Sesampainya di kantin Miley melirik-lirik menu di depannya. Kemudian memesan makanan kali ini dia memesan fetuccini and meatball. Aku sempat ingin memesan menu yang sama dengannya tapi NO! Belakangan ini aku makan junk food terus. Jadinya aku hanya memesan salad dengan potongan ayam fillet segar. Setelah itu kami duduk."Aku mengira anak design" ucap Miley sambil memasukan fetuccini ke dalam mulutnya."Anak design? Kenapa kamu berpikir begitu?" jawabku sambil mengerutkan dahi. "Menurutku saja. Dari gaya berpakaian mu sangat modis dan seperti kamu tahu model apa yang sedang hits" jawab Miley dengan jawaban subjektif. Aku pun tertawa mendengar jawaban Miley. "Perkiraan yang salah, aku suka sekali berbau literatur dan aku suka membaca banyak novel modern atau classic lagipula aku tidak minat kesana, sastra adalah jurusan impian ku". Di tengah perbincangan dengan Miley tiba-tiba seseorang melewati meja ku dan Miley. Aku pun sontak untuk melihat siapa yang barusan melewati meja kami. Ternyata cowok sekelas yang memperhatikanku tajam saat perkenalan diri tadi. Aku menyenggol lengan Miley. "Apa kamu kenal cowok yang barusan lewat tadi tidak?" Tanyaku. "Yang mana?, cowok yang lewat banyak" Miley menatapku dengan rolled eyes. "ummm..." Aku memutar kepalaku untuk melihat kemana cowok tadi berada dan ternyata dia di belakang kami. "okay tapi jangan langsung berbalik dia di belakang kita" jelasku kepada Miley dengan wajah cemas. Miley pun sontak melihat siapa yang aku tanyakan dan mencari. "Oh, He's Niall, Niall Horan". Hanya dengan lihat sekilas dan dia tahu siapa cowok itu.

"Ohh... Jadi itu namanya". Aku pun agak kaget mendengarnya tapi, aku tidak benar-benar memperlihatkan kepada Miley. "Iya, Ada apa?" tanya Miley."Nothing! Just to remember people in same class with me" jelasku sambil tersenyum tipis. "But aku pernah liat dia sewaktu pertama kali di kampus bersama seorang cewek. Apa dia pacarnya?" tanyaku ragu-ragu. "Nah i don't think so. Rumour he's player. Many girls crawl for him" bisik Miley. "Oh wow seriously" sahut ku menatap Miley dengan ekspresi jijik. Setelah mendengar perkataan Miley tentang Niall aku merasakan kegugupan. Membuatku mengingat. Aku sempat berbalik badan untuk melihat cowok tadi apakah masih berada di sana atau tidak. Sontak aku panik ternyata cowok itu memperhatikan kami berdua. Sudah berapa lama dia menatap kami berdua?. "Lo kenapa?" Tanya Miley bingung. "Cowok itu menatap tajam lagi". Miley tertawa kecil melihatku dengan wajah panik. "Relax apa lo mau berkenalan?" Goda Miley."Miley ini gak lucu sama sekali. Coba lo cek apa dia masih menatap?". Miley menengok perlahan untuk mengecek apakah laki-laki itu masih memerhatikanku atau tidak."Bahkan sudah pergi". Jadwal hari ini sedikit hanya menyisakan satu mata kuliah. Kelas berikutnya adalah pengantar ilmu kesustraan bahasa Inggris. Miley masih menjadi teman sebangku. Aku menyapu pandangan ruangan tidak sengaja mencari cowok itu. Tapi ternyata dia tidak ada. Mungkin dia mengambil kelas yang berbeda. Aku pun kembali tersadar dan berusaha untuk tidak memikirkan.

Niall's POV

Aku merasa sedang tidak bergairah hari ini. Aku menatap jam di ponsel terasa waktu berjalan lamban. Aku benar-benar tidak fokus untuk memperhatikan mata kuliah hari ini. Mood ku berantakan. Tidak ada seorangpun yang bisa menaikkan mood hari ini walapun aku punya Marie. Marie kekasihku. Aku menghela napas. Tidak yakin dengan apa yang aku pikirkan tentang Marie. Mengapa sikap lama ku berulang kembali sejak duduk di bangku sekolah menengah. Aku hanya memanfaatkan wanita cantik kalau aku memerlukan mereka. Terlebih Marie sangat kinky. Namun aku suka dengan sikap manjanya yang membuatku senang. Tidak juga dia sangat menjengkelkan dan tidak seru. Setelah mata kuliah ini aku bergegas ke kantin. Aku merasakan tangannya memelukku. Pipinya menekan pipiku dan Marie berapa di belakangku, memelukku rapat ke dadanya. Aku mencengkram pergelangannya dan menyingkirkan tangan itu dari tubuhku. Marie melepaskan genggamannya dan menghadapnya. "Hi baby, kamu kok gak ngajak aku kekantin sih? Aku sibuk mencari kamu" katanya. "Sorry" kataku, ketus. "what's wrong babe?" katanya dengan nada menenangkan, lalu meraih pipiku lagi. Aku menggeleng "Tidak apa-apa tenang saja, aku hanya sedang tidak mood". Marie melirik, lalu beralih menyenderkan kepala pada lenganku. "Malam ini akan dirumah ku atau dirumah mu? Aku ingin menunjukkan sesuatu yang spesial jika kamu mengundangku ke rumah mu. Aku benar-benar sangat ingin—" Marie mendekatkan wajahnya sambil berbisik menggoda. Aku mencoba menghindar dan melanjutkan kegiatan makanku. Marie masih berusaha untuk mencium pipiku dan bergerak mendekatkan bibirku dengan bibirnya. Aku pun sontak berdiri dan membentaknya. "Marie stop! aku tidak ingin diganggu!" ucapku kesal. Marie pun terdiam melihatku karena mengatakan itu dengan nada yang cukup tinggi. Marie pun berdiri dan ingin meninggalkan ku dengan raut wajah kesal. "Marie i'm sorry aku gak bermaksud bentak kamu" Aku mengejarnya, menarik lengannya dan mencoba meminta maaf. "Aku tidak ingin melakukan apa-apa hari ini, okay" Aku memegang wajahnya yang jelita dengan kedua tanganku dan berusaha menjelaskan agar dia tidak kesal lagi. Marie yang sempat menatapku kesal tetapi, setelah itu mencair dalam waktu sekian detik. Dia pun tersenyum membentuk wajah puppyface. Aku mengecup bibirnya singkat. "it's okay baby, i get it but don't yell at me again" "Yes,princess". Marie pun pergi menghampiri sahabatnya untuk bergabung makan. Setelah aku sendiri lagi, aku merasa seperti sedang diperhatikan. Sudah kuduga. Mataku menjurus menatap tajam ke arah perempuan duduk di depanku. Mereka duduk memunggungi namun temannya yang satu sedang berbalik melirikku. Dia yang anak baru itu kan? Jensen, kurasa namanya. Tumben sekali aku ingat. Tapi ada yang aneh sejak perkenalan dirinya di kelas tadi. Terasa familiar bagiku. Seperti pernah mengenalnya dulu.

Is it right ???Where stories live. Discover now