3

12.4K 1.2K 219
                                    

Kesibukan langsung menyergap Langit sejak awal pekan. Peti hijau mint itu bahkan belum sempat ia buka sampai hari Rabu tiba. Diurutkannya amplop-amplop itu sesuai dengan nomor yang ditulis Biru. Ada beberapa nama yang tidak ia kenal seperti Yupiter atau Belantara.

Sore itu Langit menimang-nimang sebuah amplop cokelat tua dengan tulisan untuk Nalani Padmi, Omeku tersayang. Ya, surat kedua ditujukan pada Ome. Langit berjalan mencari Ome, perempuan setengah baya itu tidak ada di ruang tv atau kamarnya. Langit menemukan Ome di halaman belakang, duduk di kursi rotan yang bisa bergoyang. Kursi yang berada di samping kolam yang kemarin ikan-ikannya muntah kekenyangan.

Ome sedang membaca novel Di Etalase, secangkir teh menemaninya. Perempuan dengan daster biru tua itu menoleh ketika mendapati Langit berdiri tak jauh darinya. Ia tersenyum kecil memandang Langit dengan rambut basah dan wangi sabun.

"Ada apa Ngit?" tanya Ome.

"Kemarin di apartemen Bi, nemu setumpuk surat tulisan Bi. Dia pesan agar surat-surat yang dia tulis dikirimkan. Ini surat untuk Ome," Langit menjelaskan. Ome mengangguk dan menerima amplop itu.

"Terima kasih. Nanti Ome baca. Oya, udah mau magrib. Ayo masuk ke dalam," ujar Ome. Diselipkannya amplop itu ke novel yang sedari tadi ia baca. Langit mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu. Di belakangnya, Ome berusaha untuk tidak menampilkan wajah murung. Meski hatinya selalu pilu tiap mengingat Biru.

*

Malam itu, selepas makan malam berdua sebab Ode pulang malam, Ome memilih duduk di sofa ruang keluarga setelah Langit pamit untuk masuk ke kamar dan mengerjakan laporan klien-kliennya. Di sofa ruang keluarga, Ome keluarkan sepucuk surat dengan kertas kekuningan tanpa garis.

Tulisan acak-acakan terpampang. Ingatan akan betapa sulitnya membuat Biru mau dan bisa bertahan menulis menjejal otaknya. Sebuah tarikan napas terdengar disusul embusan yang berat. Secercah senyum Ome sunggingkan, sebab ia tahu bahwa tidak baik menangisi kepergian Biru. Anak itu pasti marah jika aku menangisinya. Lamat-lamat dibacanya surat itu.

Dear Ome tersayang,

Ome jangan tertawa ya kalau sudah menerima surat dari Biru. Ini memang bukan seperti Bi-nya Ome. Bi tahu Bi bukan jenis anak kecil yang romantis, yang mengirimkan sepucuk surat untuk ibunya tiap ibunya ulangtahun. Atau menyelipkan kartu ucapan di hari-hari tertentu. Tapi Ome, Bi ingin menulis surat untuk Ome. Walau Bi punya firasat, ini surat yang pertama dan terakhir. Sebab, Bi mimpi hidup Bi enggak akan lama lagi, Ome. Dan Bi takut, Ome. Bi takut Ome jadi sendirian. Tapi Bi ingat kalau ada Langit. Jadi Bi sekarang berani, Ome. Bi berani untuk mati. Mau mimpi mati atau tidak, Ome bilang semua manusia akan mati dan bertemu Tuhan, kan? Oh, Bi harap Tuhan senang kalau Bi datang, suatu hari.

Maaf ya Ome, cuma sekali aku tulis surat untuk Ome.

Ome. Apa Ome pernah menyesal punya anak Bi? Meski Ome bilang tidak, aku tahu Ome pasti pernah berpikir mengapa harus punya anak semerepotkanku, senakal aku. Maaf ya Ome. Maaf kalau Ome mungkin kecewa punya anak seperti Bi. Maaf Bi selalu buat Ome malu, pusing, kesal, marah. Maaf karena Bi, Ome keluar dari pekerjaan Maaf Ome. Mungkin dari lahir aku cuma anak yang membuat Ome sedih. Tapi sungguh Ome, Bi tidak pernah berniat membuat Ome sedih dan pusing. Tolong maafin semua yang Bi lakukan ya, Ome. Maaf juga kalau Bi nulis kata maaf banyak sekali sedang sekarang saat aku nulis bukan lebaran.

Ome, bolehkan Bi mengucapkan terima kasih ke Ome? Untuk membiarkan Bi tinggal di perut Ome sama Langit. Untuk bersedia melahirkan Bi ke dunia ini. Meski Bi enggak ngerti kenapa harus ada di dunia, tapi aku senang pernah ada di dunia ini. Terima kasih Ome, sudah menjadi Ibu yang baik sekali untukku dan Langit. Sudah berkorban banyak untuk Bi. Sudah menenangkan tiap ada yang mengejek, atau tiap Bu Lukita memarahiku. Ome tahu kan kalau Bi malas menulis? Jadi Bi enggak bisa menulis panjang-panjang, pokoknya terima kasih untuk semuanya ya, Ome.

24 [Out In Bookstores]Where stories live. Discover now