Ten : A Mysterious Mail

17.1K 1.2K 14
                                    

Zidan sudah duduk manis di kursinya sambil meminum susunya sejak tadi. Bersiap untuk menuju ke tempat yang sudah dijanjikan oleh Nabila.

Sementara ketiga remaja di sekelilingnya saat ini sedang sibuk memutuskan lagu apa yang diputar untuk mengisi perjalanan mereka.

Hal yang sangat sepele tapi disitulah menurut mereka keseruannya. Kalau ada Adnan, pasti ia akan memilih untuk memutar Album Coldplay yang terbaru.

Arkan masih tetap pada pendiriannya, memutar album V milik Maroon 5.

Sedangkan Nabila, memaksa untuk diputarkan album Shawn Mendes yang merupakan idola sekaligus cowok idamannya, berjudul Handwritten .

Dan Iman yang sudah mendekatkan kepingan cd album No Sound Without Silence milik band kesayangannya yaitu The Script di depan mp3 player.

Arkan mengangkat tangannya, "Oke, I'm out. Lo menang, Bang." Ucapnya kepada Iman.

Nabila masih merasa keberatan, "Ahelah, kenapa ga Shawn aja sih? Gue tau Ar, lo diem-diem Mendes Army 'kan?, ringtone lo aja Stitches," ucapnya dengan menyebutkan nama fanbase dan salah satu milik penyanyi favoritnya itu.

"Woi, itu 'kan lo yang ganti. Udahlah, sekali-kali kita harus dengerin band galau tapi maskulin kesukaan Bang Dika ini," Arkan mulai sibuk dengan ponselnya seakan tidak sadar kalau Iman menatapnya kesal. "Kenapa?" tanyanya dengan santai.

"The Script itu bukan band galau. Lagunya nge-rock gitu kok. Menyentuh juga lagi buat cewek-cewek," bela Iman. Ia tidak suka band favoritnya itu dijelek-jelekan.

Sebelum Arkan membela diri, Nabila menjentikkan jari tengah dengan ibu jarinya, "Kita dengerin lagu anak-anak aja. 'Kan ada Zidan di sini." Usulnya.

"Gue gapunya album trio kwek kwek di mobil gue," ucap Iman seraya memasukkan kepingan cd yang sudah ia pegang sejak tadi. Sedetik kemudian lagu pertama dari album itu terdengar ke seantero mobil.

Nabila hanya mencibir lalu menyelipkan dua earphone ke masing-masing telinganya dan menyentuh ikon play.

Suara milik Shawn yang khas langsung terdengar di telinganya. Matanya sibuk menatap jalanan dari kaca mobil.

Zidan hanya terdiam dan menatap kakak-kakaknya itu dengan bingung. Akhirnya keributan itu sudah berakhir. Jadi, ia bisa meminum susunya dengan tenang.

*

"Kenapa sih pada liatin kita?" Nabila merasa gerah saat beberapa pasang mata meliriknya penuh rasa ingin tahu saat ia dan Iman memasuki toko mainan.

Sementara Iman hanya cuek dan berjalan mendekati deretan mainan superhero kesukaannya. Karena ia, satu jenis dengan Adnan. Penggila superhero. Baik yang merupakan dari DC maupun Marvel.

Tidak heran jika kamarnya dipenuhi oleh action figure tokoh-tokoh superhero. Sama seperti kamar Adnan. Makanya, ia betah tidur di kamar Kakak tertua Arkan itu.

"Gatau, kita disangka MBA kali." Ucapnya santai dan kembali sibuk dengan mainan superhero di hadapannya.

Omong-omong soal Arkan, anak itu sedang sibuk melihat-lihat running shoes di toko khusus alat-alat olahraga dan memutuskan untuk berpisah.

Apa MBA?

Sialan. Kenapa gue bisa disangka MBA coba?

Nabila berdecak kesal. lalu mendorong stroller Zidan mendekati salah satu karyawan. "Mbak, area Balita di mana, ya? Adik saya ini baru hm...sembilan bulan." Cewek itu sengaja menekankan pada kata Adik.

Baby & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang