Friendzone [3]

5.8K 531 3
                                    

Friendzone [3]

Ketergantungan

Baru saja Prilly akan melangkahkan kaki keluar kamar mandi, segerombolan siswi masuk ke kamar mandi. Membuatnya harus menyerah, dan kembali masuk ke dalam.

Para siswi itu memenuhi kamar mandi, dan salah satu siswi yang di dekat pintu, mengunci pintu kamar mandinya.

Prilly melongo. "Loh? Kok di kunci?" Prilly menatap satu per satu perempuan yang menahannya. "Kalian mantan Ali, 'kan?"

"Iya." Jawab salah satu siswi. Tepatnya, mantan Ali terbaru. Ia berjalan mendekati Prilly. "Kita mantan Ali."

Prilly mengangguk. "Kenapa? Kalian mau minta bantuan gue buat balikan lagi sama Ali? Kalau banyakan sih susah."

Felia tertawa sinis. "Kita emang pengen balikan sama Ali. Tapi, kita gak akan sudi minta bantuan lo."

"H-hah?"

Felia tertawa sinis. "Lo tau gak sih gimana gue putus sama Ali kemaren?"

Prilly terdiam, Felia makin melangkah mendekati Prilly.

"Kemaren, gue ketemuan sama Ali buat perbaikin hubungan kita. Gue ngasih Ali pilihan buat milih gue atau lo. Dan lo tau? Baru aja Ali milih gue, dia dapet telfon dari lo." Felia mulai terisak. "Dan apa lo tau? Saat dia pergi, gue ngasih pilihan lagi. Pilih pergi dan putus, atau pilih gue dan jalani hubungan kayak biasa." Felia menyeka air mata yang melewati pipinya dengan kasar. "Dia milih pergi. DIA PERGI CUMA KARNA LO MANGGIL DIA!"

Prilly bungkam, ia menunduk dalam-dalam. Hubungan Ali yang ia sangka berakhir dengan Ali yang memutuskan ternyata salah. Ia penyebabnya. Ia yang membuat Ali di cap sebagai playboy.

"Lo harusnya sadar. Harusnya, lo jangan terlalu bergantung sama Ali saat kita lagi pacaran. Gue cemburu. Siapa sih yang gak cemburu digituin? Gue pacarnya. Lo sahabatnya. Tapi apa? DIA LEBIH MILIH LO DARI PADA GUE?!"

Gedoran keras di pintu, membuat semua mata menatap pintu toilet. "Prill, lo di dalem?" Ali kembali menggedor pintu dengan keras. "Siapapun yang di dalem, kalau Prilly luka setitik aja, gue gak bakal maafin lo."

Felia kembali tersenyum sinis, bersamaan dengan air matanya yang mengalir. "Lo liat? Dia bahkan gak rela lo luka setitikpun. Gue kasian deh sama Ali. Kalau lo nempel sama dia terus, kapan Ali punya istri kalau lo kekang?"

Mereka benar. Prilly merutuki dirinya sendiri karna selalu menempel dengan Ali di saat Ali mempunyai komitmen dengan perempuan lain. Prilly bersujud di hadapan mereka, dan mulai terisak. "Maaf. Gue minta maaf karna kelemahan gue... maaf."

Semua mata yang melihat itu, membulat sempurna. Rencana mereka bukan seperti ini. Ini berbeda dengan pemikiran mereka yang menyangka Prilly perusak hubungan orang. Nyatanya, Prilly tidak mempunyai niatan jahat seperti yang mereka pikir.

Mereka tiba-tiba gelagapan dengan keadaan. Felia menelan ludahnya, dan membantu Prilly berdiri. "Gue maafin." Kata Felia yang di angguki oleh mantan Ali lainnya.

Ya. Karna mereka salah paham, apa yang harus mereka katakan?

Suara pintu yang di banting ke dalam, membuat semua mata kembali menatap pintu toliet.

Disana, ada Ali dengan nafas memburu dan raut wajah cemas. Prilly tertegun. Ini membuat rasa bersalahnya semakin memuncak.

Prilly tersenyum pada 'para mantan' Ali. "Thanks ya. Kalau gitu, gue balik ke kelas dulu." Kata Prilly yang diangguki oleh 'para mantan' Ali. Prilly kemudian berjalan keluar kamar mandi, membuat Ali terheran-heran.

Friendzone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang