• 05 •

1.2K 161 53
                                    

Hari Louis tidak seburuk biasanya, dan yang membuat harinya indah adalah dia tidak mendapati manusia yang selalu menistakannya, sudah seharian Tara tidak menampakkan dirinya baik dihadapan Louis maupun dilayar ponsel Louis. Biasanya jika Louis sudah pulang, ia biasa mendapati Tara berkeliaran di apartemennya dan kali ini tidak.

Louis yang tadinya ingin berjalan ke dapur kembali mundur setelah melihat seorang pria yang sedang duduk di sofa menghadap ke TV. Louis melipat lengannya di punggung sofa sembari melihat temannya yang sedang shirtless. "Kemana Zayn?"

"Katanya dia lapar," jawabnya tanpa menoleh. Setelah mendengar jawaban dari Harry, Louis ikut duduk disampingnya.

"Harry," panggil Louis membuat Harry yang tadi menatap lurus ke depan sekarang menoleh ke samping. Harry mengeritkan keningnya melihat Louis yang memandangi tubuhnya, dan membuat Harry bingung kenapa Louis melihat sekitarnya tampak berjaga-jaga. "Kau tahu 'kan kalau kita hanya berdua sekarang?"

Secara tiba-tiba Harry menyilangkan kedua tangan di depan dadanya dan menggeleng cepat. "Aku belum siap!"

Louis langsung melempari Harry dengan menggunakan bantal sofa. "Kenapa selama aku menyandang gelar single, kalian selalu berpikir yang aneh-aneh tentang aku!"

Harry mendengus sebal, "Lagipula, kau sendiri yang membuat orang curiga. Kenapa kau menatap tubuhku, seolah-olah kau bernafsu melihatku."

Louis mendecakkan lidahnya dan kembali memukul kepala Harry. "Kau lihat aku sedang shirtless dan kau juga shirtless. Lebih baik kau pakai baju sekarang, aku takut Tara tiba-tiba datang dan berpikir macam-macam. Aku tidak mau menjadi bulan-bulanannya."

Harry hanya tertawa mendengar perintah Louis. "Untuk apa kau memikirkan perkataan dari mulut berbisa itu jika kau memang mengaku straight?"

Louis mengangguk membenarkan perkataan Harry, namun tidak lama kemudian ia kembali menggeleng. Harry bisa berkata seperti itu karena dia tidak pernah diejek Tara, mengingat selama ini Harry selalu meneraktir Tara. Sedangkan Louis? Mungkin Tara akan demam jika sehari saja tidak mengejek Louis, kalaupun mereka tidak sempat bertemu, Tara menyempatkan untuk mengejek Louis melalui obrolan di media sosial. "Harry, bagaimana jika Tara-"

"Sudahlah, kau tidak perlu memikirkan perkataannya. Lagipula kalaupun dia berpikir kau gay, setidaknya seleramu tidak buruk."

"Maksudmu aku menyukaimu?" tanya Louis selagi ia mengarahkan telunjuknya secara bergantian ke Harry dan ke dadanya sendiri.

"Aku tidak mengatakan itu."

"Tapi yang tadi?" Harry hanya tersenyum miring seraya menggeleng tidak menanggapi perkataan Louis.

"Louis, lebih baik kau makan. Mungkin kau lapar sampai berpikir yang tidak tidak. Aku sudah membuatkan makanan untukmu," ujar Harry.

Louis tersenyum lalu mengusap pipi Harry pelan. "Kau benar-benar istri idaman, lama-lama aku akan menikahimu."

"Aku jadi istrimu?" tanya Harry tertawa terpingkal-pingkal, Harry memegangi perutnya karena tidak bisa menahan tawanya sedangkan Louis menatapnya aneh karena merasa apa yang lucu dari perkataannya, ia hanya merasa perkataannya barusan menggelikkan bukan lucu. "Ahk. Aku tidak mau jadi istrimu. Masa, aku sebagai istri yang harus menghidupi suamiku."

"Aku batal memakan masakanmu, kau sama saja dengan Tara," ucap Louis berpura-pura marah dengan bergeser menjahui Harry.

Sebenarnya Louis sedang menunggu Medyo yang akan datang ke Apartemen untuk mengajarinya. Louis kembali membuka whatsapp dari Medyo. Tanpa Louis sadari, ia terkekeh pelan setelah kembali membaca percakapannya dengan Medyo, semenjak Medyo mengatakan kalau Louis boleh bertanya apa saja melalui pesan, namun yang ada Louis bukan menanyakan tentang Nadine melainkan memberikan Medyo pertanyaan yang menjengkelkan. Louis menggunakan kesempatan itu untuk membuat Medyo kesal dengan pertanyaan menjengkelkan darinya, Louis menjadikan itu sebagai ajang balas dendam karena menganggap Medyo telah ikut campur akan hubungannya dengan Nadine.

Cocky & SassyWhere stories live. Discover now