Sebelas

1.9K 221 11
                                    

Prisilla memberikan helm bogo berwarna tosca kepada Kak Refky setelah turun dari motor. Kak Refky mengambil sesuatu dari tas hitam lalu memberikannya pada Prisilla.

"Di baca ya,"

Kak Refky memberikan sebuah novel berjudul Dilan. Prisilla sangat senang dan mengambil novel dari tangan Kak Refky sambil tersenyum penuh ceria.

"Gue seneng kalo lo senyum begitu. Jangan sedih-sedih. Oke?" Kak Refky mencubit hidung Prisilla gemas.

"Kok so sweet deh?" tanya Prisilla sambil membuka plastik yang membungkus novel Dilan itu.

"Iyalah biar lo seneng. Novel keduanya nanti ya kalo ada rezeky lagi." katanya sambil tertawa menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Bimbang. Apakah ini petunjuk kalau Kak Refky memiliki rasa yang sama seperti yang ia alami?

****

Prisilla melahap roti isi selai kacang yang dibuat Ibu.

"Ini buat Aldo,Sil. Udah lama dia ga main kesini. Sibuk?" tanya Ibu sambil memasukkan beberapa roti isi selai kacang kedalam tupperware berwarna ungu. Aldo sangat menyukai roti isi selai kacang. Prisilla mengangkat bahu tidak peduli sambil mengunyah sisa roti dimulutnya.

"Berantem ya kalian?"

Skak! Tepat sasaran!

"Udah ah bu. Prisilla berangkat ya." Prisilla mencium tangan dan pipi Ibunya. Ayah sudah berangkat sejak Subuh tadi karena mau ke Australia urusan kerja. Tak lupa ia memasukkan tupperwarenya dan menenteng novel baru pemberian Kak Refky.

Di kelas sudah ada Aldo yang duduk di bangku samping Andini.

"Sil, Aldo pindah tempat duduk. Mulai sekarang lo duduk sama Miko ya." kata Andini yang sibuk menyendokan nasi goreng ke mulut Aldo.

Lebay. Batin Prisilla.

Saat Prisilla membuka tasnya, baru ia ingat kalau Ibu menitipkan roti isi selai kacang untuk Aldo. Niatnya ia ingin berikan tapi akhirnya ia mengubur niatnya itu. Sambil menunggu bel masuk, ia buka novel berjudul Dilan itu. Jadi membayangkan kalau Dilan itu adalah Kak Refky.

Saat istirahat, Prisilla dan Miko hanya di kelas. Tidak keluar ke kantin seperti yang lain. Prisilla mengambil tupperware berisi roti selai kacang itu dan menyodorkan pada Miko.

"Ini pasti bukan buat gue."

Miko mungkin punya indera ke enam, apa karena dia tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu? Jadi dia sangat peka pada sekeliling. Sama kayak Ibu, sangat peka! Batin Prisilla.

"Lo kenapa sih sama Aldo? Sekarang dia duduk di belakang. Gue ga pernah denger lo bully-bullyan lagi sama dia." katanya sambil mengunyah roti buatan Ibu.

"Apa gue ga peka,Mik?" kata Prisilla menatap lekat-lekat mata Miko.

Miko mengangguk mantap tapi tetap santai.
Prisilla menunduk murung.

"Sejak kapan Aldo punya rasa sama gue?"

"Sejak MOS."

Prisilla menoleh dengan kecepatan 128 kbps/second sambil memangapkan mulut tanda tak percaya.

Flashback...

"Lo cantik."

Seorang lelaki berpakain putih biru lengkap dengan atribut ala MOS kepada seorang perempuan yang berbaris di sampingnya. Saat matahari rasanya ada di atas kepala setiap manusia, anak kelas 1 yang sedang MOS disuruh berbaris di lapangan sekolah mendengarkan cuap cuap dari senior-senior.

"Aldo," katanya sambil mengulurkan tangan ingin berkenalan. Lama, perempuan itu tidak merespon. Lelaki bernama Aldo itu melihat ke kertas karton berukuran 20cm x 15 cm yang di kalungkan perempuan itu -bukan hanya perempuan itu, tapi semua murid baru-. Kertas karton itu bertuliskan:

Nama ayah: Saepul Afrizal.
Cita-cita: jadi istri kamu.
nama pacar: tanya Ayah aku aja.

Aldo tertawa membacanya. Memang biodata singkat itu harus berisi sesuatu yang lucu.

"Oke gue panggil lo, Saepul! Hai Saepul, gue Aldo." katanya sambil terus tertawa.

Merasa tidak terima, ia membaca kertas karton di dada Aldo.

Nama Ayah: Mukhlis Muhammad.
Cita-cita: Imam keluarga.
Nama pacar: ada disamping gue. Tanya aja.

"Mukhlis! Gue panggil lo itu." katanya. Aldo tertawa lepas. Perempuan itu mengernyitkan dahi.

"Panggilan sayang ya? Oke!" katanya seolah-olah menang.

Mulai dari sejak itu, Aldo dan Prisilla dekat. Sebagai sahabat pastinya. Mereka duduk berdua sejak kelas 1.

"Jangan berisik nanti kalian di hukum." siapa itu? Iya si Alim Miko.

Awalnya Prisilla hanya bersahabat dengan Aldo dan Miko. Ketika kelas 2, ada anak baru yang duduk di samping Miko, iya dia Andini. Persahabatan mereka makin berwarna.

Flashback end.

Prisilla dan Miko tertawa karena mengingat kejadian hampir 2 tahun yang lalu itu.

"Sejak dia bilang lo cantik, dia bukan lagi ngegoda lo. Sejak dia ngajak lo becanda, dia nyaman sama lo. Simple tapi bermakna, Sil." ucap Miko menghentikan tawa Prisilla.

"Semudah itu dia suka sama orang?" tanya Prisilla bingung.

Miko menggeleng.

"Gue kenal dia sejak SMP. 3 tahun gue sebangku sama dia. Gue kenal dia banget. Dia bukan orang yang mudah untuk cinta sama orang. Apalagi Andini yang ngejar dia begitu? Makin ilfeel dia."

Bel masuk menginterupsi perbincangan serius antara seorang pasien dan psikolog.

***
Prisilla teringat kata-kata Miko.

"3 tahun gue sebangku sama dia. Gue kenal dia banget. Dia bukan orang yang mudah untuk cinta sama orang. Apalagi Andini yang ngejar dia begitu? Makin ilfeel dia."

Prisilla merasa kalau dia adalah seorang yang egois. Orang yang jahat. Orang yang memaksakan perasaan orang lain. Prisilla memaksa Aldo untuk mencintai Andini padahal itu adahal hal yang sulit. Wajar kalau Aldo marah padanya sampai begini.

Prisilla mencoba menelpon Aldo.
Pertama, direject.
Kedua, direject.
Ketiga, direject.

"Jek. Dirijek. Dirijek ajaaaaa. Dirijek dirijek ajaaaa. Pacar yang tak setia gak usah di tanggepin. Ditanggepin malah nyakitin."

Suara ibu nyanyi lagu Janeta Janet si Tante Rambut Palsu Indonesia. Ingin rasanya Prisilla mengambil semua peralatan ibu bernyanyi, karena disaatnya sedang mellow, Ibu pasti bernyanyi seperti dangdut keliling tanpa bayaran.

Abang Gojek, I'm In Love!Where stories live. Discover now