Kecilin suaramu, Na. Nggak enak sama Christian tuh."

Aku masih mengetik di notebook, tidak melakukan gerakan yang berarti. Tapi kini aku tahu, kata-kata Flo memang benar. Aku memang percaya begitu saja dengan apa yang dikatakannya tadi. Tapi kenapa dengan mudah aku dapat mempercayainya? Entahlah.

***

Ujian yang kedua-duanya bersifat teori, membuat Selasa menjadi hari yang membosankan. Dan bukan hanya itu, kesialan menimpa Gerry seakan tiada henti.

"Jadi sudah berapa lama kita disini?" celetukku, menggelengkan kepala menatap sosok dihadapanku yang berkelebat kesana kemari. Sangat rapuh.

"Aku susah menjelaskannya. Rasanya benar-benar sakit disini." Dia menunjuk-nunjuk bagian tengah dadanya dengan gusar, kemudian kembali melempar bola basket kedalam ring. Kali ini masuk. Dia menghela napas lega.

"Cerita saja supaya hatimu juga ikut plong kayak bola yang sudah lewati lubang itu." Cepat atau lambat dia akan menceritakan masalahnya.

Dia mengambil tempat disebelah, menyambar minuman kaleng dingin yang baru kuambil dari mesin penjual otomatis dekat lapangan kompleks perumahan ini.

Yes, Dating Only For 5 Months!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang